c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 Februari 2024

16:40 WIB

Harga Beras Terus Naik, Pengamat: Salah Komunikasi Pemerintah

Guru Besar IPB sekaligus pengamat pertanian, Dwi Andreas menyatakan harga beras masih tetap tinggi saat ini karena pemerintah dinilai salah menyampaikan informasi terkait defisit beras.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

Harga Beras Terus Naik, Pengamat: Salah Komunikasi Pemerintah
Harga Beras Terus Naik, Pengamat: Salah Komunikasi Pemerintah
Pekerja membersihkan beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (11/12/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Guru Besar IPB, Dwi Andreas Santosa menegaskan, kesalahan komunikasi pemerintah pada masyarakat terkait defisit beras menjadi pemicu kenaikan harga beras di konsumen saat ini terus terjadi. Padahal Andreas telah memperingatkan jika stok beras nasional mencukupi, meski terjadi defisit. Bahkan menurutnya, informasi pemerintah kepada publik terkait defisit beras hanya sebagai alasan belaka agar rencana impor beras 2024 bisa terlaksana.

Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), per hari ini Jumat (9/2) harga beras premium terus naik di posisi Rp15.640 per kg dan medium di Rp13.380 per kg. Kedua jenis beras terus menunjukkan tren yang naik sejak Agustus 2023.

Andreas menjelaskan, pemerintah seharusnya mengkomunikasikan secara jelas dan mudah kepada masyarakat bahwa defisit yang terjadi tidak mempengaruhi ketersediaan beras nasional. Pemerintah selama ini hanya menyampaikan jika defisit beras pada Januari sebesar 1,6 juta ton dan Februari sebesar 1,2 juta ton.

“Pemerintah ini salah mengkomunikasikan. Beberapa bulan terakhir, masyarakat disuguhi dengan data yang tidak menjelaskan apapun. Hanya defisit-defisit. Debat calon presiden (capres) juga, sehingga masyarakat panik,” tegas Andreas saat dihubungi Validnews, Jumat (9/2).

Baca Juga: BPS Catat Harga Gabah dan Beras Januari 2024 Naik

Kepanikan masyarakat terhadap informasi beras defisit, menurut Andreas mendorong aksi punic buying. Padahal harga beras sejak Oktober 2023 sudah cenderung stabil meski tetap berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Sejak Oktober hingga Desember 2023, rata-rata harga beras medium nasional senilai Rp13.190 per kg dan premium senilai Rp14.973 per kg.

Andreas menyampaikan, kenaikan harga beras terjadi puncaknya pada September, dan hal tersebut terjadi karena tren tahunan. Hal ini juga terjadi pada harga Gabah Kering Panen (GKP) yang mengalami pelonjakan tertinggi pada September 2023. Namun setelah itu, harga beras dan GKP di petani berangsur menurun.

“Harga beras nasional itu sudah mulai stabil di Oktober 2023. Lalu kemudian naik di Januari. Ini sama persis dengan data harga GKP yang dikumpulkan Asosiasi Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI). Puncak harga gabah kering panen itu di bulan September, lalu kemudian trennya menurun sampai Desember 2023,” ujar Andreas.

Menyitir panel harga pangan Bapanas, pada Agustus 2023 harga beras medium nasional rata-rata senilai Rp12.070 per kg dan premium senilai Rp13.730 per kg. Harga beras naik drastis pada September, yakni medium menjadi Rp12.840 per kg dan Rp14.470 per kg.

Imbas panic buying  yang dilakukan masyarakat menurut Andreas adalah memborong beras. Selain itu, kepanikan juga terjadi karena masyarakat hanya boleh membeli beras premium dari program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 2 bungkus per konsumen. Adanya program SPHP beras premium juga mendorong perusahaan penggilingan beras besar semakin sedikit memasok ke ritel modern.

“Itu semua yang membuat masyarakat panik. Masyarakat nggak tau sebetulnya kondisi di lapangan seperti apa,” tuturnya.

Stok Naik Di Awal 2024
Andres yang juga menjabat sebagai Ketua Umum AB2TI mengungkapkan, padahal stok beras pemerintah di awal 2024 melonjak tinggi dibandingkan tahun 2023. Pada 2024 disebutkannya, stok awal tahun tersedia 6,71 juta ton, sementara 2023 hanya sebesar 4,06 juta ton.

“Bahkan hitungan Bapanas, stok awal tahun itu 7,4 juta ton. Jadi amat sangat berlebihan stoknya. Gak ada yang perlu dikhawatirkan sama sekali,” kata Andreas.

Oleh karena itu, Andreas menyimpulkan bahwa penjelasan pemerintah selama ini terkait defisit beras hanya sebagai upaya menormalisasi kebijakan impor. Padahal stok beras nasional masih mencukupi. Dia pun tidak mampu memprediksi kenaikan harga beras akan mencapai level tertingginya sampai mana, namun jika pemerintah tetap menginformasikan defisit beras, maka harga beras akan terus naik.

Baca Juga: Ketahanan Pangan Di Persepsi Para Capres

“Pemerintah terus menerus menyampaikan defisit ya alasannya karena untuk justifikasi impor beras tahun 2024 yang besarnya 3 juta ton. Keputusan impor itu 2 juta ton kontrak dengan Thailand dan 1 juta ton dengan India,” ucap dia.

Sementara yang dimaksud defisit menurut Andreas adalah produksi pada bulan yang bersangkutan dikurangi konsumsi di bulan yang sama. Sedangkan defisit yang yang saat ini digaungkan pemerintah berkaitan dengan panen yang belum terjadi.

“Pernyataan defisit Januari-Februari itu betul, berdasarkan data yang dikeluarkan BPS juga. Tapi masyarakat menangkapnya isu defisit. Padahal defisit sudah sejak Juli 2023. Yang enggak pernah dijelaskan itu stok awal tahun 2024 yang melonjak tinggi,” tegas Andreas. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar