15 September 2025
15:02 WIB
BI: Utang Luar Negeri RI Juli Berkurang Jadi US$432,5 M
BI melaporkan Utang Luar Negeri RI per Julo 2025 berkurang tipis US$1,6 miliar, dari sebelumnya US$434,1 miliar menjadi US$432,5 miliar.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4). Antara Foto/Sigid Kurniawan/ama/pri
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny melaporkan, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2025 menurun menjadi sebesar US$432,5 miliar. Meski demikian, catatan utang ini tumbuh 4,1% (yoy), dan melambat dibandingkan pertumbuhan 6,3% (yoy) pada Juni 2025.
"Posisi ULN Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar US$432,5 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi ULN pada Juni 2025 sebesar US$434,1 miliar. Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 4,1% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan 6,3% (yoy) pada Juni 2025," kata Denny dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin (15/9).
Baca Juga: Utang Luar Negeri Membengkak, Ekonom: Perlu Perhatian Khusus
Bank Indonesia menjelaskan, perkembangan posisi ULN pada Juli 2025 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik dan faktor penguatan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah.
Secara keseluruhan, Denny menegaskan bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun dari 30,05% pada Juni 2025 menjadi sebesar 30% pada Juli 2025, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa 85,5% dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Selain itu, menurutnya, peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
"Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tutur Denny.
ULN Pemerintah US$211,7 Miliar
Sementara itu, Denny menuturkan, ULN pemerintah tumbuh lebih rendah. Posisi ULN pemerintah pada Juli 2025 sebesar US$211,7 miliar, atau tumbuh sebesar 9% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 10% (yoy) pada Juni 2025.
"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan posisi pinjaman luar negeri dan surat utang pemerintah," ungkapnya.
Sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN yang dikelola secara cermat, terukur, dan akuntabel, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dalam menjaga momentum pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (23,1% dari total ULN Pemerintah), Jasa Pendidikan (17,0%), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (15,9%), Konstruksi (12,1%), serta Transportasi dan Pergudangan (8,9%).
"Posisi ULN pemerintah tersebut tetap terjaga karena didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah," terang Denny.
ULN Swasta US$195,6 Miliar
Di sisi lain, ULN Swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Pada Juli 2025, posisi ULN swasta turun seperti bulan sebelumnya yang berada di kisaran US$195,6 miliar, atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,3% (yoy), relatif sama dengan kontraksi pada bulan sebelumnya.
"Perkembangan ULN swasta tersebut bersumber dari peningkatan kontraksi pertumbuhan pada ULN bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) menjadi 1,2% (yoy), di tengah pertumbuhan ULN lembaga keuangan (financial corporations) yang lebih tinggi, sebesar 3,6% (yoy) pada Juli 2025," katanya.
Berdasarkan sektor ekonomi, pangsa ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 80,4% terhadap total ULN swasta.