c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

19 Agustus 2025

19:52 WIB

Bappenas Optimis Keanekaragaman Hayati Pacu Pertumbuhan Ekonomi

Keanekaragaman hayati ini bukan hanya soal konservasi saja tapi juga mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Penulis: Ahmad Farhan Faris

<p id="isPasted">Bappenas Optimis Keanekaragaman Hayati Pacu Pertumbuhan Ekonomi</p>
<p id="isPasted">Bappenas Optimis Keanekaragaman Hayati Pacu Pertumbuhan Ekonomi</p>

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rachmat Pambudy. Antara/Arnidhya Nur Zhafira

JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Rachmat Pambudy mengatakan keanekaragaman hayati (kehati) memiliki potensi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

“Sektor ini diproyeksikan mengalami pertumbuhan PDB riil berdasarkan skenario RPJMN 2025-2029 dari 0,81% pada 2024, hingga 3,46% pada 2029,” kata Rachmat dilansir Antara pada Selasa (19/8).

Menurut dia, keanekaragaman hayati ini bukan hanya soal konservasi saja tapi juga mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

“Keanekaragaman ini bukan soal konservasi saja, tapi ini juga soal pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Baca Juga: World Bee Day Ingatkan Peran Penting Lebah Jaga Ketahanan Pangan

Untuk itu, Rachmat mengatakan Bappenas menyiapkan empat strategi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi melalui keanekaragaman hayati yaitu bioprospeksi, pemanfaatan sumber daya hayati berbasis pengetahuan dan teknologi, hilirisasi sumber daya hayati komoditas unggulan, dan pemanfaatan jasa ekosistem air dan ekowisata.

“Keempat strategi ini harus didalamkan secara inklusif dengan kolaborasi semua pihak, termasuk masyarakatnya,” jelas Rachmat.

Dilansir dari laman BRIN, bioprospeksi tumbuhan adalah penelusuran, klasifikasi, dan investigasi secara sistematik produk yang berguna seperti senyawa kimia baru, bahan aktif, gen, protein, serta informasi genetik lain. Tujuannya untuk kepentingan komersil, dengan nilai ekonomi aktual dan potensial yang ditemukan dalam keragaman tumbuhan.

Rachmat menjelaskan sumber genetik memiliki potensi nilai ekonomi sebesar Rp319 triliun.

Kemudian, pendekatan bioekonomi dilakukan dalam pemanfaatan sumber daya hayati berbasis pengetahuan dan teknologi untuk penyediaan pangan, pakan, dan sumber energi terbarukan.

Bappenas mendefinisikan bioekonomi sebagai bentuk ekonomi yang memanfaatkan sumber daya hayati secara berkelanjutan. Bioekonomi melibatkan prinsip-prinsip ekonomi dan biologi untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta bidang lainnya. 

“Penguatan bioekonomi dari pangan, energi, hingga obat-obatan, itu merupakan hal yang harus kita lanjutkan,” imbuhnya.

Baca Juga: Menilik Peran Lebah Dalam Pertanian Dan Menjaga Keanekaragaman Hayati

Selanjutnya, kata Rachmat, hilirisasi sumber daya hayati komoditas unggulan seperti sagu, kelapa, pala, biofuel, ikan, rumput laut, dan garam. “Ini sekarang masih bisa kita manfaatkan dan harus ditingkatkan lagi,” ungkapnya.

Rachmat menekankan upaya untuk menggerakkan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan perlu didorong terus demi mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.

“Data yang lengkap dan akurat memungkinkan potensi hutan, laut, dan sumber daya genetik untuk diolah menjadi nilai tambah ekonomi melalui bioprospeksi, inovasi bioekonomi, hilirisasi produk industri, serta pemanfaatan jasa ekosistem, hingga penerapan biodiversity credit,” kata Rachmat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar