c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

25 Maret 2025

13:33 WIB

GRP Terapkan Sejumlah Strategi Hadapi Serbuan Baja Impor

Gunung Raja Paksi (GRP) menyebut baja impor naik dari tahun ke tahun. Menghadapi baja impor, GRP membesut tiga strategi utama.

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">GRP Terapkan Sejumlah Strategi Hadapi Serbuan Baja Impor</p>
<p id="isPasted">GRP Terapkan Sejumlah Strategi Hadapi Serbuan Baja Impor</p>

Ilustrasi. Pekerja beraktivitas di pabrik baja di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023). Antara Foto/Fauzan

JAKARTA - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terintegrasi di Indonesia menerapkan sejumlah strategi guna menghadapi serbuan produk baja impor yang semakin deras masuk ke pasar dalam negeri.

Presiden Direktur PT GRP Fedaus mengatakan, berdasarkan data Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA), konsumsi baja nasional (Apparent Steel Consumption/ASC) terus meningkat dari 15 juta ton pada 2020 menjadi 17,4 juta ton di 2023, dan diperkirakan mencapai 18,3 juta ton di 2024.

Peningkatan konsumsi baja tersebut, lanjut dia, seiring maraknya proyek seperti pembangunan jaringan tol, jembatan, dan transportasi publik.

"Pertumbuhan permintaan tersebut juga diikuti oleh peningkatan signifikan impor baja, terutama dari Tiongkok. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor besi dan baja mencapai 13,8 juta ton pada 2023," katanya di Jakarta, Selasa (25/3), dikutip dari Antara.

Baca Juga: GRP Ekspor Baja Struktur ke Kanada Senilai Rp31,1 Miliar

Dia menilai, serbuan produk impor itu tidak hanya soal harga. Namun, juga terkait keberlanjutan industri, kualitas konstruksi, dan kedaulatan manufaktur nasional.

"Produk baja murah yang tidak sesuai standar bisa berdampak pada masa depan pembangunan kita. Karena itu, sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan media sangat krusial agar ekosistem baja tetap sehat dan kompetitif," ujar Fedaus.

Strategi GRP
Di tengah tantangan tersebut, GRP telah meluncurkan berbagai inisiatif yang dimulai sejak November 2024. Fedaus mengatakan GRP tetap optimistis terhadap masa depan industri baja Indonesia.

Inisiatif multi tahap ini bertujuan mentransformasi GRP menjadi pemimpin dalam produksi baja berkelanjutan di Asia Tenggara. Proyek ini dibangun di atas tiga pilar utama, yakni transisi ke 100% Electric Arc Furnace (EAF), pemanfaatan scrap daur ulang, dan rencana pengembangan dan penggunaan energi terbarukan.

Inisiatif itu sekaligus menjadi bentuk transformasi jangka panjang dalam upaya menjadi produsen baja rendah karbon di Asia serta sekaligus mendukung program NZE pemerintah Indonesia.

"GRP akan menghentikan blast furnace yang sudah dibangun, namun tidak pernah dioperasikan, dan mengadopsi teknologi EAF yang lebih efisien dan minim emisi.

Strategi pengadaan scrap baja juga dikembangkan secara domestik dan internasional guna mendukung ekonomi sirkular dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam primer.

Pada saat yang sama, tambahnya, perusahaan juga terus mengeksplorasi sumber energi terbarukan untuk menurunkan jejak karbon dari hulu ke hilir.

Baca Juga: Produsen Baja Lapis Terkena Imbas Pembatasan Impor Bahan Baku

Selain itu, GRP bekerja sama dengan Primetals Technologies, guna membangun fasilitas produksi baja gulungan canai panas (Hot Rolled Coils/HRC) berbasis teknologi Arvedi Endless Strip Production (ESP).

Teknologi ini memungkinkan produksi baja berkualitas tinggi dengan emisi karbon nyaris nol dan efisiensi energi yang luar biasa.

Produksi yang akan dimulai pada 2027 tersebut, mendukung rencana GRP untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 2.500.000-ton baja rendah emisi karbon.

Oleh karena itu, nantinya, GRP menjadi perusahaan baja pertama di Asia, di luar Tiongkok, yang secara aktif mempersiapkan diri untuk memenuhi regulasi karbon ketat pasar global.

GRP juga menyambut baik langkah pemerintah dalam menerapkan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas produk baja impor sebagai bentuk perlindungan strategis terhadap industri nasional.

Kebijakan ini sangat penting untuk menciptakan persaingan yang adil, mencegah praktik dumping yang merusak pasar, serta memberikan ruang bagi produsen dalam negeri untuk berkembang dan berinovasi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar