c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

03 Juni 2025

17:48 WIB

Bukan Karena RI Stop Impor Beras, Ini Alasan Harga Beras Global Turun

INDEF menyebutkan kontribusi impor beras Indonesia secara global hanya sebesar 7,6% atau lebih rendah dibandingkan Vietnam dan Filipina.

Penulis: Erlinda Puspita

<p id="isPasted">Bukan Karena RI Stop Impor Beras, Ini Alasan Harga Beras Global Turun</p>
<p id="isPasted">Bukan Karena RI Stop Impor Beras, Ini Alasan Harga Beras Global Turun</p>

Ilustrasi impor beras. Buruh pelabuhan membongkar beras impor dari kapal kargo berbendera Vietnam di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (11/10/2023). Antara Foto/Ampelsa

JAKARTA - Laporan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan, klaim Indonesia yang tak lagi impor beras di tahun ini telah memberikan dampak pada penurunan harga beras di dunia perlu dikaji lebih kritis. Pasalnya kontribusi impor beras yang dilakukan Indonesia dari total impor global hanya sebesar 7,6%.

Selain itu, harga beras juga mulai turun di seluruh negara produsen di dunia, imbas peningkatan produksi namun tak diimbangi peningkatan permintaan yang sepadan.

Kepala Center of Food, Energy and Sustainable Development INDEF Abra Talattov mengungkapkan, produksi dan pasokan beras global pada periode 2024/2025 diperkirakan akan mencapai titik tertinggi dalam sejarah, yakni produksi mencapai 543,6 juta ton dan pasokan menjadi 743 juta ton. Sedangkan untuk konsumsinya, diperkirakan hanya 539,4 juta ton.

“Selisih pasokan yang besar ini menciptakan tekanan surplus yang signifikan di pasar global. Kelebihan pasokan ini tercermin dalam stok akhir global yang membengkak menjadi 205,7 juta ton, serta rasio stok terhadap konsumsi global yang naik ke 37,7%, tertinggi hampir satu dekade,” ungkap Abra dalam laporannya bertajuk “Stabilitas Harga di Tengah Transisi Energi dan Tekanan Pangan”, Selasa (3/6).

Baca Juga: Lewat B2B, Indonesia Bakal Segera Ekspor Beras Asal Kalbar ke Malaysia

Abra menuturkan, tekanan oversupply ini juga akan berlanjut di periode 2025/2026 mendatang. Ini terlihat dari proyeksi United State of Department of Agriculture (USDA) yang memperkirakan total pasokan beras global kembali mencetak rekor sebesar 723,8 juta ton atau naik 6,1 juta ton dari periode sebelumnya. Peningkatan ini khususnya didorong oleh kenaikan stok awal di negara eksportir utama seperti India, China, Vietnam, Thailand, dan Filipina.

Bahkan produksi global di periode 2025/2026 juga diperkirakan akan tetap tinggi di 538,7 juta ton, dengan kontribusi utama berasal dari produksi beras India, China, dan Bangladesh. Sementara di sisi konsumsi, meski permintaan juga melonjak dan menyentuh rekor baru yakni 538,8 juta ton, menurut Abra kenaikannya lebih bersifat moderat dan tidak sebanding dengan lonjakan pasokan.

“India dan China menyumbang sekitar 80% dari stok akhir global, sebagian besar karena kebijakan penyangga pemerintah (government stockholding programs),” imbuhnya.

Sejalan dengan surplus produksi dan pasokan tersebut, tentu mendorong harga beras di pasar internasional makin merosot. Menurut Abra, data Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan, harga beras broken 5% mengalami penurunan signifikan sejak pertengahan 2024.

Misalnya, di India harga di Oktober 2024 tercatat US$481/ton namun sudah terkontraksi di Maret 2025 menjadi US$375,5/ton. Pola serupa juga terjadi di Vietnam dan Thailand yang masing-masing merosot dari US$526,3/ton menjadi US$386,5/ton dan US$515/ton menjadi US$425/ton.

Dari kondisi tersebut, pernyataan kebijakan pemerintah untuk tidak mengimpor beras berpengaruh pada harga beras global perlu dikaji ulang.

”Klaim bahwa absennya impor Indonesia menjadi penyebab utama jatuhnya harga beras global perlu dikaji secara kritis. Dengan porsi hanya sekitar 7,6% dari total impor beras dunia, kontribusi Indonesia tergolong minor dibandingkan negara lain seperti Filipina (8,02%) dan Vietnam (9,56%),” tegas Abra.

Baca Juga: BPS: Produksi Beras Januari-Mei 2025 Capai 16,62 Juta Ton

Ia justru menggarisbawahi, penurunan harga beras global pada 2025 lebih disebabkan surplus struktural, produksi dan stok akhir global yang mencetak rekor tertinggi, serta melambatnya permintaan di tengah kenaikan pasokan dari eksportir utama seperti India dan China.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan petani Inodnesia memiliki peran penting menekan harga beras dunia lewat peningkatan produksi nasional. Menurutnya, saat Indonesia aktif mengimpor beras, harga bertengger di kisaran US$460 per ton. Namun, kini saat Indonesia tidak mengimpor, harga turun menjadi US$390 per ton.

"Dulu US$460 per ton, di saat kita impor segala macam. Terendah pernah terjadi, karena kita tidak mengimpor itu US$390 per ton. Artinya apa? Indonesia berpengaruh, berpengaruh pada harga beras dunia," kata Mentan dalam jumpa pers seusai menerima kunjungan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Marc Gerritsen; dan Duta Besar (Dubes) Yordania Sudqi Attalah Al Omoush di Jakarta, Rabu (14/5), dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan penurunan harga global tersebut tidak lepas dari kontribusi petani Indonesia yang berhasil menjaga kestabilan pasokan dan permintaan, sehingga turut meringankan beban negara-negara konsumen beras.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar