c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

20 Agustus 2025

15:36 WIB

BI: Pertumbuhan Kredit Bank Juli 2025 Makin Melambat Jadi 7,03%

BI mencatat kredit perbankan Juli 2025 tumbuh makin lambat 7,03% (yoy). Perbankan cenderung berhati-hati menyalurkan kredit, sedangkan permintaan kredit pelaku usaha belum kuat. 

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>BI: Pertumbuhan Kredit Bank Juli 2025 Makin Melambat Jadi 7,03%</p>
<p>BI: Pertumbuhan Kredit Bank Juli 2025 Makin Melambat Jadi 7,03%</p>

Petugas melayani nasabah saat setor tunai di salah satu agen BRILink di Ternate, Maluku Utara, Selasa (22/7/2025). Antara Foto/Andri Saputra

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, kredit perbankan Juli 2025 tumbuh sebesar 7,03% secara tahunan (yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan. Meski terpantau masih tumbuh, pertumbuhan kredit Juli 2025 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,77%.

"Kredit perbankan masih perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan pada Juli 2025 tumbuh sebesar 7,03% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juni 2025 sebesar 7,77% (yoy)," kata Perry dalam konferensi pers secara daring, Rabu (20/8).

Baca Juga: Kredit UMKM dan KPR Sulit? BI: Standar Pinjaman Kredit Diperketat

Dari sisi penawaran, perilaku perbankan cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit tecermin pada standar penyaluran kredit (lending standard) yang meningkat di tengah penurunan suku bunga moneter, pelonggaran likuiditas, dan insentif kebijakan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia. 

Perbankan lebih memilih menempatkan kelebihan likuiditas pada surat-surat berharga. Longgarnya likuiditas perbankan tersebut juga ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Juli 2025 yang meningkat menjadi 7,00% (yoy) seiring ekspansi keuangan pemerintah. 

Dari sisi permintaan, lanjutnya, pertumbuhan kredit lebih banyak ditopang oleh sektor berorientasi ekspor, khususnya pertambangan dan perkebunan, serta sektor transportasi, industri, dan jasa sosial. 

"Secara keseluruhan, perlambatan kredit mencerminkan permintaan dari pelaku usaha yang belum kuat dan cenderung menggunakan pembiayaan internal bagi usahanya," ungkap Perry.

Ilustrasi - Masyarakat sedang memperhatikan buku tabungan bank. Validnews/Hasta AdhistraBerdasarkan penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja belum kuat yang masing-masing tumbuh sebesar 8,11% (yoy) dan 3,08% (yoy), sedangkan kredit investasi tumbuh tinggi sebesar 12,42% (yoy) sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi. 

Sementara itu, pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,31% (yoy), sedangkan pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 1,82% (yoy). 

Ke depan, Perry menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan, termasuk melalui kebijakan makroprudensial yang longgar dan mempererat koordinasi dengan KSSK. 

"Secara keseluruhan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berada dalam kisaran 8-11%," terang dia.

Bank Indonesia pun terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan. 

Hingga pekan pertama Agustus 2025, total insentif KLM mencapai Rp384 triliun, yang disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp171,5 triliun, bank BUSN sebesar Rp169,2 triliun, BPD sebesar Rp37,2 triliun, dan KCBA sebesar Rp5,7 triliun. 

Baca Juga: OJK: Pertumbuhan Kredit Perbankan Juni 2025 Melambat Di Bawah 8%

Secara sektoral, insentif KLM disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yakni Pertanian, Real Estat, Perumahan Rakyat, Konstruksi, Perdagangan dan Manufaktur, Transportasi, Pergudangan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan Hijau.

Ke depan, kebijakan KLM akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan melalui optimalisasi insentif pada sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja serta selaras dengan program-program Asta Cita Pemerintah. 

Likuiditas Perbankan Memadai
Masih dalam kesempatan sama, Perry menyampaikan, ketahanan perbankan tetap kuat dan mendukung stabilitas sistem keuangan, di mana permodalan terjaga pada level tinggi, likuiditas perbankan tetap memadai, dan risiko kredit rendah. 

"Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Juni 2025 tetap tinggi sebesar 25,81%, sehingga masih mampu untuk menyerap risiko," tutur Perry.

Baca Juga: Kredit Tumpul, Ekonom Pertanyakan Dampak Pemangkasan BI-Rate

Sementara itu, likuiditas perbankan juga terjaga yang tecermin dari tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,08% pada Juli 2025. 

Kemudian, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan terjaga rendah sebesar 2,22% (bruto) dan 0,84% (neto) pada Juni 2025. 

Hasil stress test Bank Indonesia pun turut menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga. 

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi global dan domestik yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar