25 Maret 2023
18:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi, Nuzulia Nur Rahma, Sakti Wibawa
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Bank Dunia mencatat, pada 2022, hanya ada 32,7% pekerja Indonesia yang mampu menyisihkan sebagian penghasilan dan membentuk cadangan untuk tujuh hari ke depan.
Angka ini jauh di bawah rata-rata dunia yang mencapai sebesar 40%. Bahkan, dibandingkan Asean, Indonesia juga ada di urutan buncit.
Simak saja, jumlah pekerja di Singapura yang mampu membentuk cadangan dana darurat tujuh hari mencapai 76,1%. Diikuti Myanmar 50,2%, Thailand 45,59%, Filipina 41,03%, Malaysia 39,3% dan Kamboja 34,36%.
“(Akibatnya), sekitar 52,9% pekerja mengalami kesulitan keuangan pada akhir bulan. Sementara 19% mulai kekurangan uang tunai di tengah bulan, dan 2,8% di awal bulan,” sebut Peneliti Center of Digital Economy and SME Indef Izzudin Al Farras Adha, Jakarta, Selasa (28/2).
Sebagian besar pekerja Indonesia kemudian meminta tolong keluarga untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Jumlahnya mencapai 44,42%. Sumber lainnya adalah pendapatan dari pekerjaan (17,61%), tabungan (13,5%), penjualan aset (5,84%), perbankan, perusahaan tempat bekerja, dan swasta (5,45%), serta lainnya (5,13%).
Siklus Utang
Nah, dari banyak kita yang membaca artikel ini, pastinya ada yang pernah kepepet karena tiba-tiba ada keperluan mendesak, kan? Jalan singkat menggunakan pinjaman online kerap kita pilih sebagai solusi cepat.
Firdaus Dwi Sasongko, (58) adalah salah satu dari yang mengalaminya dan bercerita soal ini. Dia mengaku beberapa waktu belakangan terpaksa mengajukan pinjaman online lantaran kebutuhan yang mendesak.
Ada biaya kuliah anaknya yang harus rutin dibayarkan setiap awal semester. Sementara itu, uang yang dia simpan terkadang tidak bisa menutupi antara kebutuhan harian serta biaya kuliah anaknya.
Tak jauh berbeda, Donny Nugroho (23), tiap bulan juga harus mencari pinjaman, setidaknya untuk operasional dalam beberapa hari sebelum gajian. Tak seperti Firdaus yang mencari pinjaman untuk keperluan biaya pendidikan anak, Donny beralasan gajinya tak cukup untuk membiayai hidupnya.
Pinjaman pun datang dari kakak atau kolega kerja, dan akan dibayar Donny segera setelah sms banking memberikan informasi gaji telah masuk ke rekening.
Kedua warga Ibukota Jakarta ini mengungkapkan, pinjaman kerap menjadi hal yang tak terelakkan. Kadang, kasbon dari kantor menjadi salah satu pilihan.
Belakangan, ada sistem lain yang diterapkan warga Jakarta. Pendapatan dari pekerjaan kini bisa diambil sebelum gajian. Adalah program Earned Wage Access (EWA) yang memungkinkan gaji diambil sebelum hari gajian.
Beda dengan kasbon yang notabene pinjaman perusahaan bagi karyawan, EWA adalah pengambilan gaji yang memang merupakan hak pekerja.
Hanya saja, tidak semua perusahaan yang menyediakan fasilitas ini. Perusahaan harus bermitra dengan penyedia jasa EWA.
Salah satu perusahaan rintisan atau startup yang memanfaatkan solusi ini menjadi peluang bisnis adalah Wagely. Dalam wawancara dengan TechCrunch, Wagely menyebutkan 75% pekerja Indonesia mengalami kesulitan membayar kebutuhan tak terduga yang muncul di antara hari gajian.
Banyak yang meminjam dari keluarga atau teman untuk membayar kebutuhan darurat tersebut. Namun jika opsi itu tidak tersedia, para pekerja tersebut mungkin beralih ke pemberi pinjaman online yang membebankan lebih dari 360% tingkat persentase tahunan, atau terpaksa menunda pembayaran sesuatu dan membayar denda kemudian.
