07 November 2022
11:51 WIB
Editor: Fin Harini
SINGAPURA - Harga minyak mentah turun lebih dari US$1 per barel pada Senin (7/11) setelah pejabat China pada akhir pekan menegaskan kembali komitmen pada pendekatan penanganan covid-19 yang ketat, dan menghancurkan harapan rebound permintaan minyak di importir minyak mentah utama dunia tersebut.
Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,20 atau 1,2%, menjadi US$97,37 per barel pada 0227 GMT, setelah mencapai titik terendah sesi US$96,50. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$$91,24 per barel, turun US$1,37 atau 1,5%. WTI sempat turun ke level terendah US$90,40 per barel di awal sesi.
"Harga minyak turun tajam karena pejabat China berjanji untuk tetap berpegang pada kebijakan nol covid-19 sementara kasus yang terinfeksi naik di China, yang dapat menyebabkan lebih banyak tindakan pembatasan, menggelapkan prospek permintaan," kata analis CMC Markets Tina Teng.
Lonjakan dolar AS juga membebani harga minyak, tambahnya. Empat pembuat kebijakan Federal Reserve pada akhir pekan lalu mengindikasikan Bank Sentral AS masih akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada pertemuan kebijakan berikutnya meskipun data pekerjaan kuat.
Brent dan WTI naik minggu lalu, masing-masing naik 2,9% dan 5,4%, karena desas-desus tentang kemungkinan berakhirnya penguncian covid-19 yang ketat mengirim pasar saham dan harga komoditas China lebih tinggi meskipun tidak ada perubahan yang diumumkan.
Namun, pada konferensi pers pada hari Sabtu, pejabat kesehatan mengatakan mereka akan bertahan dengan pendekatan "pembersihan dinamis" kasus covid-19 segera setelah kasus baru ditemukan.
Data perdagangan dari ekonomi No. 2 dunia pada hari Senin dapat menunjukkan penurunan lebih lanjut dalam ekspor karena permintaan global terus melemah.
"Pasar masih menghadapi tanda-tanda melemahnya permintaan minyak dari harga yang sudah tinggi dan latar belakang ekonomi yang lemah di pasar negara maju," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, menambahkan permintaan di Eropa dan Amerika Serikat telah turun kembali ke level 2019.
"Kami sekarang memperkirakan permintaan global pada Q4 2022 tumbuh hanya 0,6 mb/d (juta barel per hari) dari kuartal yang sama tahun lalu dan menjadi moderat tahun depan," imbuhnya.
Harga minyak didukung oleh ekspektasi pasokan yang lebih ketat karena embargo Uni Eropa terhadap ekspor minyak mentah lintas laut Rusia akan dimulai pada 5 Desember. Sementara, kilang di seluruh dunia meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan diesel yang kuat.
Pabrik penyulingan minyak AS pada kuartal ini akan menjalankan pabrik pada tingkat yang sangat tinggi, mendekati atau di atas 90% dari kapasitas, sementara pengilangan swasta terbesar di China, Zhejiang Petroleum and Chemical Co (ZPC) meningkatkan produksi diesel.
Kuwait Integrated Petroleum Industries Co (KIPIC) mengatakan pada hari Minggu fase pertama dari kilang Al-Zour telah memulai operasi komersial, menurut kantor berita negara (KUNA).