18 Januari 2023
17:02 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Rheza Alfian
JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sepanjang 2022 mencatatkan lifting minyak sepanjang tahun 2022 sebesar 612 ribu barrel oil per day (BOPD) serta salur gas sebesar 5.347 juta kubik per hari (MMSCFD).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers yang digelar secara hybrid menjelaskan pencapaian lifting minyak itu memenuhi 87,1% dari target yang ditetapkan pada awal 2022 sebesar 703 ribu BOPD.
"Sedangkan untuk salur gas, kita penuhi 92,2% dari target awal tahun 5.800 MMSCFD," ujar Dwi di Jakarta, Rabu (18/1).
Dari raihan itu, cost recovery mampu menyentuh US$7,8 miliar dan penerimaan negara US$18,19 miliar. Angka tersebut menandakan terpenuhinya 183% penerimaan negara dan 90,2% cost recovery dari target yang ditetapkan pada awal 2022.
"Untuk penerimaan negara, awalnya ditargetkan US$9,95 miliar pada APBN dan pada APBN-P dinaikkan sekitar US$15 miliar kalau tidak salah. Jadi, penerimaan negara masih di atas target APBN ataupun APBN-P," kata dia.
Dwi menyebut untuk investasi sektor hulu migas sepanjang 2022 berhasil mencapai US$12,3 miliar atau 93% dari target yang telah ditetapkan sebesar US$13,2 miliar. Meski begitu, capaian investasi masih terbilang tumbuh 113% jika dibandingkan realisasi tahun 2021.
"Bahkan jika dibandingkan dengan global, Indonesia masih tumbuh 4%. Artinya, Indonesia masih menjadi negara yang sangat menarik untuk investor," tuturnya.
Khusus untuk investasi eksplorasi sepanjang tahun lalu, SKK Migas mencatat ada sekitar US$800 juta atau meningkat 33% dibandingkan realisasi tahun 2021. Selain itu, investasi eksplorasi 2022 sudah mengalami recover dengan baik setelah pandemi.
Pasalnya, nilai investasi eksplorasi minyak dan gas bumi sepanjang tahun lalu menjadi yang tertinggi sejak 2017 silam yang hanya berada di kisaran US$500 juta hingga US$600 juta.
Dwi menambahkan, nilai investasi total dari sektor hulu migas pada 2023 ini ditargetkan mencapai US$15,5 miliar atau meningkat 26% jika dibandingkan realisasi 2022 dan lebih tinggi 6,5% dibandingkan proyeksi investasi global tahun ini.
"Kenaikan investasi tentunya harus beriringan dengan meningkatnya aktivitas, khususnya untuk drilling guna memberi harapan baru bagi kita, membawa kembali produksi dan lifting migas di Indonesia," ucap Dwi Soetjipto.