14 November 2023
11:48 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk mencapai keamanan energi.
Dalam Forum SINOPEC bertajuk 'Mengelola Transisi Energi: Melalui Kemitraan & Kolaborasi', Nicke menerangkan tantangan itu terdiri dari ketergantungan pada bahan bakar fosil, penurunan produksi minyak nasional, serta terus meningkatnya demand energi nasional.
Di sisi lain, keamanan energi, dia sebut jadi prioritas utama bagi Indonesia. Karena itu, pemerintah harus mengurangi ketergantungan impor, mendiversifikasi energi, dan mengoptimalkan sumber daya energi lokal.
"Termasuk juga memperluas akses ke sumber energi yang lebih bersih," ucap Nicke lewat keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (14/11).
Baca Juga: ESDM: Konversi Motor Listrik Diharapkan Tekan Jumlah Sepeda Motor BBM
Pertamina memainkan tiga peran penting dalam mendukung ketahanan energi Indonesia. Salah satunya, dengan meningkatkan kapasitas pasokan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kedua, memobilisasi sumber daya domestik untuk mengurangi defisit perdagangan minyak dan gas bumi. Lalu yang terakhir, melakukan dekarbonisasi, efisiensi energi, dan transisi energi dengan target Net Zero Emission (NZE).
"Dukungan kuat kami terhadap NZE melibatkan transformasi cara kami menjalankan bisnis dan mengelola operasi perusahaan untuk memprioritaskan keberlanjutan," kata dia.
Namun demikian, Nicke mengakui Indonesia masih menghadapi hambatan dalam mempercepat transisi energi, seperti sulitnya mengakses pembiayaan yang kompetitif, kemajuan teknologi, pendanaan tahap awal, hingga kemampuan sumber daya manusia (SDM).
"Untuk benar-benar berhasil dalam transisi energi ini, kita menyadari pentingnya dukungan yang tepat dan dorongan melalui kemitraan strategis. Saya percaya bahwa bisnis berkelanjutan dibangun melalui kekuatan kolaborasi dan kemitraan," ucap Nicke.
Setelah menghadiri forum, SINOPEC Group juga mengundang rombongan Pertamina untuk menyambangi proyek CCUS di Lapangan Shengli, Operasi CEOR untuk meningkatkan produksi dan cadangan hidrokarbon, serta peralatan laboratorium dan pencapaian penting hidrokarbon non-konvensional.
Selain itu, Pertamina dan SINOPEC juga menandatangani nota kesepahaman untuk memperluas kolaborasi baik di sektor hulu dan hilir migas, pengembangan EBT, hingga peningkatan kapabilitas SDM.
Di sektor hulu, misalnya, Pertamina dan SINOPEC akan berkolaborasi untuk mengembangkan unconventional hydrocarbon, carbon capture utilization and storage (CCUS), enhanced oil recovery (EOR), serta pengeboran ultra-deep.
"Ini termasuk penguatan kegiatan riset dan pengembangan bisnis hulu," ujar Nicke.
Baca Juga: Perencanaan Energi Pegang Peran Krusial Wujudkan NZE 2060
Kemudian pada kolaborasi sektor hilir terdiri dari bisnis bahan bakar dan non-bahan bakar, yakni pelumas, aviasi, petrokimia, hingga sektor transportasi dan logistik. Lalu pada sektor energi baru dan terbarukan, Pertamina dan SINOPEC sepakat untuk mengeksplorasi potensi panas bumi, hidrogen, dan tenaga surya.
Nicke menekankan kolaborasi dengan mitra strategis memegang peran penting untuk menumbuhkan bisnis perusahaan di era transisi energi. Apalagi, SINOPEC diketahui merupakan salah satu perusahaan migas internasional yang ahli di bidang CCUS, uncoventional hydrocarbon, petrokimia, hidrogen, dan bidang lainnya.
"Di tengah tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim dan transisi energi, kolaborasi dengan mitra sangat krusial untuk mengatasi isu ini. SINOPEC jadi salah satu perusahaan migas internasional yang punya keahlian dan memungkinkan Pertamina untuk belajar dan mengembangkan bisnis," tandasnya.