c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

15 November 2025

08:00 WIB

Harga Batu Bara Anjlok, Bahlil: Naikkan DMO 25% Dan Sunat Produksi

Soroti harga batu bara RI yang anjlok di pasaran, Bahlil berencana naikkan DMO batu bara 2026 ke. Rencana bakal diterapkan jika ada kekurangan kebutuhan dari industri strategis.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Harga Batu Bara Anjlok, Bahlil: Naikkan DMO 25% Dan Sunat Produksi</p>
<p>Harga Batu Bara Anjlok, Bahlil: Naikkan DMO 25% Dan Sunat Produksi</p>

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (14/11). Validnews/Yoseph Krishna

JAKARTA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengakui ada rencana untuk menaikkan kewajiban serapan batu bara domestik atau Domestic Market Obligation (DMO) pada 2026 mendatang. Hal itu tak lepas dari proyeksi peningkatan kebutuhan batu bara untuk PLTU kelolaan PLN, industri semen, hingga industri pupuk. 

Meski demikian, kenaikan DMO menjadi sekitar 25% itu masih dalam tahap kajian dengan memperhitungkan kebutuhan tahun depan.

"Kalau kita hitung kebutuhan nasional untuk memenuhi semen, PLN, dan pupuk itu cukup 20% ya, tidak ada masalah. Tapi kalau masih kurang, kita akan naikkan volume DMO, itu maksudnya," ucap Bahlil saat dijumpai di kantornya, Jakarta, Jumat (14/11).

Baca Juga: Bahlil : RKAB 3 Tahun Jadi Biang Kerok Jebloknya Harga Batu Bara

BPS mencatat, harga batu bara Indonesia pada kuartal III/2025 dibanderol US$110,46 per metrik ton. Adapun capaian ini terhitung anjlok signifikan dibanding kuartal III/2024 hingga 21,57% (yoy), yang sempat menyentuh sekitar US$140,84 per metrik ton.

Meski demikian, secara kuartalan, harga batu bara di kuartal ketiga masih naik 6,19% (qoq) dibanding kuartal kedua yang diperkirakan berada di kisaran US$104,02 per metrik ton.

Eks-Ketua Umum HIPMI itu menjelaskan, total konsumsi batu bara nasional untuk keperluan PLN ada di kisaran 140-160 juta ton per tahun. Ke depan, pemerintah bakal memprioritaskan pemanfaatan batu bara kepada industri yang menguasai hajat hidup masyarakat.

"DMO ke depan kita prioritaskan kepada industri yang menguasai hajat hidup orang banyak. Apa itu? PLN, pupuk, semen," sambungnya.

Kenaikan DMO menjadi 25%, sambungnya, bakal dijalankan dengan rencana pemangkasan volume produksi batu bara dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2026.

Bahlil menjelaskan, wacana untuk memangkas volume produksi batu bara dalam RKAB dijalankan sebagai upaya menjaga harga komoditas batu bara. Pasalnya, harga komoditas tersebut saat ini sedang anjlok karena oversupply.

"Teman-teman tahu sekarang kan RKAB kita itu sampai 900 juta ton (produksi). Akibatnya apa? Supply dan demand tidak seimbang. Kebutuhan batu bara dunia hanya 1,3 miliar ton, kita bisa menyuplai 600 juta ton, hampir 50%. Akhirnya, sekarang harga batu bara lagi turun jauh," kata dia.

Meski begitu, pemerintah saat ini masih menghitung dengan cermat rencana produksi batu bara 2026 mendatang. Jika nantinya RKAB sudah diterbitkan, barulah angka DMO bisa dihitung dengan pasti.

"Yang jelas 25% minimal (DMO), kita tergantung hasil rekap RKAB karena rekap RKAB itu akan menentukan berapa DMO yang kita kasih. Kita lagi exercise (RKAB), bulan-bulan ini harus dimulai dan sekarang sudah online semua, tidak ada lagi abuleke-abuleke," tegas Bahlil.

Baca Juga: Bahlil Kebut Proyek DME; Lokasi Diputuskan Desember 2025, Dibangun 2026!

Sebagai gambaran, produksi batu bara RI pada 2024 lalu mencapai 836 juta ton atau 117% dari target yang ditetapkan sebanyak 710 juta ton.

Dari angka itu, sebanyak 233 juta ton sudah disalurkan ke pasar domestik (DMO), serta 48 juta ton untuk stok domestik sebagaimana tercatat dalam laman resmi Kementerian ESDM. Adapun untuk ekspor, Indonesia mengirim sebanyak 555 juta ton batu bara atau setara 33-35% total konsumsi dunia.

"Nah itu dia, jadi selesaikan DMO-nya dulu, baru bisa ekspor," tandas Bahlil saat disinggung soal kewajiban pemenuhan domestik sebagai persyaratan ekspor.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar