03 Oktober 2025
17:51 WIB
Bukan Cuma Pertamina, Dirjen Migas Ungkap Shell Juga Pakai Etanol
Terungkap, Shell di luar Indonesia ternyata juga menggunakan etanol sebagai blending bensin dan solar.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Sejumlah SPBU Shell tampak kosong beberapa waktu terakhir akibat kelangkaan bahan bakar. ValidNewsIDHasta Adhistra.
JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman menekankan penggunaan etanol merupakan hal yan lazim dalam bisnis bahan bakar minyak (BBM) di seluruh dunia.
Bahkan, ia menyebut, Shell di luar negeri juga menggunakan etanol sebagai bahan campuran BBM yang mereka jual. Artinya, etanol adalah bahan yang umum digunakan sebagai campuran bensin di banyak negara, termasuk yang dilakukan oleh Shell.
"Kalau di Amerika Serikat saja, Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri itu mereka bensinnya pakai etanol, saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu," tegas Laode saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (3/10).
Mengutip laman resmi Shell, perusahaan SPBU berlogo kerang kuning itu memang menjual BBM campuran etanol di beberapa negara. Peredaran BBM campuran etanol tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Inggris soal Renewable Transport Fuel Obligation (RTFO).
Etanol sendiri merupakan bahan bakar terbarukan non-fosil yang dibuat menggunakan produk sampingan industri gula, gandum, sorgum, hingga jagung.
Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Buka Suara Soal Campuran Etanol Pada BBM
Sebagai bagian dari kebijakan tersebut, perusahaan yang menjual bahan bakar berbasis fosil punya kewajiban untuk menjamin persentase tertentu dari produk yang mereka jual terdiri dari bahan bakar terbarukan dan sumber yang berkelanjutan.
Target dalam RFTO, lanjutnya, biasanya dicapai lewat penggunaan etanol hasil biodiesel dalam bensin dan Fatty Acid Methyl Ester (DAME) dalam solar. Kedua produk itu, etanol dan FAME, sudah dicampur ke dalam produk bahan bakar Shell di Ingrris.
Sesuai dengan spesifikasi bahan bakar di Inggris, Shell lewat Shell Regular Diesel dan V-Power Diesel sudah mengandung 7% FAME. Lalu untuk bensin, Shell Regular Unleaded telah mengandung 10% etanol setelah Pemerintah Inggris memperkenalkan E10 pada 2021, sedangkan Shell V-Power Unleaded mengandung etanol tak lebih dari 5%.
Lebih lanjut, Laode menekankan pada dasarnya etanol adalah bahan yang wajar dicampurkan ke dalam bahan bakar minyak. Apalagi di Brasil, sampai saat ini etanol yang digunakan sudah lebih dari 20%.
"Negara-negara yang punya industri hulunya etanol besar seperti Brasil itu mereka sudah pakai, malah E-nya sudah di atas 20% ya mereka. Jadi, tidak ada masalah sebenarnya," ungkapnya.
Jamak Digunakan Di Negara Lain
Blending etanol dilakukan dalam rangka menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung agenda transisi menuju energi yang berkelanjutan. Apalagi, etanol merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan seperti tebu dan jagung, sehingga bisa membuat BBM menjadi lebih ramah lingkungan.
Selain itu, emisi gas buang kendaraan juga diyakini bakal berkurang dengan mencampurkan etanol ke dalam BBM.
Baca Juga: Pertamina Beberkan Best Practice Penggunaan Etanol Di BBM, Eropa-AS
"Campuran E10 kini telah menjadi standar di banyak negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris, sebagai standar untuk mengurangi polusi udara," tutur Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth Marchelino Verieza lewat keterangan tertulis, Jakarta, Jumat (3/10).
Karena itu, Roberth kembali menegaskan, penggunaan etanol sebagai bahan campuran BBM bukan merupakan hal baru, melainkan praktik yang sudah umum dilakukan secara global.
"Implementasi ini terbukti berhasil mengurangi emisi gas buang, menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, serta mendukung peningkatan perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian," tegasnya.