c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

16 September 2025

15:32 WIB

Ekonom Proyeksi BI-Rate September 5%, Antisipasi Inflasi Efek Dana Rp200 T

Ekonom memproyeksi BI masih akan mempertahankan BI-Rate September 2025 di level 5%, dengan mempertimbangkan sejumlah hal, khususnya inflasi efek kebijakan fiskal dan stabilisasi rupiah.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>Ekonom Proyeksi BI-Rate September 5%, Antisipasi Inflasi Efek Dana Rp200 T</p>
<p>Ekonom Proyeksi BI-Rate September 5%, Antisipasi Inflasi Efek Dana Rp200 T</p>

Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap menyampaikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (20/11/2024). Antara Foto/Dhemas Reviyanto/tom.

JAKARTA - Ekonom memproyeksikan bahwa Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan BI-Rate September 2025 di level 5%. Bertahannya kebijakan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan sejumlah hal, khususnya inflasi efek kebijakan fiskal dan stabilisasi rupiah.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira memperkirakan Bank Indonesia masih akan menahan bunga acuan pada September 2025 di level 5%.

Kebijakan ini diambil untuk mengantisipasi risiko inflasi dari penyaluran pinjaman kepada Bank Himbara yang meliputi Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BSI dengan total mencapai Rp200 triliun.

"(BI Rate September bertahan), salah satunya karena mengantisipasi risiko inflasi dari penyaluran pinjaman Himbara yang merupakan bagian Rp200 triliun pengalihan dana pemerintah," ujar Bhima kepada Validnews, Jakarta, Selasa (16/9).

Baca Juga: Macquarie: Pergantian Menkeu Momen Uji Konsistensi Disiplin Fiskal

Senada, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede juga memprediksi suku bunga acuan BI tak akan berubah pada pelaporan besok (17/9).

"Kami memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 5,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2025," ujar Josua kepada Validnews, Selasa (16/9).

Josua menjelaskan, keputusan BI untuk menahan BI-Rate terutama didorong oleh pertimbangan stabilitas rupiah. Meski dirinya tidak menampik sentimen The Fed yang memiliki ruang cukup lebar untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada FOMC September 2025, seiring melemahnya pasar tenaga kerja AS

Baca Juga: Tekanan The Fed Bikin Dolar AS Lemah, Rupiah Menguat ke Rp16.380

Dia melanjutkan, fokus BI pada rupiah meningkat, khususnya setelah demonstrasi besar secara nasional pada akhir Agustus 2025 serta reshuffle kabinet yang menggantikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa. 

Pihaknya memperkirakan, arah kebijakan fiskal Indonesia di bawah kepemimpinan Purbaya akan tetap menekankan disiplin fiskal sebagaimana era sebelumnya. Kendati, Menkeu anyar punya kecenderungan pertumbuhan yang sedikit berbeda.

"(Menkeu Purbaya) dengan penekanan yang lebih kuat pada kebijakan fiskal yang pro pertumbuhan dibandingkan sekadar menjaga stabilitas," jelas dia.

Baca Juga: Purbaya Diminta Berani Disiplin Fiskal Untuk Kembalikan Kepercayaan Publik

Menyikapi hal tersebut, lanjutnya, investor global cenderung lebih berhati-hati dan memilih menunggu untuk menilai lebih lanjut arah kebijakan fiskal RI. 

Kondisi ini berujung pada terbatasnya arus modal asing masuk, sehingga memberi tekanan terhadap stabilitas rupiah. 

"Oleh karena itu, kami menilai Bank Indonesia akan cenderung bersikap lebih sabar dalam RDG September 2025, meskipun ruang untuk pemangkasan BI-Rate masih relatif terbuka lebar," ungkapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar