c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

16 Juli 2025

16:31 WIB

BI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Juni 2025 Tertekan ke 7,77%

Meski terpantau masih tumbuh, BI mencatat pertumbuhan kredit Juni 2025 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,43% dan jauh di bawah pertumbuhan double digit.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">BI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Juni 2025 Tertekan ke 7,77%</p>
<p id="isPasted">BI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Juni 2025 Tertekan ke 7,77%</p>

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam RDG-BI edisi Juli 2025, Jakarta, Rabu (16/7). Tangkapan layar/Fitriana Monica Sari

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77% secara tahunan (year-on-year/yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan.

Meski kredit terpantau masih tumbuh, namun capaian pada Juni 2025 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,43% dan jauh di bawah pertumbuhan double digit.

"Kredit perbankan perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 sebesar 8,43% (yoy)," kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG-BI) Bulanan Juli 2025, Jakarta, Rabu (16/7).

Baca Juga: Makin Loyo, OJK: Penyaluran Kredit Perbankan Mei 2025 Tumbuh 8,43%

Dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit, di tengah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh meningkat menjadi 6,96% (yoy) pada Juni 2025. 

Perkembangan ini mengakibatkan bank cenderung menempatkan likuiditas pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard).

Dari sisi permintaan, lanjutnya, perkembangan kredit ini juga dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang perlu terus didorong. 

Berdasarkan penggunaan, kredit investasi, kredit konsumsi, dan kredit modal kerja, masing-masing tumbuh sebesar 12,53% (yoy), 8,49% (yoy), dan 4,45% (yoy) pada Juni 2025. 

"Berdasarkan sektor, kredit sektor Perdagangan, Pertanian, dan Jasa Dunia Usaha perlu ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi," jelas dia.

Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,37% (yoy), sedangkan pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 2,18% (yoy). 

Ke depan, Perry menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit perbankan, termasuk melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif. 

Bank Indonesia juga akan terus mempererat koordinasi dengan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi. 

"Dengan perkembangan dan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berada dalam kisaran 8-11%," terang dia.

Realisasi Insentif Likuiditas Makroprudensial Juli 2025
Bank Indonesia pun terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan. 

Hingga pekan pertama Juli 2025, total insentif KLM yang sudah BI gelontorkan mencapai Rp376 triliun, yang disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp167,1 triliun, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp166,7 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp36,8 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp5,8 triliun. 

Baca Juga: BI Tambah Insentif KLM Buat Sektor Prioritas Pemerintah

Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau.

"Ke depan, kebijakan KLM akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan melalui optimalisasi insentif pada sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja serta selaras dengan program-program Asta Cita pemerintah," imbuhnya.

Likuiditas Memadai
Masih dalam kesempatan yang sama, Perry menyampaikan, ketahanan perbankan tetap kuat dan mendukung stabilitas sistem keuangan. Di mana permodalan perbankan terjaga pada level tinggi, sementara likuiditas tetap memadai dan risiko kredit rendah.

"Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Mei 2025 tetap tinggi sebesar 25,48%, sehingga masih mampu untuk menyerap risiko," tutur Perry.

Sementara itu, likuiditas perbankan juga terjaga yang tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,05% pada Juni 2025. 

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga 25 Bps Jadi 5,25% Pada Juli 2025

Kemudian, dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan terjaga rendah, sebesar 2,29% (bruto) dan 0,85% (neto) pada Mei 2025. 

Adapun, hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga. 

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi global dan domestik yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar