03 Mei 2024
20:43 WIB
Diadang Sentimen Global, KSSK Jamin Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga
KKSK menyatakan stabilitas sistem keuangan atau SSK RI masih dalam kondisi yang terjaga, ditopang oleh kondisi dari APBN dan kebijakan moneter.
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan pandangannya dalam Editor's Talk Forum Pemred di Gedung Graha Antara, kompleks Antara Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta, Rabu (27/3/2024). Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - Menkeu Sri Mulyani menegaskan, stabilitas sistem keuangan atau SSK RI masih dalam kondisi yang terjaga. Stabilitas sistem keuangan ditopang oleh kondisi dari APBN begitu pun kebijakan moneter.
“Meskipun demikian, terdapat peningkatan ketidakpastian kondisi fiskal, moneter, dan gejolak geopolitik global yang telah mendorong peningkatan tekanan di pasar keuangan global dan juga merambat ke pasar domestik,” katanya melaporkan Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024, Jakarta, Jumat (3/5).
KSSK menjamin akan terus melakukan asesmen forward looking atas kinerja perekonomian dan sektor keuangan terkini. Seiring dengan risiko ketidakpastian ekonomi dan keuangan global yang meningkat, juga gejolak geopolitik yang makin eskalatif.
Di samping itu, KSSK terus berkomitmen terus memperkuat koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global.
KSSK juga akan terus menjaga stabilitas dan sustainabilitas dari sistem keuangan dan menjaga instrumen kebijakan terjaga, baik dari sisi fiskal, moneter, makroprudensial, hingga mikroprudensial. “Untuk bisa terjaga dan memberikan guidance yang jelas kepada market,” sebutnya.
Sri Mulyani melanjutkan, KSSK memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global akan relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang. Laporan ekonomi terbaru IMF pada April 2024 memproyeksi perekonomian global stagnan pada 3,2% untuk 2024.
Baca Juga: Kemenkeu Nilai Peringkat Kredit Fitch Afirmasi Kinerja Ekonomi RI
Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat tumbuh pada level 2,5% untuk 2023 dan 2024. Akibat menguatnya permintaan domestik dan aktivitas manufaktur AS yang juga masih ekspansif.
Masih kuatnya kinerja ekonomi AS tersebut diikuti dengan laju inflasi yang masih tinggi dan meningkat pada beberapa bulan terakhir. “Hal ini telah mendorong potensi penundaan dimulainya pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed, artinya higher for longer,” sebutnya.
Adapun untuk Tiongkok pertumbuhan ekonominya diperkirakan melambat dari 5,2% pada 2023 menjadi 4,6% di 2024.
Secara umum, pada April 2024, dinamika ekonomi keuangan global mengalami perubahan sangat cepat. Dengan kecenderungan ke arah negatif, akibat eskalasi perang di Timur Tengah dan ketegangan geopolitik yang makin tinggi.
Kebijakan moneter AS yang cenderung mempertahankan suku bunga lebih tinggi dan lebih lama atau higher for longer, penundaan pemangkasan suku bunga FFR, serta tingginya yield US Treasury menyebabkan arus modal portofolio keluar dari negara-negara berkembang dan emerging pindah ke Negeri Paman Sam.
“Ini menyebabkan penguatan mata uang dolar AS dan melemahnya nilai tukar mata uang dari berbagai negara. Ke depan, risiko terkait potensi penundaan pemangkasan FFR, tingginya US Treasury dan penguatan dolar AS, serta eskalasi dari ketegangan geopolitik global akan terus dicermati,” sebutnya.
KSSK akan terus bersiaga dan mengantisipasi lewat respons kebijakan yang sinergis dan efektif. Untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan dan ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia dan terhadap SSK Indonesia.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Menkeu pun optimis, kinerja ekonomi Indonesia masih cukup resilien di tengah ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2024 diperkirakan akan tetap berada di atas 5% dan menguat dibandingkan kuartal sebelumnya.
“Hal ini didukung permintaan domestik yang tetap kuat, baik dari sisi konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT (investasi),” paparnya
Seiring dengan penyelenggaraan Pemilu yang menyebabkan beberapa belanja dilakukan front loading. Serta kebijakan APBN yang menaikkan gaji ASN dan pensiun serta pemberian THR dengan tunjangan kinerja 100%, telah memberikan dukungan pada belanja pemerintah yang memperkuat belanja atau daya beli masyarakat.
Baca Juga: Jaga Stabilitas Keuangan, OJK Sebut Miliki Strategi Mitigasi Risiko
Sementara itu, investasi bangunan juga lebih tinggi dari perkiraan, ditopang oleh berlanjutnya Proyek Strategi Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan aktivitas properti swasta. Sebagai dampak positif dari insentif yang diberikan oleh pemerintah.
Dia memperkirakan, kinerja ekspor masih belum cukup kuat. Sejalan dengan moderasi harga-harga komoditas dan lemahnya permintaan global. Ketahanan eksternal ekonomi RI cukup stabil dengan kebijakan yang diarahkan untuk terus menjaga stabilitas rupiah.
“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 diperkirakan tetap berada di sekitar 5%,” urainya.