c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

30 November 2023

09:57 WIB

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 4,7-5,5%, di 2025 4,8-5,6%

Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai kisaran 4,7-5,5% pada 2024 dan akan meningkat 4,8-5,6% pada 2025.

Penulis: Khairul Kahfi, Al Farizi Ahmad

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 4,7-5,5%, di 2025 4,8-5,6%
BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2024 Capai 4,7-5,5%, di 2025 4,8-5,6%
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 di kantor BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) optimistis, prospek perekonomian domestik pada 2024-2025 tetap terjaga di tengah semakin tingginya ketidakpastian global. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan dan terus menunjukkan prospek baik, di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dengan ketidakpastian tinggi.

“Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai kisaran 4,7-5,5% pada 2024 dan akan meningkat 4,8-5,6% pada 2025,” katanya pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 yang digelar secara hybrid di Jakarta, Rabu (29/11).

Optimisme juga terlihat, lanjutnya, pada kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dalam mendukung tetap terjaganya stabilitas eksternal. 

Sejalan dengan prakiraan defisit transaksi berjalan yang terjaga rendah pada kisaran defisit 0,1% sampai defisit 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024, dan defisit 0,5% sampai defisit 1,3% dari PDB pada 2025. 

Kemudian, kredit atau pembiayaan perbankan disinyalir akan terus melanjutkan perbaikan dan diperkirakan tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan kredit akan berada pada kisaran 10-12% pada 2024, dan 11-13% pada 2025. 

Lalu, kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Nilai transaksi digital banking akan terus tumbuh 23,2% pada 2024 hingga mencapai Rp71.584 triliun, dan bertumbuh 18,8% pada 2025 menjadi Rp85.044 triliun. 

“Transaksi e-commerce juga akan terus tumbuh 2,8% menjadi Rp487 triliun pada 2024 dan 3,3% menjadi Rp503 triliun pada 2025,” jabarnya.

Sementara itu, BI percaya diri tingkat inflasi akan tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025. Peluang stabilitas inflasi ini akan juga didukung oleh konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

“Stabilitas eksternal dan sistem keuangan tetap terjaga, dan digitalisasi juga terus berkembang pesat,” urainya. 

Meski demikian, BI tidak akan menganggap remeh tekanan hingga dinamika global yang berpotensi mengganggu stabillitas domestik. 

Perry menyoroti tantangan global ke depan, mencakup perlambatan dan divergensi pertumbuhan ekonomi global dan penurunan inflasi yang lambat.

Di sisi lain, perilaku suku bunga negara maju yang lebih tinggi dan lebih lama juga akan terus dipantau dari waktu ke waktu, begitu pula efek dari menguatnya mata uang dolar AS, serta pelarian modal dalam jumlah besar dari emerging markets ke negara maju. 

“Untuk itu, sinergi sebagai kunci dari prospek kinerja ekonomi Indonesia dalam melanjutkan ketahanan dan kebangkitan ekonomi terus diperkuat,” paparnya.

Pada kesempatan sama, Presiden Joko Widodo mendorong peningkatan sinergi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mengantisipasi berbagai skenario ke depan, sekaligus merespons cepat setiap perubahan utamanya yang disebabkan dinamika global. 

“Yang paling penting juga antisipasi terhadap semua skenario ke depan, cepat dalam merespons setiap perubahan. Misalnya untuk inflasi, cek terus di lapangan, selesaikan kalau ada masalah dengan cepat. Kemudian juga perkuat KSSK, sering ketemu, sering berbicara untuk menjaga stabilitas sektor keuangan,” ujar Presiden.

Presiden Jokowi meminta KSSK, yang terdiri atas Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), untuk meningkatkan koordinasi, utamanya pada situasi tidak normal seperti saat ini.

“Dalam situasi seperti ini enggak bisa, minimal seminggu sekali atau dua minggu sekali ketemu untuk ya ngopi bareng-bareng kan enggak ada masalah. Enggak usah serius, tetapi saling bertukar angka, bertukar kalkulasi, bertukar hitung-hitungan karena memang kondisinya kita harus merespons dengan cepat terhadap situasi-situasi yang berubah,” ungkapnya.

Efek Perang Ke Ekonomi 
Menurutnya, saat ini dunia sedang tidak dalam situasi baik-baik saja karena banyak fenomena domestik negara lain yang berdampak global. Mulai dari persoalan inflasi dan tingginya suku bunga di AS, perlambatan dan krisis properti di Tiongkok, hingga peningkatan tensi geopolitik berupa perang di Ukraina dan Gaza.

Dia mewanti-wanti, fenomena perang di tingkat global dapat mengganggu stabilitas di banyak sendi ekonomi negara-negara di dunia, karenanya butuh strategi antisipasi matang oleh semua pihak

“(Ada) gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi, semuanya akan terdampak, semuanya,” tegasnya.

Selain situasi tersebut, saat ini dunia juga sedang merasakan langsung dampak perubahan iklim. Spesifik, fenomena ini juga berdampak pada situasi pangan di Indonesia. 

“Pemanasan global telah membuat produksi pangan Indonesia menurun, ditambah dengan pembatasan ekspor pangan dari 22 negara,” ucapnya.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, Presiden Jokowi bersyukur ekonomi Indonesia masih tumbuh dan stabil di kisaran 5%, serta inflasi yang cenderung stabil pada kisaran 2,6%. Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik ketimbang Malaysia 3,3%, Amerika Serikat 2,9%, Republik Korea 1,4%, dan Uni Eropa 0,1%.

Meski ekonomi Indonesia dalam posisi optimis, Jokowi kembali menekankan, Indonesia tetap harus waspada dan berhati-hati. Waspada pada berbagai perubahan hingga disrupsi teknologi yang bergerak super cepat. 

“Memang kita harus prudent (bijaksana) dalam melangkah, tetapi juga jangan terlalu hati-hati. Kredit terlalu hati-hati, semuanya terlalu hati-hati, akibatnya kering perputaran di sektor riil,” ucapnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar