08 Juni 2021
08:00 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Pembentukan holding BUMN untuk sektor ultra mikro dinilai akan menciptakan transfer knowledge atau pengetahuan yang dapat memacu peningkatan kualitas sumber daya manusia, mengingat segmen ultra mikro sarat dengan pendampingan.
Hal tersebut diutarakan oleh Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Moch. Amin Nurdin. Dia menyampaikan, transfer pengetahuan diproyeksikan menjadi salah satu kunci penting untuk kesuksesan proses penyelarasan misi holding ultra mikro ke depan.
"Saya rasa mentransfer pengetahuan ini yang akan menjadi tahap utama dan yang paling penting dalam tahap awal operasional holding," ujar Amin dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (7/6).
Pemerintah akan mengintegrasikan tiga entitas BUMN, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM ke dalam holding ultra mikro. Integrasi ekosistem ultra mikro dari tiga entitas saat ini terus dipersiapkan dan ditargetkan terbentuk dalam tahun ini.
Ia menjelaskan, BRI memiliki kemampuan pembiayaan dan aplikasi digitalisasi yang kuat dalam menggarap segmen mikro. Di sisi lain, segmen ultra mikro memiliki karakteristik yang sangat berbeda yang saat ini digarap oleh Pegadaian dan PNM.
"Berbagi dan transfer pengetahuan ini lah yang akan membuat semua lembaga jasa keuangan tersebut belajar kelebihan masing-masing," imbuhnya.
Selanjutnya, Amin berpendapat, upaya mentransfer pengetahuan tersebut dapat lebih optimal lagi dengan adanya standardisasi sumber daya manusia (SDM). Terlebih, BRI saat ini sudah memiliki berbagai macam saluran pengembangan dan standardisasi SDM yang ke depannya bisa diaplikasikan pada Pegadaian dan PNM.
"Dan ini akan membuat karier SDM di holding ultra mikro ini menjadi lebih jelas dan berkualitas," sebutnya.
Kemandirian Usaha
Di sisi lain, sinergi ekosistem ultra mikro dipandang akan sangat efektif untuk mendorong masyarakat untuk membuka usaha demi kemandirian dan keberlangsungan ekonomi nasional.
Ekonom Senior Indef, Aviliani mengatakan, saat ini minat masyarakat untuk membangun usaha sendiri semakin besar. Hanya saja, ekosistem pembiayaan dan pemberdayaan yang tersedia saat ini masih belum terintegrasi secara baik.
Karena itu, menurut Aviliani, negara harus mampu menyediakan wadah jasa keuangan yang andal agar mampu merawat dan menumbuhkembangkan usaha masyarakat kelas bawah.
"Holding ultra mikro ini akan mampu menjadi entry point seseorang yang menjadi wirausaha, sehingga harus dirawat dan didukung," ujar Aviliani.
Dia menyampaikan, model bisnis di ekosistem ultra mikro tak sekadar pembiayaan, tetapi juga pemberdayaan. BRI, Pegadaian, dan PNM mampu berbagi tugas lebih baik dalam merawat kinerja pelaku ultra mikro.
PNM akan tetap fokus melaksanakan tugas pemberdayaan. Sedangkan, BRI akan mampu mendukung pembiayaannya dengan cost of fund yang sudah sangat rendah. Sementara itu, Pegadaian akan mampu mendukung pelaku ultra mikro pada saat kebutuhan pengembangan usaha mulai meningkat.
"Ketika proses ini berjalan lancar, maka Indonesia akan mampu mencetak wirausahawan baru dalam jumlah besar," katanya.
Lebih lanjut, hal ini pun akan mampu mengubah pola pikir masyarakat yang saat ini masih sangat tergantung pada penyerapan tenaga kerja pelaku usaha besar.
"Pola pikir masyarakat pun akan berubah dari mencari pekerjaan menjadi penyedia lapangan kerja. Ini sangat relevan di tengah lonjakan pengangguran akibat pandemi," tutup Aviliani.