c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

15 Juli 2025

16:30 WIB

Harga Jadi Ganjalan Penjualan Mobil LCGC

Awalnya harga mobil LCGC sangat terjangkau, sekitaran Rp80-an juta pada 2014. Kini, harganya tak lagi murah, menjadi Rp138–Rp200 juta per unit,.

Editor: Rikando Somba

<p>Harga Jadi Ganjalan Penjualan Mobil LCGC</p>
<p>Harga Jadi Ganjalan Penjualan Mobil LCGC</p>

Sejumlah orang mengunjungi pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 hari terakhir di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (28/7/2024). Antara Foto/Muhammad Iqbal

JAKARTA - Setelah sempat mengalami kenaikan penjualan bertahun,  kini penjualan kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) terus mengalami penurunan. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) untuk Juni 2025 mencatat, penurunan kini nyaris 50%  dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan penjualan terjadi saban bulan, belakangan ini.

Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan penjualan LCGC pada Juni 2025, yang hanya berhasil menyentuh angka 7.762 unit. 

Yannes terang menyebutkan harga yang terus melonjak menjadi penyebab penurunan penjualan. Pada Juni 2024, angka penjualan LCGC menyentuh 15.252 unit. Penurunan penjualan LCGC juga terjadi secara bulanan, pada Mei 2025 GAIKINDO membukukan 8.546 unit.

“LCGC, ditargetkan untuk kelas menengah bawah yang sangat sensitif terhadap perubahan ekonomi. Awalnya kan dia sebelumnya sangat terjangkau hanya berharga sekitaran Rp80-an juta pada 2014. Tapi, sekarang itu jadi tidak low cost (murah) lagi karena menjadi Rp138–Rp200 juta,” kata Yannes di Jakarta, Selasa (15/7).

Penurunan penjualan LCGC menurut Yannes tidak hanya dipengaruhi harga jual semakin tinggi, tapi, juga kekurangan kebijakan fiskal yang menyebabkan harga kendaraan tidak lagi murah. Campur tangan atau bantuan dari pemerintah untuk mendongkrak penjualan LCGC, karenanya diperlukan.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Sabtu (12/7) dikutip dari Antara, menyatakan bahwa program insentif LCGC akan terus dilanjutkan hingga 2031 untuk menjaga keterjangkauan kendaraan bagi masyarakat serta mendukung transisi elektrifikasi secara bertahap.

Masih Rendah
Agus menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan prinsipal otomotif sangat penting, terutama dalam menghadapi transisi elektrifikasi, tantangan global, serta menjaga keseimbangan antara produksi lokal dan ekspor. Yang juga penting, industri otomotif Indonesia sudah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga perlu dijaga agar tidak terjadi guncangan

Diamininya, pemerintah mengandalkan insentif sebagai jurus jitu dalam mendorong pertumbuhan industri otomotif dalam negeri.\

Baca juga: Toyota-Suzuki Mengeluh, Menperin Bahas Relaksasi TKDN Hybrid Hingga Insentif LCGC

Keberadaan insentif dan regulasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) diharapkan memberikan kepastian jangka panjang bagi prinsipal dan pelaku industri untuk terus memproduksi dan mengembangkan kendaraan hemat energi di dalam negeri.

Industri ini berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) dan serapan tenaga kerja, sekaligus menjadi penggerak sektor industri pendukung seperti baja, plastik, kimia, dan komponen elektronik lainnya.

Pemerintah mencatat, investasi yang masuk di sektor otomotif sudah mencapai Rp174,31 triliun dengan total penyerapan tenaga kerja langsung di sektor tersebut sebanyak 99.700 orang. 

Sementara, soal penjualan roda empat di Indonesia, Gaikindo mencatat penurunan, dibanding tiga tahun sebelumnya. Pada 2023 penjualan 1,05 juta, dan produksi 1,395 juta. Selanjutnya pada 2022, penjualan sebanyak 1,04 juta dan produksi 1,47 juta.

Baca juga: Bagaimana Minat Konsumen Bergeser Dari Kenaikan Harga Mobil Baru?

Sementara pada tahun 2021 yang merupakan tahun perbaikan (recovery) dari pandemi COVID-19, penjualan pada tahun tersebut mencapai 887 ribu unit dan produksi 1,12 juta unit. Angka ini lebih tinggi dibanding penjualan pada tahun 2024.

Rasio kepemilikan kendaraan roda empat di Indonesia juga tergolong rendah di banding Malaysia dan Thailand. Indonesia mencapai 99 mobil per 1.000 orang. Angka ini jauh di bawah Malaysia yang sebanyak 400 mobil per 1.000 orang, dan Thailand 275 mobil per 1.000 orang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar