c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

12 Desember 2023

16:30 WIB

Hilirisasi Sawit Di Indonesia Catatkan Kemajuan  

Pada 2010, Indonesia masih sekadar mengekspor Crude Palm Oil (CPO) atau barang mentah sekitar 70-80%. Namun, di 2022, sekitar 90% ekspor merupakan olahan sederhana (setengah jadi)  

Hilirisasi Sawit Di Indonesia Catatkan Kemajuan   
Hilirisasi Sawit Di Indonesia Catatkan Kemajuan   
Ilustrasi Biosolar. Sumber: esdm.go.id

JAKARTA - Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menuturkan, sejauh ini hilirisasi sawit sudah mencatat kemajuan yang besar. Menurutnya, variasi produk sawit makin beragam sehingga menghasilkan peningkatan nilai ekonomi produk itu.

"Menuju 750 jenis produk hilir dan kompetitif di pasar dunia. Semakin ke hilir nilai tambah besar dan semakin membutuhkan inovasi hilir," kata Tungkot melalui keterangan di Jakarta, Selasa.

Pada 2010, lanjut dia, Indonesia masih mengekspor Crude Palm Oil (CPO) atau barang mentah sekitar 70-80%. Namun, pada 2022, sekitar 90% ekspor merupakan olahan sederhana (setengah jadi).

Dia menilai, sejauh ini hilirisasi sawit sudah mencatat kemajuan yang besar. Namun demikian, hilirisasi sawit domestik masih memerlukan percepatan adopsi inovasi agar dapat menghasilkan bermacam produk hilir.

Menurutnya, keterlambatan adopsi inovasi terjadi karena masih rendahnya budaya inovatif dan kreatif di industri hilir. Inovasi belum menjadi indikator kinerja utama perusahaan, dan masih lemahnya dukungan kebijakan.

Dukungan dana riset yang disalurkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sudah tersedia dan telah dimanfaatkan para periset, serta hasil berupa invensi atau paten juga telah banyak.

Dia mendorong agar hasil riset itu dapat diadopsi oleh pelaku industri.

Produk Hilirisasi
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, sejak 2018, hilirisasi industri sawit sudah berjalan dan tidak lagi didominasi CPO. 

Pada 2022, tambah Eddy, ekspor bahan baku CPO sebesar 3.463 ribu ton dari total ekspor kelapa sawit 33.928 ribu ton. Sedangkan, crude palm kernel oil (PKO) sebesar 107 ribu ton.

Berikutnya, ekspor dalam bentuk produk hilir berupa refined palm oil sebesar 24.410 ribu ton, refined PKO sebanyak 1.335 ribu ton, biodiesel sebesar 4.179 ribu ton dan oleokimia mencapai 4.179 ribu ton. Eddy mengatakan, permintaan dalam negeri terus meningkat dari 16,7 juta ton pada 2019 menjadi 21,1 juta ton pada 2022.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian RI Putu Juli Ardika mencatat, dalam program hiliriasi industri kelapa sawit terdapat 179 ragam jenis produk hilirisasi.

“Saat ini kami mencatat terdapat 179 ragam jenis hilirisasi sawit, dan sekitar 90% volume berupa produk hiliriasi, serta hanya sekitar 10% produk ekspor berupa bahan baku CPO maupun CPKO,” kata Putu dalam Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI) 2023 di Surabaya, Kamis.

Dia juga melaporkan, industri kelapa sawit Indonesia menjadi salah satu industri yang cukup stabil. Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan industri kelapa sawit yang mencapai 3,57% pada kuartal III-2023.

Sementara itu, kontribusi industri kelapa sawit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 50,87%. Putu menjelaskan, industri kelapa sawit Indonesia masih menunjukkan tren ekspansi yang terus meningkat hingga September 2023. 

Hal itu ditandai dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang tercatat pada level 52,51%, turun 0,71% dibandingkan bulan Agustus yang sebesar 53,2%.
 
Saat ini, Indonesia masih menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan industri kelapa sawit terbesar di dunia. Sehingga pemerintah menempatkan industri kelapa sawit sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional.
 
Oleh karena itu, Putu mewakili Kemenperin menyampaikan apresiasi terhadap beragam riset yang dilakukan oleh para peneliti dari berbagai lembaga. 

Menurutnya, riset dan inovasi untuk mengembangkan program hilirisasi kelapa sawit, sangat perlu dilakukan agar dapat meningkatkan nilai produk dari kelapa sawit sekaligus menciptakan industri yang berkelanjutan.
 
"Dari hasil pencapaian itu, tidak lepas dari peran kontribusi riset atau inovasi pengembangan teknologi untuk produksi hilir kelapa sawit. Oleh karena itu, kami mengapresiasikan para pihak seperti, akademisi, lembaga riset dan perusahaan industri yang telah meningkatkan sektor kelapa sawit ini," ujar Putu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar