11 Juli 2025
10:46 WIB
Harga Minyak Stabil, Investor Fokus pada Tarif Trump dan Kebijakan OPEC+
Harga minyak mentah atau crude oil stabil setelah anjlok lebih dari 2% pada Kamis (10/7). Pasar masih memperhatikan dampak kebijakan tarif Trump dan pasokan OPEC+.
Penulis: Fin Harini
Ilustrasi produksi minyak. Pekerja Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) memeriksa fasilitas produksi anjungan lepas pantai Sepinggan Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS), Kalimantan Timur, Senin (25/3/2024). Antara Foto/Hafidz Mubarak A
SINGAPURA - Harga minyak mentah atau crude oil stabil setelah anjlok lebih dari 2% pada Kamis (10/7) karena investor mempertimbangkan dampak tarif Presiden Donald Trump dan pasokan OPEC+.
Dilansir dari Bloomberg, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 0,5% menjadi US$69,00 per barel pada pukul 09.28 di Singapura setelah turun 2,2% pada Kamis.
Sedangkan, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Agustus naik 0,6% menjadi US$67,00 per barel.
Presiden AS terus mengancam lewat kebijakan tarif. Trump mengincar tarif menyeluruh hingga 20% terhadap sebagian besar mitra dagang, dan mengisyaratkan "pernyataan besar" terhadap Rusia tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan NBC News.
Baca Juga: Rerata Harga Minyak RI Naik, Imbas Ketegangan Di Timur Tengah
Presiden telah menetapkan serangkaian bea masuk untuk berbagai negara minggu ini, yang menimbulkan kekhawatiran soal kebijakan perdagangan AS dan tindakan balasan negara lain akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tarif tersebut dijadwalkan berlaku mulai 1 Agustus.
Namun, Brent berada di jalur kenaikan mingguan yang moderat, meskipun tarif Trump termasuk untuk Kanada meningkatkan permusuhan terhadap pengiriman di Laut Merah. Sementara, OPEC+ mengumumkan peningkatan produksi lebih lanjut pada bulan Agustus selama akhir pekan. Ada tanda-tanda pengetatan di pasar fisik, dan permintaan biasanya mencapai puncaknya selama musim panas di belahan bumi utara.
OPEC+ sedang membahas penundaan kenaikan produksi lebih lanjut mulai Oktober, menurut para delegasi organisasi penghasil minyak dan sekutunya itu.
Arab Saudi dan mitra-mitranya sudah memiliki rencana tentatif untuk menyelesaikan pemulihan pasokan sebesar 2,2 juta barel pada bulan September, dengan tahap akhir bulanan sebesar 550.000 barel.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Merosot Usai OPEC+ Guyur Pasar Dengan Kenaikan Produksi
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra-mitranya telah mengambil langkah mengejutkan dengan menaikkan pasokan, setelah bertahun-tahun menerapkan pembatasan produksi. Langkah tersebut menekan harga, dan menawarkan kelegaan bagi konsumen. Termasuk, memberi kemenangan bagi Presiden Donald Trump yang sedang mendorong bahan bakar yang lebih murah.
Dengan tanda-tanda surplus yang meningkat di tengah melemahnya permintaan China dan melonjaknya pasokan Amerika, pasar kemungkinan akan terus melemah meskipun OPEC+ menahan diri untuk tidak menambah produksi lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan 0,7% lebih rendah di level US$69,68 per barel setelah laporan Bloomberg mengenai rencana OPEC.