“Ini adalah awal dari siklus hutang yang kejam dan mahal yang memiliki dampak negatif jangka panjang pada kesejahteraan finansial individu, yang pada gilirannya berdampak pada bisnis dengan perputaran yang lebih tinggi, produktivitas yang lebih rendah, dan lebih banyak pinjaman karyawan,” kata CEO wagely Tobias Fischer, Rabu (9/6/2021).
Kondisi itu membuat wagely menilai, kondisi ini menjadi ceruk pasar bagi layanan EWA.
Kepada Validnews pada Kamis (23/3), Tobias menuturkan saat ini, ada lebih dari 100 perusahaan dari berbagai sektor yang telah menyediakan wagely sebagai benefit karyawan, termasuk Mustika Ratu, Adaro Energy, dan Ranch Market.
"Sebagai platform kesejahteraan finansial terbesar di Asia, aplikasi kami sudah diunduh sebanyak lebih dari 50.000 kali, dan kami terus bertumbuh untuk memperluas layanan EWA kepada lebih banyak pekerja yang membutuhkan," katanya, dalam pernyataan tertulis.
Tobias mengatakan, kesejahteraan finansial karyawan merupakan inti dari layanan EWA, yang menciptakan solusi win-win bagi karyawan dan perusahaan.
Dari sisi karyawan, mereka bisa mengakses gaji yang mereka hasilkan secara fleksibel untuk menghindari tekanan finansial. Klaimnya, dengan fleksibilitas ini, pekerja bisa lebih punya ketenangan pikiran, yang kemudian lebih jauh berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan mental yang lebih baik secara keseluruhan.
Dari sisi perusahaan, menyediakan EWA dapat meningkatkan kepuasan kerja, produktivitas, dan retensi karyawan.
"Kami memahami seberapa besarnya biaya penggantian karyawan ketika mereka hendak mencari tempat kerja baru yang bisa membantu kebutuhan finansial mereka. Apalagi fenomena ini kerap terjadi pasca liburan panjang setelah karyawan menerima tunjangan hari raya (THR)," sebutnya.
EWA, lanjutnya, juga membantu mengurangi permintaan kasbon, yang sangat memakan waktu dan memengaruhi arus kas perusahaan.
Biasanya, proses mengajukan kasbon mengharuskan karyawan mengunjungi bagian Human Resource atau HR. Pegawai biasanya akan menjelaskan kebutuhannya, mengajukan permintaan, dan menunggu persetujuan. Ada kemungkinan juga pengajuan ditolak.
"Selain itu, menyediakan EWA akan menempatkan perusahaan sebagai tempat kerja pilihan, serta menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan kesejahteraan karyawan dan bersedia berinvestasi untuk masa depan mereka," timpalnya.

Cara Kerja EWA
Sebagai informasi, EWA tidak termasuk dalam kategori fintech lending. Berbeda dengan pinjaman, EWA memungkinkan karyawan mengakses sebagian dari gaji yang sudah mereka hasilkan sebelum hari gajian tanpa dikenakan biaya bunga atau biaya keterlambatan.
Artinya, EWA tidak meminjamkan uang kepada pengguna karyawan. Melainkan menyediakan cara bagi mereka untuk mengakses uang yang telah mereka hasilkan. Karena itu, EWA sering dianggap sebagai solusi kesejahteraan finansial.
Tobias menjabarkan sebuah simulai. Jika gaji bersih seorang karyawan Rp5.000.000 per bulan, dengan akses hingga 50% dari gaji yang sudah dihasilkan melalui Wagely, cia bisa melakukan penarikan hingga Rp2.500.000.
Jumlah penarikan kemudian akan dipotong dari gaji yang mereka terima pada hari gajian. Jumlah penarikan ini bisa bervariasi tergantung kebutuhan dan keadaan masing-masing individu. Di layanan perusahaan ini, biasanya, karyawan menarik sekitar 10% hingga 50% dari gaji yang sudah dihasilkan, yang berkisar antara beberapa ratus ribu hingga beberapa juta rupiah.
"Mereka cenderung melakukan penarikan menjelang hari gajian, atau yang biasa kita sebut pada ‘tanggal tua’. Perlu diingat bahwa ‘tanggal tua’ tidak selalu terjadi pada akhir bulan. Bagi sebagian orang, ‘tanggal tua’ bisa saja terjadi di awal bulan, tergantung tanggal gajian di perusahaan mereka," terang Tobias.
Saat ditanya mengenai berapa plafon maksimal untuk setiap penarikan? Tobias menjelaskan mitra perusahaan memiliki fleksibilitas untuk menentukan persentase penarikan gaji sesuai dengan kebutuhan karyawan mereka.
"Namun, kami biasanya menyarankan mitra untuk menetapkan batas penarikan tidak lebih dari 50% dari penghasilan karyawan, agar memastikan karyawan tetap memiliki sisa dana yang cukup pada hari gajian dan terhindar dari kesulitan keuangan," katanya.
Layanan yang disediakan ini juga tersedia gratis bagi karyawan untuk memantau penghasilan harian mereka dan mengakses konten edukasi finansial.
Pihaknya hanya mengenakan biaya keanggotaan bersifat tetap yang berkisar antara Rp20.000-Rp50.000 untuk layanan penarikan gaji.
"Biaya tetap ini bisa ditanggung oleh perusahan, karyawan, ataupun oleh kedua pihak secara sebagian, tergantung preferensi perusahaan. Kami tidak mengenakan bunga, biaya keterlambatan atau biaya tersembunyi," imbuhnya.
Menghindari Pinjaman
Lebih lanjut, Tobias menjelaskan situasi keuangan setiap orang unik, dan tidak ada satu cara yang cocok untuk semua. Dan, yang menjadi tujuan adalah membantu karyawan menghindari pinjaman dengan suku bunga dan biaya yang tinggi.
Berbeda dengan pinjaman tradisional, EWA tidak memeriksa kelayakan kredit dan tidak mengenakan bunga ataupun biaya keterlambatan.
Survei Kesehatan Finansial yang diikuti lebih dari 3.500 karyawan pengguna Wagely selama enam bulan mengungkapkan, 78% pengguna berhasil mengurangi kebiasaan berutang setelah memiliki cara mengakses dana darurat yang lebih berkelanjutan.
Temuan ini, kata Tobias menunjukkan bahwa akses langsung ke gaji secara fleksibel dapat mencegah ketergantungan terhadap utang.
Selain itu, 33% pengguna menyatakan tidak lagi khawatir dengan finansial mereka, dan 39% mengalami lebih sedikit kekhawatiran daripada sebelumnya.

Bukan Solusi
Lain halnya dengan Tobias, Perencana Keuangan Imelda Tarigan punya pendapat yang berbeda. Menurutnya, ketenangan dan kesejahteraan finansial terletak pada perencanaan keuangan. Sementara, titik kunci keberhasilan perencanaan keuangan adalah disiplin.
"Jadi, harus disiplin dalam membuat dan menjalankan anggaran, mengelola pengeluaran dan berinvestasi," katanya saat berbincang dengan Validnews, Jumat (24/3).
Dia menekankan, pemberian gaji dengan tanggal yang fleksibel, seolah baik dan nyaman. Tetapi, menurutnya hal tersebut justru tidak sejalan dengan prinsip kedisiplinan dalam mengelola pengeluaran.
"Penggajian lebih awal akan membuat gaji habis lebih awal lagi lalu kalau kemudian uang sudah habis, ujung-ujungnya akan kembali ngutang lagi. Ya kan?" ujarnya.
Dia menyarankan, lebih baik perusahaan mendidik karyawan untuk lebih tertib pada anggaran, dan membentuk tabungan dana darurat. Ini menegaskan, jikalau ada kebutuhan darurat bisa ditutup dengan baik, tidak perlu mengutang.
Lalu jika penghasilan seorang karyawan kurang, Imelda mengatakan solusinya adalah mencari penghasilan tambahan. Menurutnya, saat ini banyak fleksibilitas digital yang bisa digunakan untuk mencari penghasilan tambahan.
"Perlu kreatifitas dan network," tegasnya.
Dia menegaskan, literasi kepada karyawan soal financial planning yang lebih matang akan baik untuk melatih mereka dalam mempersiapkan pension, atau berjaga-jaga jika tiba-tiba harus berhenti bekerja karena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Zaman sekarang dunia bisnis sangat fleksibel dan dinamis. Apapun bisa terjadi. Perusahaan yang awalnya terlihat sangat 'berkilau' bisa aja tiba-tiba mem-PHK karyawan. Jadi sebaiknya mendidik karyawan untuk disiplin keuangan, dari pada memanjakan dengan pembayaran gaji fleksibel," pungkasnya.