c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

22 November 2023

20:26 WIB

Dirjen EBTKE Sambut Operasional 21 Pabrik Hidrogen Hijau Dari PLN

Green Hydrogen Plant (GHP) atau pabrik hidrogen hijau dari PLN jadi tonggak terbentuknya supply chain hidrogen hijau

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

Dirjen EBTKE Sambut Operasional 21 Pabrik Hidrogen Hijau Dari PLN
Dirjen EBTKE Sambut Operasional 21 Pabrik Hidrogen Hijau Dari PLN
Ilustrasi. Ilustrasi pembangkit listrik tenaga hidrogen. Shutterstock/r.classen

JAKARTA - PT PLN (Persero) baru saja meresmikan operasional sebanyak 21 Green Hydrogen Plant (GHP) yang digadang-gadang dapat menghasilkan 199 ton hidrogen hijau per tahunnya.

Inovasi tersebut mendapat sambutan hangat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengapresiasi langkah cepat PLN dalam mengembangkan hidrogen hijau.

Penambahan operasional GHP, sambungnya, dilakukan hanya dalam waktu sebulan setelah PLN menyatakan komitmen untuk memperbanyak GHP.

"Setelah pertemuan terakhir pada bulan lalu di PLTU Muara Karang, PLN berjanji untuk memperbanyak hydrogen plant. PLN telah mengakselerasi langkah ini," ujarnya lewat keterangan tertulis, Rabu (22/11).

Baca Juga: Genjot Inovasi, 21 Plant PLN Hasilkan 199 Ton Hidrogen Hijau

Secara mendasar, Yudo menerangkan hidrogen jadi bahan bakar masa depan yang banyak dikembangkan di banyak negara. Dalam hal ini, Indonesia punya potensi besar akan hidrogen, bahkan berpeluang menjadi pemasok kebutuhan hidrogen hijau global.

"Indonesia punya potensi pengembangan hidrogen hijau yang besar. Bisa kita pakai sendiri, maupun menjadi potensi ekspor," kata Yudo.

Adapun produksi GHP dilakukan dengan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Selain itu, hidrogen hijau juga menggunakan Renewable Energy Certificate (REC) dari beberapa pembangkit berbasis EBT.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut dengan beroperasinya 21 unit GHP, produksi hidrogen hijau akan terdongkrak dari yang sebelumnya 51 ton per tahun menjadi hampir 199 ton per tahun.

Dari situ, sebanyak 75 ton per tahun rencananya digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit, dan 124 ton lainnya untuk bermacam kebutuhan, misalnya bahan bakar kendaraan.

Dengan asumsi penggunaan hidrogen bagi satu kendaraan sebanyak 0,8 kg per 100 km, maka 124 ton green hydrogen bisa digunakan untuk 424 mobil per tahun yang bergerak 100 km per hari.

"Angka itu bisa menekan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2 dan menekan impor BBM 1,55 juta liter per tahun, termasuk mengubah energi impor menjadi energi domestik," jelas Darmawan.

Adapun 21 GHP milik PLN terdapat di PLTU Pangkalan Susu, PLTGU Muara Karang, PLTU Suralaya 1-7, PLTU Suralaya 8, PLTGU Cilegon, PLTU Labuhan, PLTU Lontar, PLTGU Tanjung Priok, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Muara Tawar, PLTU Indramayu, PLTGU Tambak Lorok, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Rembang, PLTU Tanjung Awar-awar, PLTGU Gresik, PLTG Pemaron, PLTU Paiton, PLTU Grati, PLTU Pacitan, dan PLTU Adipala.

Baca Juga: Pupuk Indonesia Dan PLN Kembangkan Hidrogen Hijau Terintegrasi

Darmawan menambahkan, beroperasinya 21 GHP itu menjadi langkah strategis PLN untuk membangun rantai pasok hidrogen hijau pertama di Indonesia. Inisiatif ini juga diharapkan bisa mengakselerasi transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.

"Tidak hanya sekedar Green Hydrogen Plant, ini akan jadi tonggak supply chain green hydrogen di Indonesia dan PLN menjadi pionirnya," ucapnya.

Tak sampai situ, Darmawan mengatakan pihaknya berencana membuat Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian hidrogen.

"Termasuk juga mengoperasikan Fuel Cell Generator yang berbahan bakar green hydrogen," tandas Darmawan Prasodjo.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar