c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

27 September 2024

19:35 WIB

Bappenas Akan Luncurkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 bertujuan untuk mendorong hilirisasi kelapa. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar dunia, namun terdapat banyak permasalahan di sektor perkebunan kelapa.

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Bappenas Akan Luncurkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045</p>
<p id="isPasted">Bappenas Akan Luncurkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045</p>

Warga menjemur kopra di depan rumahnya di Pulau Pangalasiang, Donggala, Sulawesi Tengah, Minggu (9/6/2024). Sumber: AntaraFoto/Basri Marzuki

JAKARTA – Pemerintah akan meluncurkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 untuk mendorong hilirisasi kelapa. Komoditas ini dinilai potensial untuk dikembangkan, di tengah berbagai masalah yang menghinggapi sektor kelapa. 

Staf Ahli Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Leonardo AA Teguh Sambodo mengatakan peluncuran Peta Jalan Hilirisasi Kelapa tersebut merupakan kesepakatan dengan berbagai pemangku kepentingan.

Mulai dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Investasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), hingga Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI).

“Di hari Senin (30/9), kami meluncurkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045, mengambil momentum bahwa pemerintahan yang baru nanti terus melanjutkan hilirisasi,” ujarnya dalam Media Briefing Peluncuran Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 di Jakarta, Jumat (27/9), dikutip dari Antara.

Baca Juga: Menyisir Potensi Produk Hilir Kelapa Yang Masih Terabaikan

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, salah satu yang dijadikan motor penggerak perekonomian adalah hilirisasi melalui industri.

Kelapa menjadi salah satu komoditas yang akan dikembangkan dari berbagai kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia.

“Indonesia kaya dengan berbagai sumber daya alam, sawit, karet, kakao, dan yang lain ini sudah banyak diolah. Salah satu raksasa tidur yang sebenarnya sekarang ingin dibangunkan adalah kelapa,” ucap dia.

Menurut Statista, Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar dunia dengan produksi 17,19 juta metrik ton pada 2022. Filipina ada di posisi kedua dengan produksi 14,93 juta metrik ton, sedangkan posisi ketiga diisi oleh India dengan produksi 13,32 juta metrik ton.

Brasil dan Srilanka merupakan produsen terbesar berikutnya, dengan produksi masing-masing 2,74 juta metrik ton dan 2,2 juta metrik ton.

Namun, terdapat tantangan yang harus dihadapi pada industri kelapa. Produktivitas kelapa di Tanah Air stagnan di angka 1,1 ton per ha, 98,95 % kebun rakyat tradisional tanpa pengorganisasian dan regenerasi, sebanyak 378.191 ribu ha tanaman tak menghasilkan (tua/rusak) dengan kemampuan replanting 6-10 ribu ha per tahun, lalu 756,98 juta kelapa bulat masih diekspor dengan pajak ekspor 0%.

Selanjutnya yaitu 52,34% pemanfaatan kelapa dalam bentuk kopra untuk diolah menjadi minyak kelapa, ada 3,68 juta ton air kelapa dibuang yang diperkirakan menghilangkan potensi sebesar US$5,25 miliar, serta potensi nilai ekonomi dari sabut maupun tempurung kelapa yang terbuang/belum dimanfaatkan masing-masing sebesar US$320 juta dan US$373 juta.

“Kapasitas produksi benih kelapa kita baru 1 juta. Potensinya bisa 9 juta, tapi ternyata kebutuhannya 41 juta. Jadi jauh sekali antara kemampuan dan juga untuk produksi benih,” ungkap Teguh.

Peluang Hilirisasi
Di sisi lain, ada berbagai peluang untuk mengembangkan hilirisasi kelapa yang telah menjadi amanat RPJPN 2025-2045, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025.

Beberapa di antaranya adalah pasar global kelapa diperkirakan tumbuh 7,05% hingga tahun 2029 dengan permintaan terbesar dari Eropa, AS, serta China untuk produk makanan dan minuman, kosmetik, kesehatan, hingga tekstil.

Selain itu juga Indonesia menguasai pasar gula kelapa dan briket shisha terbesar di dunia, selain potensi pasar dalam negeri yang sangat besar. Indonesia juga memiliki 278 industri pengolahan, dengan sebaran 83% di Jawa dan Sumatra.

Baca Juga: Lombok Jadi Center of Excellence Hilirisasi Kelapa

Kemajuan riset dan inovasi produk masa depan yang multi manfaat seperti karbon aktif, nano selulosa, hingga Medium Chain Triglyceride/MCT atau asam lemak pada minyak kelapa turut menjadi potensi yang dimiliki Indonesia. Selain itu, adanya potensi pendanaan hilirisasi dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).

Teguh menyampaikan seluruh kandungan kelapa dapat dimanfaatkan dan memiliki banyak turunan, mulai dari daging, air, tempurung, sabut, dan nira. Diversifikasi produk turunan kelapa yang bisa dikembangkan antara lain kertas selulosa nata de coco, rangka speaker, biocoating, rompi anti peluru, bioleather dari nata de coco, bahan baku biofuel, hingga palet briket.

“Industri sebenarnya siap, tapi karena ada risiko bahan baku pasokannya kurang, sehingga utilisasi industri saat ini baru 45-55%. Ke depan, industri yang sekarang naik jadi 85% pada tahun 2045,” ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar