c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

01 Agustus 2023

20:55 WIB

BI Revisi Turun Kredit Perbankan 2023 Mentok Di Level 9-11%

Pada Juni 2023, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 7,76% (yoy), cenderung lebih rendah dari capaian Mei di 9,39% (yoy).

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BI Revisi Turun Kredit Perbankan 2023 Mentok Di Level 9-11%
BI Revisi Turun Kredit Perbankan 2023 Mentok Di Level 9-11%
Menkeu Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2023, Jakarta, Selasa (1/8). ValidNewsID/Khairul Kahfi

JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengidentifikasi pertumbuhan kredit 2023 tidak akan sampai mencapai target di kisaran 10-12%. Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksi, capaian kredit tahun ini akan turun ke level 9-11%.

“BI menyampaikan proyeksi terbaru bahwa kredit (2023) kemungkinan tidak sampai 10-12%, tapi kami sampaikan 9-11%,” jelasnya menjawab pertanyaan wartawan dalam agenda laporan KSSK III Tahun 2023, Jakarta, Selasa (1/8).

Karena itu, pihaknya dalam pembahasan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) menyampaikan langkah-langkah koordinasi yang perlu ditempuh stakeholders KSSK. Dari BI, Perry mengatakan pihaknya sudah menambah sejumlah insentif yang diperlukan.

Insentif ini mencakup penambahan likuiditas bank sebanyak Rp47,9 triliun guna mendongkrak penyaluran kredit perbankan tahun ini. Yakni dengan menaikkan insentif likuiditas bagi bank menjadi 4%, yang naik dari sebelumnya 2,8%. 

“Mau pun juga langkah-langkah pelonggaran makroprudensial yang dipercepat,” paparnya.

Baca Juga: BI: Beragam Momen Perkuat Kegiatan Usaha Nasional Kuartal II

Dalam paparannya, kebijakan makroprudensial longgar tersebut antara lain mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0%; Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94%; serta rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, dan rasio PLM Syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%.

Kemudian, melanjutkan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti paling tinggi 100% untuk semua jenis properti kepada bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF. Begitu juga melanjutkan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraaan bermotor baru tertentu. 

Untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi, BI memperkuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk meningkatkan kredit/pembiayaan dengan fokus pada sektorsektor yang memiliki daya ungkit lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Khususnya pada sektor hilirisasi minerba dan nonminerba (pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, serta pembiayaan inklusif mencakup UMKM, KUR dan Ultra Mikro/UMi, serta pembiayaan hijau. 

BI pun, Perry akui, selalu menyelenggarakan diskusi dengan sejumlah bank besar untuk mengetahui kondisi kredit terkini di lapangan. Sejauh ini, laporan bank-bank besar tersebut masih optimistis terus meningkatkan penyaluran kreditnya di semester II/2023.

Dengan demikian, capaian kredit tersebut bisa mendukung target 9-11% di 2023. Dirinya menilai, capaian target yang direvisi ke bawah masih cukup baik bagi di Indonesia, begitu pun jika dibandingkan capaian kredit di negara lain.

“Jadi, perspekstifnya masih positif,” bebernya.

Kinerja Kredit Nasional
Sementara itu, Ketua DK OJK Mahendra Siregar mengatakan, kinerja pertumbuhan kredit nasional sampai asesmen KSSK pekan lalu memang lebih rendah dari target yang dicanangkan di 2023, hanya di bawah 8%. Meski menurun, capaian ini masih terbilang positif dibanding pertumbuhan kredit sebelum pandemi covid-19.

“(Pertumbuhan kredit) 8% tetap lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan kredit sebelum pandemi covid-19 sepanjang 2015-2019, yang secara rata-rata pertumbuhannya di bawah dari pertumbuhan yang dicapai saat ini,” ungkap Mahendra.

Adapun, regulator terus melakukan komunikasi mengenai kredit dengan perbankan nasional dan meminta perbankan memberikan informasi terkini terkait Rencana Bisnis Bank (RBB) masing-masing. Berdasarkan realisasi RBB tersebut, perbankan masih optimistis kredit di 2023 masih tetap akan mencapai target di atas 10%.

Baca Juga: Ada Gejolak, OJK: Perbankan Indonesia Tetap Resilien

“Kami menyampaikan apa yang disampaikan oleh bank, walau kami catat pertumbuhan kredit selama tujuh bulan ini melandai dari tahun sebelumnya, tapi tetap lebih tinggi dibanding sebelum pandemi,” tekannya lagi. 

OJK menyampaikan, stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dengan kinerja intermediasi Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang solid didukung tingkat permodalan serta likuiditas yang memadai. 

Secara umum, sektor perbankan tetap resilien ditandai dengan fungsi intermediasi yang terjaga dan permodalan yang memadai di tengah tantangan perekonomian dan pasar keuangan global serta kecenderungan penurunan harga komoditas utama penopang ekspor. 

Pada Juni 2023, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 7,76% (yoy), cenderung lebih rendah dari capaian Mei di 9,39% (yoy). Pertumbuhan kredit ini terutama ditopang kredit investasi yang tumbuh 9,60% (yoy) yang juga menurun dari capaian Mei yang sempat menyentuh 12,69% (yoy).  


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar