10 Oktober 2025
20:26 WIB
GingerNuts, Ronde Kekinian Tak Melulu Hangat
Menghadirkan berbagai varian minuman ronde, termasuk ronde dingin, GingerNuts sukses mengembangkan bisnis hingga memiliki empat outlet.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Ronde dingin dengan rasa lotus biscoff . Instagram/gingernuts.id
JAKARTA - Apa sih yang pertama kali terlintas di benak saat mendengar kata "ronde"? Pasti langsung kepikiran air jahe yang hangat manis, bola ketan yang berisi kacang, kolang-kaling, potongan roti, dan kacang tanah sangrai yang bercampur menjadi satu dalam sebuah wadah.
Ronde, atau yang lebih dikenal dengan nama wedang ronde, adalah minuman khas yang lahir dari perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa. Minuman ini cocok dinikmati saat cuaca dingin atau musim hujan.
Ronde selalu identik pula dengan kuah jahe yang menyegarkan tenggorokan. Hidangan ini bisa dijadikan sebagai obat, penghangat tubuh, hingga meningkatkan daya tubuh.
Dikenal sebagai minuman hangat, pernah enggak kamu kepikiran buat cobain ronde versi dingin? Ya, ternyata selain disajikan dalam keadaan hangat, ronde kini bisa disajikan secara dingin.
Adalah GingerNuts (Jinjernats), hasil besutan saudara kembar Jessica Kartika dan Yacintha Puspita (40 tahun), yang menyulap ronde biasa menjadi ronde kekinian dingin, demi merangkul penikmat minuman dingin. Tak hanya berisikan kacang, ronde ala GingerNuts hadir dengan isian wijen, biscoff, hingga matcha.
GingerNuts menyediakan ronde dengan kuah jahe gula merah dan gula putih. Tapi, bagi yang tidak suka jahe karena panas di badan dan rasanya yang kuat, GingerNuts juga menawarkan kuah creamylk yang digandrungi anak muda.
Menariknya lagi meski mirip susu, kuah creamylk ini dibuat dari plant-based, non-dairy alias bebas susu, dan juga terbuat dari serat nabati. Jadi, pastinya aman dikonsumsi orang yang punya intoleransi laktosa (lactose intolerance).
Sebagai informasi, toleransi laktosa merupakan gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa. Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare, perut kembung, dan sering buang angin usai mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa.
"Untuk kuah yang non-jahe itu GingerNuts punya yang namanya creamylk dan juga creamylk jahe. Nah, kuah creamylk ini dia tuh plant-based (non-dairy), dan juga dari serat nabati, jadi aman untuk orang yang punya lactose intolerance," kata Marketing Communication GingerNuts Vivifiante Suribakti atau yang akrab disapa Vivi kepada Validnews melalui sambungan telepon, Kamis (9/10).
Selain itu, lanjutnya, produk GingerNuts juga menonjolkan gluten free, low calories, no cholesterol, no trans fat, preservative, dan high fiber. Kombinasi makanan sehat yang menjadi salah satu keunggulan utama.
"Kelebihan GingerNuts itu sih ada di rasa sama konsep. Kami pakai sentuhan tradisional, bahan premium tanpa pengawet, jadi rasanya tuh selalu authentic dan selalu bikin comfort untuk di perut," jelasnya.
Tak hanya menjajakan ronde saja, GingerNuts juga menawarkan berbagai produk minuman sehat. Mulai dari Jus Bawang Putih Tunggal, Sari Kacang Hijau Creamylk, Lemongrass Tea, hingga Es Coconut Jelly.
Kedua saudari kembar ini menjamin produk olahannya telah mengantongi sertifikat HALAL dan sedang dalam proses BPOM. Pastinya, aman dikonsumsi baik tua maupun muda.
Dari Kebiasaan
Bukan tiba-tiba jika Jessica dan Yacintha memilih bisnis ini. Keduanya terbiasa mengonsumsi wedang ronde dengan resep keluarga guna meningkatkan daya tahan tubuh, terlebih di era pandemi covid-19. Tak ingin sendiri merasakan maanfaat dari mengonsumsi rutin wedang ronde, Jessica dan Yacintha lantas terbesit niat menjajakan ronde kepada masyarakat luas.
"Karena masa pandemi sistem imun juga kurang, akhirnya owner GingerNuts pakai resep keluarga. Jadi, menu ini tuh terlahir dari kehangatan keluarga dengan adanya resep tersebut," ujar Vivi.
Terkait modal, Vivi enggan mengungkap rinci besaran modal yang dikeluarkan dua bersaudari itu. Namun, Vivi memastikan bahwa modal untuk mendirikan GingerNuts terbatas. Modal yang ada tersebut kemudian dibelanjakan untuk membeli bahan baku, peralatan, kemasan, hingga branding logo.
Langkah awal Jessica dan Yacintha mengenalkan dan memasarkan produknya adalah langsung terjun ke platform online melalui media sosial. Adapun produk yang pertama kali dirilis adalah ronde kacang jahe gula merah.
Gayung bersambut. Produk tersebut langsung disambut antusias oleh masyarakat. Terlebih, kala itu masyarakat mulai sadar untuk mengonsumsi makanan dan minuman sehat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Mereka menggunakan platform media sosial untuk berjualan. Dengan memanfaatkan iklan (ads) pada Instagram dan menawarkan sejumlah promo, pesanan demi pesanan terus berdatangan.
"Misi kami itu untuk memperkenalkan menu-menu yang bisa bawa kenyamanan ke seluruh kalangan tua dan muda, termasuk memperkenalkan menu tradisional Indonesia ke anak-anak muda… Biar enggak hilang esensi dari tradisionalnya ini dan akan terus berlanjut ke generasi selanjutnya," ungkap Vivi.
Seiring dengan antusias masyarakat yang membludak dan permintaan untuk membuat varian produk, GingerNuts coba mulai membagi tiga menu baru. Pertama, ronde dengan isian yang variatif seperti biscoff, matcha, dan wijen.
Kedua, variasi kuahnya dibagi menjadi kuah jahe dan non-jahe, yaitu kuah creamylk dan creamylk jahe. Ketiga, ada menu es ponde, tampilannya mirip es podeng tapi ada ronde di atasnya. Selain itu, juga ada matcha series, coconut series, dan signature coffee.
"Kita bergeraknya dari pasar sih, dari permintaan, dari antusias pelanggan," tegas dia.
Harga ronde GingerNuts masih terbilang terjangkau, yakni berkisar mulai dari Rp35 ribuan. Sementara itu, untuk menu minuman berkisar mulai dari harga Rp25 ribuan. GingerNuts juga menyediakan produk frozen yang dapat tahan hingga satu bulan jika disimpan di freezer.
Cerita bisnis GingerNuts bukan hal baru buat keduanya. Jessica dan Yacintha sudah terlebih dahulu berkecimpung di dunia food and beverage (FnB). Ya, Jessica dan Yacintha telah punya usaha berupa Fiesta Steak, steak legend yang penyajiannya di atas hot plate dan telah berdiri sejak 1988 silam.
Kala itu, usaha Fiesta Steak masih terus digandrungi. Akan tetapi, ketika pandemi mulai menerpa, Fiesta Steak turut terdampak. Hingga akhirnya, Jessica dan Yacintha mulai memikirkan bisnis lain, yakni GingerNuts.
Lebarkan Sayap Lewat Outlet
GingerNuts bermula dari tempat yang berlokasi di daerah Kemanggisan pada Oktober 2020. Di tempat ini, GingerNuts hanya menerima pesanan secara online, yang datang melalui WhatsApp (WA), Shopee, Tokopedia, GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Usai menuai sukses dari penjualan online, Jessica dan Yacintha tak langsung berpuas diri. Mereka justru mulai melirik untuk menjual dagangannya secara offline, dengan membuka sebuah outlet.
"Alasan owner tertarik untuk membuka outlet offline karena ingin memberikan experience langsung kepada pelanggan. Kalau online kan terbatas hanya lewat foto dan deskripsi, sedangkan offline bisa langsung dicoba, dirasakan kualitasnya, dan ini menambah trust terhadap brand," terang Vivi.
Sebelum mendirikan outlet, ada beberapa pertimbangan. Mulai dari permintaan pasar yang cukup tinggi dan juga pemilihan lokasi. Menurut Vivi, lokasi yang strategis sangat berpengaruh karena bisa jadi titik temu pelanggan lama sekaligus menarik pelanggan baru.
Selang setahun atau pada Oktober 2021, GingerNuts mulai membuka outlet pertamanya yang menghadirkan pengalaman belanja secara langsung. Outlet ini berada di dalam pusat perbelanjaan di daerah Depok, yakni Mall Margocity Depok.
Selanjutnya pada Juni 2022, GingerNuts kembali membuka Pop Up Store di Pondok Indah Mall (PIM) 3. Di sinilah, awal mula ronde dingin dilahirkan. Sayang, usia Pop Up Store ini tak bertahan lama dan harus tutup pada Januari 2023.
Lalu, selang setahun kemudian atau pada Januari 2024, GingersNuts membuka outlet di Mall Artha Gading. Masih pada tahun yang sama, tepatnya pada Juni 2024, GingerNuts kembali menghidupkan usahanya di PIM 3. Dengan begitu, kini total ada empat outlet yang berada di bawah bendera GingerNuts.
Meski baru ada empat outlet yang semuanya berada di wilayah Jabodetabek, produk GingerNuts sudah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Selain Jabodetabek yang menjadi basis pelanggan, GingerNuts juga pernah mendapatkan pesanan ke luar kota, seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Bali.
Bahkan, Vivi bercerita, juga ada pelanggan yang membawa produk GingerNuts hingga ke negeri Paman Sam alias Amerika Serikat (AS) sebagai bekal selama di sana.
Kini, produk GingerNuts sudah lebih mudah didapatkan. Lantaran, dijual di berbagai marketplace seperti Tokopedia dan Shopee, serta media sosial seperti Instagram dan TikTok. Juga, online delivery food seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Guna terus memperlebar sayap dan memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas, GingerNuts turut aktif mengikuti bazar event maupun menjadi sponsorship. Selain itu, GingerNuts juga membuka sistem reseller.
Adapun saat ini, GingerNuts tengah gencar untuk melayani catering service untuk acara ulang tahun, pernikahan, kantor, maupun kedukaan.
GingerNuts terus mengalami pertumbuhan yang cukup stabil dan selalu positif dari tahun ke tahun. Kini, Jessica dan Yacintha sudah dapat memetik kesuksesan dari usaha yang berlokasi di Kemanggisan Raya, Jakarta Barat tersebut.

Tak Selalu Mulus
Vivi bercerita, untuk dapat sesukses saat ini tentu GingerNuts yang tumbuh dari ide kecil dan terlahir di masa pandemi covid-19, juga menghadapi berbagai tantangan.
Adapun tantangan terbesar datang dari manajemen sumber daya manusia (SDM) dan konsistensi operasional. Lantaran, menurutnya, di dunia FnB harus menjaga kualitas produk menu dan hal itu tentunya tidaklah mudah.
Untuk menyiasati hal itu, GingerNuts melatih dan membangun disiplin para pekerja agar standar tetap terjaga.
Tak hanya itu saja, GingerNuts juga belajar untuk menghadapi berbagai karakter pelanggan. Karena dari sana, bisa mendengar kritik dan saran dari para pelanggan yang dapat membantu bisnis ke depan menjadi lebih baik.
"Karena kan kami melihat bagian-bagian itu tuh menjadi suatu proses. Jadi, masukan dan kritik dari pelanggan tuh amat-sangat membantu kita untuk lebih baik lagi ke depannya," beber dia.
Hasilnya, GingerNuts sudah dapat mempekerjakan lebih dari 20 karyawan di berbagai posisi berbeda. Mulai dari bidang produksi, operasional, marketing, design, finance, purchasing, IT, dan HR.
Vivi menjelaskan, kapasitas produksi GingerNuts menyesuaikan dengan permintaan harian dan jenis produknya. Dalam sehari, GingerNuts dapat melayani puluhan hingga ratusan pesanan.
Bahkan, permintaanya bisa melesat tinggi mencapai 80% atau dua kali lipat dari hari biasa, yakni pada saat memperingati Hari Ronde setiap tanggal 21 atau 22 Desember. Pesanan juga membludak jelang Hari Raya Natal, Imlek, dan Ramadan untuk pesanan hampers. Namun, untuk hantaran ini, GingerNuts memasang sistem pre-order (PO).
"Karena kan banyak pelanggan yang menjadikan GingerNuts sebagai salah satu hampers untuk dikirim-kirim ke saudara, kolega, dan juga teman-teman," katanya.
Mimpi Besar
Ke depannya, GingerNuts tak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor ke luar negeri. Namun saat ini masih banyak pertimbangan. Pasalnya, GingerNuts menggunakan bahan-bahan natural, sehingga tidak bisa bertahan lama di suhu ruangan. Hal ini yang mesti dipikirkan matang-matang.
Selain itu, sambung Vivi, GingerNuts juga ada rencana untuk terus berinovasi, membuka cabang di daerah-daerah lain seperti Tangerang, dan ingin berkolaborasi dengan brand-brand lain.
"Harapan kami simpel aja, semoga GingerNuts bisa terus berkembang, makin banyak orang yang tahu, serta semakin banyak yang suka sama produk GingerNuts. Kami juga ingin jadi brand lokal yang identik dengan comfort food and drink, jadi bikin sesuatu yang orang tuh setiap kali makan tuh menikmati dan juga senang gitu akan produk kami," pungkasnya.