01 Desember 2023
14:17 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terdapat dua faktor utama yang menyebabkan tekanan komoditas beras pada inflasi nasional melemah.
BPS mencatat, tekanan inflasi beras terus melemah dari kisaran 5,61% (mtm) pada September 2023 menjadi 0,43% (mtm) per November 2023.
Faktor pertama, penurunan tekanan inflasi beras terjadi karena masuknya momen panen di beberapa wilayah produksi.
Hal ini terlihat pada harga gabah di banyak lokasi mulai menurun secara bulanan, meski penurunannya masih belum berdampak signifikan pada harga akhir beras.
Pantauan BPS, dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya, selama November 2023 rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp6.718/kg atau turun 1,94% (mtm); dan di tingkat penggilingan Rp6.872/kg atau turun 1,76% (mtm).
Sementara, rata-rata harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani Rp7.592/kg atau turun 1,45% (mtm); dan di tingkat penggilingan Rp7.706/kg atau turun 1,43% (mtm). Lalu, harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp6.383/kg atau naik 2,60% (mtm); dan di tingkat penggilingan Rp6.511/kg atau naik 2,49% (mtm).
“Kalau kita lihat, harga gabah mulai menunjukkan penurunan tapi tipis di tingkat produsen maupun tingkat penggilingan beras. Namun, di November ini memang belum signifikan menurunnya ke harga beras,” Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud menjawab pertanyaan wartawan, Jakarta, Jumat (1/12).
Baca Juga: Komoditas Hortikultura Kerek Inflasi November Jadi 0,38%
Meski masih berdampak terbatas saat ini, Edy menduga, penurunan harga gabah dalam beberapa waktu ke depan transmisinya akan langsung berdampak pada harga beras di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran.
“Memang dari data kami (penurunan harga gabah), baru sampai ke (harga beras) tingkat produsen dan penggilingan, sedikit ya. Tapi kalau sudah ada penurunan ini, mungkin akan tertransmisi sampai dengan ke pedagang pengecer (harga beras),” paparnya.
Dalam paparannya, Edy menyampaikan, tekanan inflasi beras yang terus melemah pada November 2023, sejalan dengan kondisi yang terjadi pada inflasi beras akhir 2022. Saat itu, tekanan inflasi beras bergerak melemah, dari 1,13% (mtm) menjadi 0,37% (mtm).
Baca Juga: Zulhas Minta Pemda Gunakan Dana Cadangan Untuk Tekan Harga Cabai
Adapun pada November 2023 juga, jumlah kota yang mengalami inflasi beras mengalami penurunan, dari 87 kota menjadi 59 kota. Kemudian, kota yang mengalami deflasi beras naik, dari 2 kota menjadi 21 kota.
Sisanya, kota yang mengalami harga beras stabil juga ikut naik, dari 1 kota menjadi 10 kota.
Faktor kedua, menjinaknya inflasi beras juga disokong oleh masuknya pasokan beras impor untuk kebutuhan penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Realisasi penyaluran CBP juga dilakukan pemerintah dalam bentuk bantuan pangan, kemudian stabilisasi harga beras melalui penyaluran beras SPHP dan beras komersial.
“Secara tidak langsung, dampak dari bertambahnya stok dari impor ini bisa menahan laju inflasi beras, dan menciptakan efek psikologis tentang stabilisasi harga beras,” jelasnya.
Indikasi Tekanan Harga Beras Selanjutnya
Edy mengingatkan, tren produksi beras nasional akan meningkat pada Januari-Maret 2024. Potensi ini mengacu pada tren produksi padi dari data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS dari beberapa tahun sebelumnya.
Menurutnya, tekanan inflasi beras di Indonesia selanjutnya akan bergantung pada capaian produksi beras tersebut. Jika produksi beras Januari-Maret 2024 mampu mencukupi kebutuhan, maka kemungkinan harga beras dapat dikendalikan.
“Ini kan masalah supply-demand. Kalau supply mencukupi, ya demand-nya akan sama. Sehingga kalau suplai mencukupi, kemungkinan akan mempengaruhi price beras (stabil),” urainya.
Dirinya pun berharap, kejadian harga beras di dalam negeri yang begitu tinggi pada tahun ini tidak kembali terjadi di tahun depan.
BPS optimistis, kebijakan yang sudah dan tengah dijalankan pemerintah berkaitan komoditas beras akan efektif menjaga kelangsungan harga komoditas terkait tahun depan.
“Tentunya dengan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang tata niaga beras dan penyediaan beras, mungkin akan sedikit mengurangi kenaikan (harga) beras pada tahun depan,” bebernya.