c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

08 Juli 2025

20:18 WIB

Belum Menyerah, RI Bakal Rayu Trump Dengan Direct Impor Energi

Pemerintah buka komunikasi dengan perusahaan migas Amerika Serikat untuk mengimpor energi secara langsung.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Belum Menyerah, RI Bakal Rayu Trump Dengan <em>Direct</em> Impor Energi</p>
<p id="isPasted">Belum Menyerah, RI Bakal Rayu Trump Dengan <em>Direct</em> Impor Energi</p>

Ilustrasi impor energi. Sumber: Envato

JAKARTA - Pemerintah Indonesia masih belum menyerah untuk meluluhkan hati Presiden Donald Trump supaya mau menurunkan tarif resiprokal atas produk-produk Nusantara yang masuk ke Negeri Paman Sam.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung Dalam Sarasehan Nasional 'Mendorong Keberlanjutan Industri Hulu Minyak dan Gas untuk Kemandirian Energi' menyebut pemerintah bakal tetap berupaya membuat keseimbangan neraca dagang yang menguntungkan bagi Amerika Serikat.

Berdasarkan catatannya, Amerika Serikat mengalami defisit neraca perdagangan di kisaran US$19 miliar. Sehingga dengan adanya penambahan US$15 miliar impor energi, diharapkan Donald Trump mau luluh dan menurunkan tarif resiprokal yang kini ditetapkan sebesar 32%.

"Dari sisi energi kita juga berusaha membuat trade balance antara Indonesia dengan Amerika Serikat, kita merencanakan peningkatan impor energi dari Amerika Serikat," jabar Yuliot, Selasa (8/7).

Baca Juga: Masih Ada Ruang Negosiasi, Begini Usulan Apindo Soal Tarif Resiprokal AS

Sejatinya, Indonesia selama ini telah memanfaatkan minyak mentah dari Amerika Serikat. Tetapi, impor minyak dari AS selama ini dilakukan secara tidak langsung.

Perusahaan-perusahaan migas dari Amerika Serikat, sambung Yuliot, selama ini mengekspor minyak mentah mereka ke Singapura untuk diolah menjadi BBM. Lalu, BBM tersebut dibeli oleh Indonesia.

"Selama ini kita juga mengimpor dari beberapa negara, ada yang indirect karena kita mencatatkan impornya dari Singapura," kata dia.

Lebih lanjut, Yuliot mengungkapkan pemerintah mulai membuka komunikasi dengan beberapa perusahaan migas dari AS untuk membeli minyak langsung dari mereka, seperti ExxonMobil dan Chevron.

Produksi global ExxonMobil, sambungnya, berada di kisaran 5,5 juta barel per hari (BOPD). Sementara Chevron punya rerata produksi minyak mentah keseluruhan di angka 3 juta barel per hari.

"Jadi mereka selama ini supply ke Singapura, baru kita impor. Jadi pada saat posisi kita indirect itu akan tercatat bukan impor dari Amerika Serikat, tetapi dicatat dari negara lain," tegas Yuliot Tanjung.

Baca Juga: Tarif Resiprokal 32% Tak Berubah, Wamendag Roro Buka Suara

Sebagai informasi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengumumkan besaran tarif resiprokal untuk Indonesia tetap sebesar 32%, yang akan berlaku per 1 Agustus mendatang.

"Presiden Trump juga mengirim surat tarif ke banyak negara untuk memberi tahu mereka tentang tarif timbal balik baru, yang akan berlaku pada 1 Agustus," tertulis dalam keterangan resmi Gedung Putih, dikutip di Jakarta, Senin (7/7) waktu setempat.

Dalam pernyataan yang sama, Gedung Putih menjelaskan Trump mengambil tindakan dan menerapkan tarif berdasarkan informasi dan rekomendasi dari pejabat senior, termasuk informasi tentang status negosiasi perdagangan.

Meski telah melakukan negosiasi, rupanya neraca perdagangan AS tetap mengalami defisit yang belum dapat diatasi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar