c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

06 November 2023

12:34 WIB

Harga Beras Melonjak, Eksportir Beras Vietnam Ketar-Ketir

Harga beras Vietnam terbang 16% lebih tinggi dibandingkan dua pesaing terbesarnya, Thailand dan Pakistan.

Editor: Fin Harini

Harga Beras Melonjak, Eksportir Beras Vietnam Ketar-Ketir
Harga Beras Melonjak, Eksportir Beras Vietnam Ketar-Ketir
Petugas melakukan bongkar muat beras impor sebanyak 24.000 ton dari kapal asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

HANOI - Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam (MoIT) terus memantau produksi beras dan pasar beras dunia dengan tujuan untuk segera mengatasi permasalahan yang timbul dan memfasilitasi produksi, bisnis, dan ekspor beras.

MoIT telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, komite rakyat daerah produksi beras, Asosiasi Pangan Vietnam serta pedagang beras akan menerapkan berbagai langkah untuk mengatur produksi beras dan kegiatan ekspor pada tahun 2023, sekaligus memastikan stabilitas pasar beras dalam negeri.

Langkah koordinasi tersebut untuk menghadapi perkembangan yang rumit dalam perdagangan pangan global, termasuk larangan ekspor beras putih non-basmati oleh India, penarikan diri Rusia dari Black Sea Initiative atau Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam, perubahan iklim dan fenomena El Nino.

Harga beras Vietnam mencapai puncak tertinggi pada Kamis (2/11), menurut data Vietnam Food Association (VFA). Harga beras pecah 5% di Vietnam telah mencapai US$653 per ton, 16% lebih tinggi dibandingkan dua pesaing terbesarnya, Thailand dan Pakistan.

Beras pecah 5% di Vietnam diperdagangkan dengan harga US$653 per ton, naik sebesar US$10 per ton, sedangkan beras pecah 25% dijual dengan harga tertinggi sebesar US$638 per ton.

Baca Juga: Bapanas: Sepanjang 2023, Indonesia Impor Beras Lebih Dari 2 Juta Ton

Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga beras Thailand dan Pakistan. Beras pecah 5% dihargai US$560 per ton di Thailand dan US$563 di Pakistan, dan beras pecah 25% dihargai US$520 di Thailand dan US$488 di Pakistan.

Harga beras dalam negeri meningkat sebagai akibat dari peningkatan permintaan ekspor. Beras pecah 5% dijual dengan harga 15.343 VND (0,62 USD) per kilogram, naik sebesar 3.000 VND, sedangkan beras pecah 25% dijual dengan harga 14.725 VND per kilogram, naik hampir 3.000 VND dari bulan Juli.

VFA mengatakan terdapat banyak peluang bagi ekspor beras Vietnam karena permintaan yang terus meningkat di seluruh dunia. Filipina ingin menambah impor beras sebanyak 1,1 juta ton, sedangkan kebutuhan dari Indonesia sebanyak 2,3 juta ton. 

Permintaan impor beras dari China juga diperkirakan akan melonjak pada akhir tahun ini.

Dengan beras berkualitas tinggi yang telah memikat konsumen asing, Vietnam dapat menjual berasnya dengan harga US$640-650 per ton pada akhir tahun 2023.

Risiko Harga Jatuh
Seiring permintaan global yang meningkat di tengah berkruangnya pasokan, eksportir Vietnam mengatakan harga beras akan terus mengalami tren kenaikan bahkan pada musim panen musim gugur-musim dingin dan musim dingin-musim semi.

Namun, lonjakan harga beras di Vietnam membuat para eksportir juga khawatir kehilangan pelanggan lantaran mereka membeli beras yang lebih murah yang ditawarkan pesaing.

Do Ha Nam, wakil ketua Asosiasi Makanan Vietnam, mengatakan pembeli mungkin akan mencari pemasok lain, seperti pemasok dari Thailand, dengan harga yang lebih baik.

Tingginya harga beras, lanjutnya, telah membuat eksportir Vietnam tidak dapat memenangkan tawaran untuk memasok beras ke Indonesia. Nusantara telah membeli dari pemasok yang lebih murah.

Eksportir besar kini menimbun beras untuk menjamin pasokan mereka, sehingga perusahaan-perusahaan kecil harus membayar lebih banyak uang kepada petani untuk membeli beras atau membatalkan pesanan dengan pembeli asing, tambahnya. Beberapa eksportir telah membatalkan kontrak yang ditandatangani sebelumnya karena takut tidak dapat memenuhi pesanan.

Sementara itu, Nguyen Viet Anh, CEO dari Phuong Dong Foods, mengatakan bahwa harga beras yang belum pernah terjadi sebelumnya di Vietnam kini menimbulkan risiko tinggi bagi perusahaan-perusahaan yang tidak ingin menyimpan persediaan dalam jumlah besar karena kekhawatiran bahwa India akan mencabut larangan ekspor beras, yang akan membuat harga Vietnam terjun bebas.

Baca Juga: Menkeu Harap Beras Impor Redam Inflasi

India memberlakukan larangan terhadap varietas padi tertentu pada bulan Juli dan diperkirakan akan mempertahankan larangan tersebut hingga awal tahun depan.

Statistik menunjukkan pada akhir Oktober, Vietnam mengekspor 7,1 juta ton beras dengan nilai sekitar US$3,97 miliar, terhitung meningkat secara volume sebesar 17% dan nilai sebesar 34,9% dibandingkan tahun 2022. Harga beras ekspor Vietnam meningkat sebesar 15,3% YoY.

Sepanjang tahun, negara tersebut seharusnya mampu mengekspor hingga 8 juta ton, kata Pham Quang Dieu, analis dari firma riset pasar AgroMonotor.

Dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, Asia merupakan pasar terbesar bagi Vietnam, dan menyerap 76% dari total volume ekspor beras negara tersebut. Disusul Australia 2,41%, Eropa 1,6%, dan Amerika 1,5%.

Secara khusus, Filipina terus menjadi pengimpor beras terbesar di Vietnam dengan hampir 2,5 juta ton, menyumbang 38,1% dari total volume ekspor beras Vietnam.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, Vietnam telah menjaga arah yang benar dalam hal struktur dan kualitas ekspor beras sebagaimana diuraikan dalam strategi pengembangan pasar ekspor beras hingga tahun 2030, dengan beras putih menyumbang porsi terbesar (55,5% atau 3,56 juta ton), diikuti oleh beras wangi (24% atau 1,5 juta ton) dan ketan (8,5% atau 545.000 ton).

Pada saat yang sama, Kementerian Komunikasi dan Informatika secara berkala melakukan inspeksi terhadap bisnis beras dan aktivitas ekspor para pedagang. 

Pemerintah telah mencabut sertifikat ekspor beras dari 28 pedagang yang tidak mengekspor beras selama 18 bulan berturut-turut setelah menerima sertifikat tersebut, sehingga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan bisnis yang lebih terbuka, transparan, dan adil sesuai dengan hukum.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras Indonesia selama Januari-Agustus 2023 yang mencapai 1,59 juta ton. Adapun negara asal impor beras terbanyak dari Thailand dengan volume 802 ribu ton atau 50,36% dari total impor beras.

Negara asal impor beras terbesar kedua adalahVietnam 674 ribu ton (42,33%), disusul India 66 ribu ton (4,16%), Pakistan 45 ribu ton (2,85%), dan lainnya 5 ribu ton (0,30%).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar