23 Januari 2023
14:46 WIB
Editor: Fin Harini
FLORES TIMUR - Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur melaporkan sebanyak 233 ekor babi di provinsi berbasis kepulauan itu mati mendadak selama periode Desember 2022 hingga Januari 2023.
“Data yang kami terima sudah ada 233 ekor babi di wilayah NTT ini yang dilaporkan mati mendadak oleh para peternak babi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT Melky Angsar saat dihubungi dari Adonara, Flores Timur, Senin (23/1), dilansir dari Antara.
Dia mengatakan kasus mati mendadak sejumlah ternak babi di NTT dikhawatirkan disebabkan African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika.
Melky menjelaskan sebanyak 233 kasus itu tersebar di enam kabupaten kota di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Kupang, mencatatkan kasus terbanyak.
Berdasarkan data terakhir, Jumat (20/1) pekan lalu, jumlah babi yang mati mendadak di Kabupaten Kupang mencapai 51 ekor.
Sementara itu, untuk kota Kupang ada 45 ekor, Flores Timur 33 ekor, Kabupaten Sikka 41 ekor, Kabupaten Ende 43 ekor dan Sumba Barat Daya 20 ekor.
“Ini data resmi yang masuk ke Dinas Peternakan Provinsi dari Dinas Kabupaten/Kota.Data di luar angka di atas, saya tidak bertanggungjawab,” ujar dia.
Dia menambahkan bahwa Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur menyiapkan 39.200 liter disinfektan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah daerah yang membutuhkan untuk mencegah menyebarnya virus ASF atau Flu Babi Afrika tersebut.
Menurut dia, saat ini dari 22 kabupaten/kota di NTT potensi penyebaran virus ASF masih sangat tinggi. Hal ini karena sisa-sisa virus itu masih ada di sejumlah daerah itu.
Sehubungan dengan itu, Dinas Peternakan NTT sudah mengimbau kepada Dinas Peternakan kabupaten Kota untuk meningkatkan pengawasan di wilayah kerja masing-masing.
“Sosialisasi ke masyarakat untuk lebih berhati-hati saat hendak memasukkan babi ke kandang dan babi dipastikan sehat,” tegas dia.
Kebersihan Kandang
Sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kesmavet Pengolahan dan Pemasaran drh Yosep A Paulus di Kupang, Sabtu (21/1) mengatakan Kabupaten Kupang sudah dalam status endemi kasus virus ASF.
Pasalnya, pada 2019 kasus penularan virus ASF juga terjadi hingga puluhan ribu ekor babi mati.
Yosep A Paulus mengatakan guna mengantisipasi penularan virus ASF maka para peternak babi untuk lebih waspada dengan terus menjaga kebersihan kendang. Dengan demikian, ternak babi yang ada tidak mudah terpapar virus ASF.
Menurut dia hingga saat ini belum ada obat-obatan untuk virus demam babi Afrika sehingga yang perlu dijaga adalah menjaga kebersihan kandang.
"Sampai sekarang belum ada obat untuk mengatasi virus demam babi Afrika, apalagi virus ASF ini penularan cepat maka harus ada kewaspadaan setiap masyarakat agar konsisten dalam menjaga kebersihan kandang," tegasnya.
Berdasarkan Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan 2022 yang diterbitkan Kementerian Pertanian, total produksi daging tahun 2021 sebanyak 4,5 juta ton. Produksi daging terbesar disumbang oleh ayam ras pedaging yaitu sebesar 70,14%, diikuti oleh daging sapi 10,74%, dan ayam buras 5,94%.
Lalu, ayam ras petelur 3,51%, kambing 1,32%, domba 1,12%, itik 0,90%, kerbau 0,42%, itik manila 0,10%, kuda 0,03%, puyuh 0,03%, dan kelinci 0,01%. Babi menyumbang 5,74% dengan total voule produksi Babi 260,9 ribu ton.
Bila dibandingkan dengan tahun 2020, produksi daging mengalami penurunan sebesar 0,31% dengan penurunan berasal dari puyuh 19,48%, itik manila sebesar 13,09%, babi 7,28%, domba 6,43%, kambing 3,21%, ayam ras pedaging 1,04% dan ayam buras 0,15%.
ASF merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100%, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.
Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk pencegahan penyakit ASF. Kementan pun menyebut penyakit ini merupakan ancaman bagi populasi babi di Indonesia yang mencapai kurang lebih 8,5 juta ekor.