25 Oktober 2025
12:12 WIB
Berharap Pada China Dan Eropa Untuk Proyek Gasifikasi Batu Bara
Menteri ESDM sebut selain China, Eropa juga punya teknologi yang efisien untuk gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
Penulis: Yoseph Krishna
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat menyampaikan laporan pada groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME, di Muara Enim, Sumsel, Senin (24/1/2022). Dok BPMI Setpres/Laily Rachev
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia angkat bicara mengenai calon penyedia teknologi untuk proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
Kepada awak media, Eks-Ketua Umum HIPMI itu menyebut bukan hanya China, tetapi Eropa juga punya teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk menggarap proyek kebanggaan Presiden Ke-7 Joko Widodo itu.
Nantinya, perusahaan penyedia teknologi bakal bermitra dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang beberapa waktu lalu telah menerima pre-Feasibility Study (FS) soal 18 proyek hilirisasi.
"Ini mitranya nanti dengan Danantara. Teknologinya kan macam-macam ya, teknologi dari China, itu bisa juga dari Eropa," ungkap Bahlil selepas acara Penghargaan Subroto 2025 di Jakarta, Jumat (24/10).
Meski begitu, Bahlil menyebut belum ada keputusan soal perusahaan penyedia teknologi yang bakal bermitra dengan Danantara Indonesia untuk agenda gasifikasi batu bara.
Baca Juga: PTBA Ungkap Hilal Proyek DME, Siap Groundbreaking Tahun Depan?
"Belum, tapi dua aja itu kalau tidak Eropa, ya China, yang efisien," sambungnya.
Sekadar informasi, gasifikasi batu bara menjadi DME menjadi salah satu proyek strategis yang diserahkan oleh Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional kepada Danantara Indonesia.
Pre-FS yang diserahkan, sambung Bahlil, merupakan hasil dari rapat terbatas antarpemangku kepentingan yang terlibat dalam Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang ia pimpin.
Nilai strategis proyek gasifikasi batu bara menjadi DME sendiri tak lepas dari konsumsi Liquified Petroleum Gas (LPG) di Indonesia yang terus meningkat tiap tahunnya, dan saat ini di kisaran 8,5 juta ton. Sedangkan di lain sisi, kapasitas produksi dalam negeri tidak sampai 2 juta ton.
"Impor kita sekitar 6,5 juta-7 juta ton. Nah caranya bagaimana mengurangi impor adalah kita melahirkan substitusi impor melalui hilirisasi batu bara," jelas Bahlil.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (18/6/2025). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
PT Bukit Asam Tbk, perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor penambangan batu bara, sampai kini terus mencari mitra pengganti Air Products pada proyek gasifikasi batu bara menjadi DME.
Emiten berkode saham PTBA itu diketahui mendapat penugasan untuk menggarap proyek gasifikasi batu bara menjadi DME, namun mandek sejak Air Products menyatakan untuk mundur dari kemitraan. Hingga kini, PTBA belum mendapat mitra yang bakal menggantikan perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut.
Walau demikian, Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PT Bukit Asam Tbk Turino Yulianto menyebut proyek ada titik terang pada kelanjutan proyek DME setelah melalui diskusi dengan PT Pertamina Patra Niaga dan Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.
Ia juga menyebut, pabrik gasifikasi batu bara menjadi DME yang bertujuan mensubstitusi LPG itu bisa mulai dibangun pada tahun 2026 mendatang.
"Insyaallah ini semakin mengerucut. Kami dengan teman-teman Pertamina Patra Niaga, dengan Satgas semakin kompak. Semoga kalau tidak ada halangan, saya kira tahun depan sudah bisa mulai," kata Turino dalam gelaran HIPMI-Danantara Indonesia Business Forum 2025, Senin (20/10).
Kebutuhan Investasi
Lebih lanjut, Turino menjelaskan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME masuk ke dalam kategori hilirisasi batu bara skala besar dengan kebutuhan investasi US$2,5 miliar atau sekitar Rp40 triliun untuk 1 unit pabrik Dimethyl Ether.
"Yang kita bangun ada beberapa, yang skala besar itu DME. Satu pabrik DME itu kira-kira US$2,5 miliar, sekitar Rp40 triliun," sambungnya.
PTBA pun telah menyiapkan lahan seluas 600 hektare untuk kawasan khusus hilirisasi batu bara, salah satunya proyek coal to DME. Kemudian, disiapkan juga cadangan 800 juta ton batu bara untuk mendukung proyek hilirisasi tersebut.
Turino memperkirakan terkhusus proyek gasifikasi batu bara menjadi DME, kebutuhan per pabriknya adalah 5-6 juta ton per tahun. Dengan asumsi operasional pabrik selama 20 tahun, maka diperlukan sekitar 120 juta ton batu bara untuk satu pabrik.
"DME itu hanya perlu 5-6 juta ton (batu bara) per tahun, berarti 120 juta ton kira-kira," tambah dia.
Perkara Keekonomian
Dia juga tak menampik, salah satu yang menghambat proyek DME pada masa lampau adalah aspek keekonomian. Dari situ, PTBA terus mengkaji dan menghitung, serta berdiskusi dengan Danantara Indonesia supaya proyek itu bisa lebih ekonomis untuk digarap.
Kemudian, PTBA juga terus mencari mitra teknologi yang pas dan bisa memberi harga terjangkau jika dibandingkan dengan penawaran yang dilayangkan Air Products beberapa tahun lalu.
Dengan begitu, proyek DME diyakini bisa lebih ekonomis dan memenuhi ekspektasi pemerintah untuk mensubstitusi LPG.
"Ini yang kami lagi duduk sebetulnya. Keekonomian ini kan bergantung harga batu bara, investasinya, dan harga jualnya. Kami lagi rembuk dengan Danantara Indonesia," jabar dia.
Baca Juga: Dirjen Minerba Beberkan Penyebab Kegagalan Gasifikasi Batu Bara PTBA
Dia juga membeberkan calon mitra pengganti Air Products untuk menggarap DME kemungkinan besar berasal dari Tiongkok. Hal itu tak lepas dari rekam jejak mumpuni Negeri Panda dalam menggarap proyek gasifikasi batu bara.
Sejak sekitar 30 tahun lalu, China sudah memiliki pabrik gasifikasi batu bara. Seiring berkembangnya teknologi, kini negara yang dipimpin Xi Jinping itu mampu mendongkrak nilai tambah batu bara hingga 10 kali lipat.
"Kenapa China melakukan itu? Karena mereka paham batu bara inilah sumber energi termurah, tinggal bagaimana teknologinya kita implementasikan untuk menghasilkan produk lain yang bernilai tambah," tandas Turino.