12 September 2025
08:35 WIB
Daya Beli Masih Lemah, Gudang Garam Beri Sinyal Kinerja Tertekan
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2025, pendapatan Gudang Garam tercatat sebesar Rp44,36 triliun, turun 11,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp50 triliun.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Kereta api melintas dengan latar belakang pabrik PT Gudang Garam Tbk di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (26/6/2025). Antara Jatim/Prasetia Fauzani/mas.
JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memberikan sinyal bahwa kinerja keuangan perseroan ke depan masih akan berada dalam tekanan.
Direktur & Corporate Secretary GGRM Heru Budiman menjelaskan, penurunan penjualan dan laba perusahaan bukanlah tanpa sebab. Utamanya, disebabkan oleh lemahnya daya beli konsumen serta kenaikan tarif cukai yang tidak diimbangi kenaikan harga jual.
“Profitability kita itu masih rapuh. Kenaikan cukai yang sudah terjadi belum seluruhnya atau belum dapat terkompensasi oleh kenaikan harga yang proporsional,” kata Heru dalam Public Expose Live 2025 yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (11/9).
Baca Juga: Tanggapi PHK Gudang Garam, Menko Airlangga Akan Monitor
Lebih lanjut, ia menekankan, meski pemerintah telah memutuskan tidak ada kenaikan cukai pada 2025, namun kondisi tersebut belum otomatis membuat kinerja keuangan pulih.
Pasalnya, menurut Heru, kenaikan cukai pada periode sebelumnya masih membebani perusahaan. Sementara itu, ruang untuk menaikkan harga rokok terbatas karena risiko kehilangan volume penjualan.
“Dalam situasi di mana buying power masih tertekan, menaikkan harga pasti akan berisiko dengan lebih menurunnya volume. Perbaikan profitability baru realistis kalau daya beli meningkat,” jelas dia.
Kinerja GGRM
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2025, pendapatan Gudang Garam tercatat sebesar Rp44,36 triliun, turun 11,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp50 triliun.
Volume penjualan juga turun 14,9% menjadi 23,7 miliar batang dari sebelumnya 27,8 miliar batang.
Penurunan ini turut menyeret laba komprehensif anjlok tajam dari Rp926 miliar menjadi hanya Rp120 miliar, atau turun dari 1,9% menjadi 0,3% terhadap pendapatan.
Secara keseluruhan, Heru menjelaskan, pelemahan volume penjualan industri rokok nasional memang masih berlangsung. Pada semester I/2025, total volume industri rokok turun 7,9% (yoy) menjadi 112,8 miliar batang dari periode sama tahun sebelumnya 122,6 miliar batang.
Baca Juga: Kemenaker Masih Verifikasi Isu PHK Massal Gudang Garam
Adapun, segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) terdampak paling besar. Gudang Garam yang mengandalkan segmen SKM dan SKT, pun ikut tertekan.
Selain beban cukai dan daya beli, faktor persaingan dari rokok alternatif yang lebih murah, termasuk produk tanpa cukai, turut memperberat situasi ini.
"Sejak 2020 daya beli itu tertekan dan tetap tertekan, sedangkan kenaikan cukai mendorong konsumen beralih ke SKT atau produsen kecil dengan tarif lebih rendah,” ujar Heru.
Dengan adanya kondisi tersebut, manajemen GGRM menilai pemulihan kinerja keuangan tetap membutuhkan waktu, meski cukai tidak naik pada tahun ini.
Untuk menyiasatinya, Gudang Garam memilih menjaga efisiensi serta mempertahankan pangsa pasar agar tidak kehilangan konsumen lebih jauh.