12 Juli 2025
13:32 WIB
Hadapi Kebijakan Tarif, AS Masih Jadi Mitra Dagang Utama Produk Halal RI
Ma'ruf Amin mengungkap sektor halal Indonesia dinilai mampu bertahan dalam menghadapi ketidakpastian global dan tekanan tarif ekspor AS. Pertumbuhan ekspor halal RI Januari 2025 mencapai 9,16% (yoy).
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Wakil Presiden ke-13, Kyai Ma'ruf Amin mengatakan, sektor halal Indonesia dinilai mampu bertahan dalam menghadapi ketidakpastian global dan tekanan tarif ekspor yang dilakukan oleh Amerika Serika (AS).
Dirinya bahkan memastikan, AS hingga saat ini masih menjadi salah satu mitra dagang utama untuk produk-produk halal Indonesia, di mana ekspor produk halal Indonesia memperlihatkan tren yang positif dan memiliki fundamental yang kuat.
"Dalam enam tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan Ekspor Produk Halal tercatat sebesar 7,08% per tahun. Pada Januari 2025, pertumbuhan ekspor mencapai 9,16% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), menunjukkan daya tahan sektor ini terhadap tekanan global," imbuhnya dalam makalah Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia yang diterima Validnews, Jakarta, dikutip Sabtu (12/7).
Baca Juga: IHLC Klaim Tarif 32% AS Tak Gentarkan Industri Halal Indonesia
Lebih detail, dirinya menyebut produk makanan dan minuman masih mendominasi struktur Ekspor Produk Halal dengan kontribusi lebih dari 80%, disusul oleh produk farmasi, tekstil, dan kosmetik, yang secara bertahap juga mulai menunjukkan peningkatan daya saing di pasar internasional.
Dia juga mengungkap, produk halal Indonesia berkontribusi sebesar 80% terhadap pasar internasional, menunjukkan dominasi yang kuat di sektor ini.
"Pertumbuhan sektor halal Indonesia tetap kuat meski dunia tidak dalam kondisi baik-baik saja. Ini menunjukkan fondasi ekonomi syariah kita semakin kokoh,” ungkap Ma'ruf Amin saat menggelar diskusi Kamisan bersama kalangan ekonom syariah di Jakarta, Kamis (10/7).
Hadir dalam kesempatan sama, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) merilis bahwa kontribusi sektor rantai nilai halal (Halal Value Chain/HVC) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menunjukkan kinerja yang positif pada kuartal akhir 2024.
Sektor halal mencatat peningkatan sebesar 2,45% (yoy), dengan total kontribusi mencapai 25,44% dari keseluruhan PDB nasional.
Baca Juga: Laporan SGIE 2024/2025: Indonesia Kokoh Di Tiga Besar Ekonomi Halal Dunia
Capaian tersebut, menurut Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat menegaskan, posisi rantai nilai halal sebagai salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi nasional berbasis prinsip syariah.
Secara umum, nilai HVC juga mengalami tren peningkatan yang konsisten sepanjang 2024, meskipun laju kontribusinya terhadap PDB nasional menunjukkan sedikit perlambatan menjelang akhir tahun.
"Secara keseluruhan, hingga akhir tahun 2024, sektor HVC telah memainkan peran strategis sebagai salah satu pilar utama dalam mendukung transformasi ekonomi nasional," ujar Emir.
Penjual melayani pembeli saat acara Gebyar Ekonomi Kreatif dan UMKM di Indramayu, Jawa Barat, Minggu (26/5/2024). Antara Foto/Dedhez Anggara
Selain berkontribusi terhadap pertumbuhan, rantai nilai halal juga mendorong arah pembangunan ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, serta selaras dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah.
Dengan potensi yang dimiliki, sektor ini diproyeksikan akan terus menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang relevan dalam menghadapi dinamika perekonomian global dan domestik di masa mendatang.
Baca Juga: BPJPH Sediakan Sertifikasi Halal Gratis Buat Warteg, Warsun, Dan Warung Padang
Semantara itu, Deputi Bidang Kemitraan dan Standarisasi Halal BPJPH Abdul Syakur melaporkan, saat ini telah terdapat 7 juta produk bersertifikasi halal, meskipun hanya memiliki anggaran untuk 1 juta sertifikat halal.
Abdul mengungkap, saat ini telah berdiri 90 Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), di mana 28 di antaranya internasional, dengan permintaan dari 33 negara untuk mendaftarkan LPH mereka ke Indonesia.
Berkaca dari kondisi yang saat ini terjadi, Ma’ruf Amin kembali mengingatkan, bahwa sertifikasi halal bukan hanya instrumen teknis, tapi juga instrumen ideologis.
“Label halal harus jadi perlindungan umat, bukan alat negara produsen lain. Indonesia tak boleh hanya jadi pasar, kita harus jadi produsen utama,” tegas Ma’ruf.