c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

08 Mei 2025

08:09 WIB

Beri Ruang Likuiditas Bank, BI Turunkan Outstanding SRBI

Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan outstanding SRBI dilakukan dalam rangka mendorong ekspansi likuiditas secara konsisten dan terukur.  

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Beri Ruang Likuiditas Bank, BI Turunkan <em>Outstanding</em> SRBI</p>
<p id="isPasted">Beri Ruang Likuiditas Bank, BI Turunkan <em>Outstanding</em> SRBI</p>

Ilustrasi kredit perbankan. Shutterstock/Zivica Kerkez

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus berupaya menurunkan jumlah total (outstanding) dari instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI) Erwin Gunawan Hutapea mengatakan langkah ini dilakukan dalam rangka mendorong ekspansi likuiditas secara konsisten dan terukur.  

“Jadi, ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia mencoba merilis likuiditas yang ada untuk dapat digunakan oleh perbankan,” kata Erwin dalam Taklimat Media di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (7/5).  

Bank Indonesia mencatat, nilai outstanding SRBI pada akhir tahun 2024 berada di kisaran Rp923 triliun.

"Untuk SRBI secara bertahap Bank Indonesia melakukan penurunan outstanding, dan itu sudah mulai kita kerjakan. Karena SRBI ini jumlah likuiditasnya banyak, Rp923 triliun di akhir 2024, makanya penurunannya kita lakukan secara gradual," jelasnya.

Baca Juga: Bos LPS: Likuiditas Bank Membaik, Persaingan DPK Terkendali

Sementara itu, per 21 April 2025, posisi instrumen andalan BI dalam menarik modal asing tersebut telah susut Rp41,14 triliun atau sekitar 4,5% ke angka Rp881,86 triliun.

"Kalau kita bandingkan antara akhir 2024 sama sekarang, berarti kita sudah melepas likuiditas dari operasi SRBI itu Rp40 triliun. Kita sudah release," ungkap Erwin.

Erwin optimistis ekspansi likuiditas tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Terlebih, usai pada kuartal I/2025, ekonomi Indonesia melambat ke level 4,87% secara tahunan (year on year/yoy).

Bila dibandingkan dengan kuartal I/2024 yang tumbuh sebesar 5,11%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2025 telah merosot 0,24%.

"Kami ingin operasi BI itu dampaknya itu ekspansi untuk mendorong pertumbuhan, apalagi tengah situasi pertumbuhan menurun,” tambah dia.

Baca Juga: OJK: Modal Kuat-Likuiditas Terjaga, Kinerja Bank Kuartal I/2025 Solid

Di samping adanya kebijakan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) yang telah digelontorkan, penurunan outstanding SRBI ini dinilai berdampak pada likuiditas yang mengalir ke industri akan lebih banyak.

Oleh karena itu, dengan menurunnya outstanding seiring dengan jatuh tempo dan penerbitan yang lebih sedikit, maka perbankan mau tidak mau akan mengalirkan kredit ke masyarakat. Dengan demikian, ekonomi dipastikan dapat berjalan.

Berdasarkan data BI, realisasi pertumbuhan kredit pada Maret 2025 tercatat sebesar 9,16% (YoY). Angka ini lebih rendah dari 10,30% pada bulan Februari 2025.

Di satu sisi, SRBI dinilai sangat menarik, yakni dengan imbal hasil (yield) di atas 7%. Alhasil, perbankan enggan manyalurkan kredit dan memilih menyimpan dana di instrumen milik BI tersebut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar