c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

22 Agustus 2023

20:24 WIB

BI: Penerapan Suku Bunga Saja Tak Relevan

Di tengah berbagai gejolak yang muncul di dunia, BI percaya diri mengajak dunia untuk menerapkan bauran kebijakan di sisi moneternya dan tidak hanya mengutamakan suku bunga.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BI: Penerapan Suku Bunga Saja Tak Relevan
BI: Penerapan Suku Bunga Saja Tak Relevan
Logo Bank Indonesia. Shutterstock/dok

JAKARTA - Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, penggunaan suku bunga bukan satu-satunya cara yang dapat dilakukan bank sentral di dunia dalam melawan berbagai gejolak ekonomi saat ini. Karena itu, dirinya menekankan bauran kebijakan menjadi salah satu solusi yang dapat dijalankan saat ini. 

“Mengapa hanya menggunakan satu (instrumen) suku bunga untuk bertarung? Semua orang (negara) tidak bisa. (Padahal), kami melihat memungkinkan trinitas (tantangan) yang mustahil sedang muncul,” tegasnya dalam Opening Ceremony ASEAN Fest 2023, Jakarta, Selasa (22/8). 

Dirinya melanjutkan, ketiga tantangan tersebut berupa keharusan menjaga stabilitas harga, stabilitas keuangan, dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Kesemua ini perlu dilakukan dalam menahan efek negatif spill over dari kondisi global.

Karena itu, dirinya pun kembali menggarisbawahi, bahwa bauran kebijakan antara BI bersama pemerintah telah cukup berhasil mengurangi dampak buruk ketidakpastian global terhadap Indonesia.

Baca Juga: KSSK Tetap Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Positif

Kendati secara teori, upaya ini Perry akui ini tak sesuai dengan yang biasanya dipakai. Bahkan, bauran kebijakan ini mungkin juga tidak masuk dalam rekomendasi yang diberikan lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), namun kebijakan ini telah berhasil menjaga ekonomi Indonesia. 

“Saya akan memberi tahu anda (IMF), anda mungkin dianggap lebih pintar, tetapi kami lebih berpengalaman,” paparnya. 

Dirinya pun menilai, saat ini, Indonesia menjadi salah satu pelaku ekonomi terbaik di dunia yang masih mengalami gejolak. Indonesia terus berinovasi dalam menangani inflasi agar bisa stabil sesuai target, arus modal, hingga menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK).

Inflasi Indonesia yang turun saat ini menjadi salah satu yang tercepat di dunia. “(Inflasi) tahun lalu hampir 7%. Di bulan lalu, (tingkat inflasi) hanya 3% dan akan turun,” ujarnya.

Indonesia, lanjutnya, memiliki koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dalam kooordinasi di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang sangat erat. Karena itu, Perry menjabarkan, prospek ekonomi Indonesia pada 2023-2024 masih cukup kokoh dan solid. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 masih cukup kuat ditopang oleh sektor konsumsi domestik dan investasi. Sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,5-5,3%, atau lebih optimis dibanding tahun sebelumnya yang hanya 5,1%.

Kemudian, Perry menyebut bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia masih sangat rendah, tahun ini berkisar 0,4 sampai 0,4% terhadap PDB. Sementara itu, nilai tukar rupiah masih bergerak apresiatif, meskipun baru-baru ini sempat terdepresiasi

“Dan yang tak kalah penting, (proyeksi) kredit tumbuh 9-11% tahun ini,” paparnya.

Baca Juga: Lewat AMFGM, BI Coba Populerkan Bauran Kebijakan Ala Indonesia

Hal ini pun berkebalikan dengan kondisi AS yang masih berjuang mengatur ekonomi dan melawan inflasinya dengan kecederungan menggunakan kebijakan suku bunga. Hingga kini, AS malah menghadapi resesi saat ini dan dampak efektivitas kebijakan ini begitu lama.

“Eropa, inflasi sangat tinggi. Kami pikir (kenaikan) Fed Fund Rate akan selesai, tapi (nampaknya) akan naik satu atau dua kali lagi,” sebutnya.

Sebelumnya, Indonesia bertekad untuk mendorong penerapan bauran kebijakan atau policy mix ekonomi di banyak negara. Hal ini pun akan jadi agenda prioritas BI dalam perhelatan ASEAN Finance Ministers’ and Central Bank Governors’ Meeting (AFMGM) kedua.

Upaya ini dilakukan, untuk mengurangi pemisahan atau dikotomi yang lazim diterapkan antara kebijakan moneter dan fiskal secara teroritis. BI menilai, pemisahan ini terus diterapkan oleh sejumlah bank sentral di banyak negara, dengan cakupan utama instrumen kerjanya lewat kebijakan suku bunga saja.

Karena dalam praktiknya, penerapan suku bunga saja akan menjadi sangat menantang. Apalagi jika mempertimbangkan banyak tantangan lain yang muncul saat ini di dunia, akibat gejolak geopolitik dan dampaknya kepada ekonomi di banyak negara.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar