c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

11 Januari 2024

20:45 WIB

Bulog Waspadai Pendangkalan Terusan Suez Pengaruhi Impor Pangan RI

Dirut Bulog pastikan konflik Israel Palestina yang berada di sekitar Terusan Suez dan pendangkalan di jalur tersebut bakal pengaruhi transportasi impor pangan terutama kedelai.

Penulis: Erlinda Puspita

Bulog Waspadai Pendangkalan Terusan Suez Pengaruhi Impor Pangan RI
Bulog Waspadai Pendangkalan Terusan Suez Pengaruhi Impor Pangan RI
Pekerja mengolah kedelai untuk dijadikan tempe di industri tempe rumahan, Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, konflik di kawasan Timur Tengah yakni Israel dan Palestina, telah memberikan dampak terhadap impor pangan ke Indonesia, terutama komoditas kedelai. 

Menurutnya, saat ini sudah semakin banyak kapal kontainer pengirim jasa logistik rute Eropa-Asia, mulai beralih jalur dari Terusan Suez menuju Tanjung Harapan, karena adanya pendangkalan di Terusan Suez, Laut Merah. 

“Konflik di Timur Tengah ini membuat kapal harus muter ke Tanjung Harapan, artinya ada tiga minggu tambahan waktu. Itulah yang dirasakan kedelai paling utama. Jadi kondisi tahun ini di kedelai, masalah yang paling serius adalah transportasi,” ujar Bayu dalam konferensi di Kantor Bulog, Jakarta, Kamis (11/1). 

Seperti diketahui, konflik Israel dan Palestina yang terjadi di sekitar kawasan Terusan Suez di Laut Merah dalam beberapa pekan terakhir, telah membuat banyak perusahaan logistik global yang melayani rute perdagangan Eropa-Asia harus berpindah melalui Tanjung Harapan, yakni lokasi paling ujung selatan benua Afrika. 

Hal tersebut juga berimbas pada kebutuhan bahan bakar angkut yang lebih banyak dan durasi angkut yang lebih lama, mencapai 10 hari lebih. Panjangnya rute logistik membuat pengiriman kedelai masuk ke Indonesia di beberapa waktu ke depan menjadi terlambat.

Baca Juga: Di Tengah Kenaikan Harga, Bapanas Sebut Stok Kedelai Cukup

Kebutuhan kedelai sendiri di Indonesia diakui Bayu harus dipenuhi dari impor, yakni hanya dari Amerika Serikat maupun Amerika Latin. Sehingga permasalahan di jalur Terusan Suez tetap akan mempengaruhi impor kedelai ke dalam negeri, meski saat ini belum terasa.

Bayu bilang, karena kondisi tersebut, keterlambatan kedelai baru akan terasa mulai tahun ini. Oleh karena itu, jika Bulog sepakat impor kedelai saat ini, kedelai baru bisa datang pada satu hingga satu setengah bulan ke depan.

“Kemarin juga sudah saya sampaikan ke Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) bahwa Januari ini belum ada yang dilakukan (impor kedelai),” kata Bayu.

Dia pun memperkirakan baru akan berencana importasi kedelai tahun 2024 di pekan ketiga Januari 2024 minggu depan.

“Minggu depan mudah-mudahan Bulog bisa mengembangkan cara atau sistem agar tidak ada keterlambatan impor. Tapi kalau masalahnya di transportasi global seperti Terusan Suez yang mendangkal, ya susah, kita tidak bisa melakukan sendiri,” tegasnya.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Gapkoptindo: Please Pemerintah, Siapkan Cadangan

Impor kedelai dari 2023, menurut Bayu sudah mulai masuk ke Indonesia, khususnya ke Jawa Timur dan Banten. Sisanya masih akan berlanjut sepanjang 2024 dan diharap mampu menormalkan kondisi pasokan kedelai menjelang bulan Ramadan.

Selain itu, untuk komoditas beras menurut Bayu juga kemungkinan akan terpengaruh oleh pendangkalan Terusan Suez, karena berkaitan dengan sistem perdagangan dan rantai pasok global. Namun untuk saat ini impor beras kata dia masih aman, karena masih bisa dipenuhi dari Vietnam, Thailand, dan Myanmar.

“Apakah beras terpengaruh? Iya. Karena sistem perdagangan global. Jadi kontainer dari Eropa sampai ke Singapura, dibawa ke China. Dari China dibawa ke Indonesia. Dari China juga mampir ke Thailand, jadi kontainer kalau terjadi hambatan di mana pun, maka terasa di seluruh dunia,” tutur Bayu menjelaskan.

Silang Pendapat
Direktur Utama Holding BUMN Pangan, yakni ID FOOD, Frans Marganda Tambunan menyatakan pendangkalan Terusan Suez tidak berpengaruh terhadap impor pangan ke Indonesia. Alasannya, mayoritas kebutuhan pangan Indonesia masih dapat dipenuhi dari benua Asia dan Australia.

“Enggak, nggak berpengaruh. Impor pangan kalau kita, misal gula, kebanyakan dari India, harusnya nggak kena dampak. Kita juga nggak banyak impor dari Eropa, jadi harusnya nggak ngefek banyak ke kita,” kata Frans saat ditemui Validnews, Rabu (9/1).

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 ID FOOD dan Bulog yang berada di bawah naungan Badan Pangan Nasional (Bapanas) memiliki amanat mengelola komoditas pangan yang berbeda. 

Untuk ID FOOD, bertugas mengelola 8 komoditas yaitu daging unggas, daging ruminansia, telur ayam, gula konsumsi, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, cabai, dan ikan. Sedangkan Bulog bertugas mengelola komoditas beras, jagung, dan kedelai.

Lebih lanjut, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi yang hadir di sela-sela konferensi pers Bulog menyatakan, tahun ini Bulog harus mengelola impor kedelai sebanyak 120 ribu ton.di tahun 2023, Bulog sebenarnya sudah ditugaskan untuk impor kedelai, namun hal tersebut belum dilakukan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar