c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

20 Juli 2023

16:50 WIB

BRI Bidik Porsi Loan at Risk Kembali Satu Digit di 2025

Posisi Juni 2023 tinggal sekitar Rp83,2 triliun atau sekitar 7,64% dari total kredit BRI.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

BRI Bidik Porsi <i>Loan at Risk</i> Kembali Satu Digit di 2025
BRI Bidik Porsi <i>Loan at Risk</i> Kembali Satu Digit di 2025
Gedung Bank BRI di Jakarta, Rabu (18/1/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menargetkan kredit yang direstrukturisasi Perseroan kembali menjadi single digit dari total jumlah portofolio kredit pada tahun 2025, atau sama seperti kondisi sebelum krisis akibat pandemi melanda.
 
 Hal itu seiring dengan kondisi ekonomi yang semakin membaik dan seiring geliat pelaku UMKM yang terus meningkat.
 
 Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menjelaskan, secara akumulatif, kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio kredit, yang puncaknya terjadi sekitar September 2020 dengan nilai lebih dari Rp250 triliun.
 
 “Alhamdulillah saat ini sudah jauh berkurang. Posisi Juni 2023 tinggal sekitar Rp83,2 triliun atau sekitar 7,64% dari total kredit BRI. Jadi, setiap bulan kami turun antara Rp3 triliun sampai Rp5 triliun. Mudah-mudahan sisanya ini bisa kami kelola hingga akhir tahun ini terus menurun," kata Agus dalam keterangan resmi, Senin (20/7).
 
Dirinya berharap porsi tersebut dapat terus turun hingga rasio Loan at Risk (LAR) BRI bisa kembali dari 15,1% di Juni ini ke single digit.
 
 "Mungkin akan kami dapat di akhir tahun depan atau tahun 2025,” ujarnya penuh optimisme.
 
 Kendati demikian, untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
 
 Adapun, NPL coverage BRI selama masa pandemi, yaitu mencapai sebesar 247,98% pada 2020, atau naik menjadi 278,14% pada 2021.
 
 Pada 2022, persentasenya ditingkatkan menjadi 291,54%. Sedangkan, pada kuartal I/2023, sebesar 268,93%.
 
“Jadi 2020, 2021, sampai 2022 memang kami di BRI melakukan upaya mitigasi yang sangat konservatif. Di mana pencadangan-pencadangan yang kami lakukan cukup memadai sehingga dibandingkan posisi pre-pandemic kenaikannya cukup signifikan,” lanjutnya.
 
Hal itu pun mengatrol cost of credit, yang biasanya sebelum pandemi hanya sekitar 2% menjadi 3% selama masa pandemi. Sedangkan untuk tahun ini, Perseroan memproyeksikan cost of credit mulai turun dan berada di kisaran 2,2-2,4%.
 
Menurut Agus, kendati kondisi industri perbankan nasional saat ini lebih baik dan cost of credit BRI mulai turun setelah didera pandemi, manajemen Perseroan tetap melakukan pencadangan secara konservatif. BRI tidak ingin mengabaikan kondisi ekonomi di tataran global yang masih penuh ketidakpastian.
 
 Seperti diketahui, kondisi geopolitik di Eropa karena karena perang Ukraina-Rusia masih memanas. Era suku bunga tinggi diberlakukan banyak bank sentral termasuk di Amerika Serikat pun masih terjadi. Belum lagi inflasi di berbagai belahan dunia masih tinggi.
 
 “Di negeri kita kondisinya masih lebih baik dari beberapa kawasan, baik dari sisi tingkat inflasi maupun pertumbuhan ekopnomi kita juga masih relatif lebih tinggi di banding kawasan lain. Hal ini tentunya berpengaruh pada kondisi di sektor perbankan. Meskipun kondisi perbankan lebih baik, kami tetap melakukan pencadangan secara konservatif. Jadi meskipun kondisi domestik membaik, kami tidak mengabaikan kondisi di luar,” papar Agus.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar