04 Agustus 2025
08:43 WIB
Harga Crude Oil Melandai Ditekan Kebijakan OPEC+
Harga minyak mentah atau crude oil turun setelah OPEC+ menyetujui peningkatan produksi besar lainnya.
Penulis: Fin Harini
Ilustrasi harga minyak dunia. Dok Envato
SINGAPURA - Harga minyak mentah atau crude oil turun setelah OPEC+ menyetujui peningkatan produksi besar lainnya, memicu kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global. Pada saat yang sama, perang dagang yang dipimpin AS kemungkinan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan konsumsi energi.
Dikutip dari Bloomberg, harga crude oil Brent untuk kontrak Oktober terpantau diperdagangkan 0,5% lebih rendah di level US$69,30 per barel pada pukul 08.29 pagi di Singapura. Harga minyak WTI untuk pengiriman September turun 0,5% menjadi US$66,99 per barel.
Harga susut setelah OPEC+ menyetujui tambahan produksi sebesar 547.000 barel per hari mulai September, sesuai dengan ekspektasi. Belum pasti apakah pembatasan pasokan tambahan akan dilonggarkan dalam beberapa bulan mendatang.
Pekan lalu harga minyak mentah menguat, sebelum merosot pada Jumat lalu karena data ketenagakerjaan AS yang lemah memicu kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar dunia itu sedang melambat menyusul gelombang pungutan pajak yang diberlakukan pemerintahan Trump.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Pasar Pertimbangkan Risiko Pascaserangan AS ke Iran
Namun, para pedagang mempertimbangkan kemungkinan Washington juga akan mengambil tindakan terhadap aliran minyak Rusia akhir pekan ini, termasuk pembeli seperti India, dalam upaya untuk meningkatkan tekanan pada Moskow agar menghentikan perang di Ukraina.
"Meskipun kebijakan OPEC+ tetap fleksibel dan prospek geopolitik masih belum pasti, kami berasumsi bahwa OPEC+ akan mempertahankan produksi yang dibutuhkan setelah September," ujar analis Goldman Sachs Group Inc. dalam sebuah catatan.
Bank tersebut mempertahankan proyeksi harga Brent rata-rata US$64 per barel pada kuartal keempat, diikuti penurunan menjadi US$56 pada tahun 2026.
Kenaikan produksi crude oil bulan September yang diumumkan oleh OPEC+ pada akhir pekan lalu akan melengkapi pembalikan pemangkasan produksi yang dilakukan oleh delapan sub-kelompok anggota aliansi tersebut, termasuk Arab Saudi dan Rusia, pada tahun 2023.
Pemulihan pasokan secara bertahap selama beberapa bulan terakhir secara luas dipandang sebagai upaya bersama kartel tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Kembali Naik Usai Trump Serukan Evakuasi Warga Iran
Di tengah ketidakpastian terkait aliran minyak Rusia, India belum memberikan instruksi kepada kilang-kilangnya untuk berhenti membeli kiriman minyak negara tersebut, menurut sumber yang mengetahui masalah ini. Namun, Presiden Donald Trump sebelumnya mengecam New Delhi atas pembelian energi tersebut, dan mengancam akan menerapkan sanksi sekunder yang dapat berlaku mulai 8 Agustus.
Pada hari Minggu, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa utusan khusus Steve Witkoff mungkin akan menuju Rusia minggu ini, dengan perkiraan waktu Rabu atau Kamis.
"Reaksi awal terhadap pembukaan kembali pasar minyak mentah berjangka adalah menjual," kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone Group di Melbourne.
Arah OPEC+ selanjutnya masih mengundang perdebatan, dengan investor juga berfokus pada potensi sanksi terhadap Rusia dan mitra dagangnya, tingkat persediaan, serta aktivitas ekonomi AS, ujarnya.