c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

05 November 2025

11:11 WIB

Banyak Keluarga Khawatir Warisan Tak Bertahan Ke Generasi Berikutnya

Survei terbaru dari Sun Life Indonesia menunjukkan sebanyak 70% responden menempatkan perlindungan finansial keluarga sebagai prioritas utama dalam perencanaan warisan.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">Banyak Keluarga Khawatir Warisan Tak Bertahan Ke Generasi Berikutnya</p>
<p id="isPasted">Banyak Keluarga Khawatir Warisan Tak Bertahan Ke Generasi Berikutnya</p>

Ilustrasi Pajak Harta Kekayaan. Shutterstock/Watchara Ritjan

JAKARTA - Keamanan finansial menjadi fondasi utama dalam perencanaan warisan di kawasan Asia. Hal itu berdasarkan hasil survei terbaru dari Sun Life Indonesia merilis hasil survei yang bertajuk "Passing the Torch: Building Lasting Legacies in Asia".

Namun demikian, sebanyak 60% responden mengaku khawatir bahwa kekayaan mereka tidak akan bertahan melewati generasi anak-anak mereka. Hal ini menandakan pentingnya perencanaan yang lebih terstruktur dan peningkatan literasi finansial antar generasi.

Survei juga menunjukkan sebanyak 70% responden menempatkan perlindungan finansial keluarga sebagai prioritas utama dalam perencanaan warisan. Prioritas berikutnya adalah memastikan adanya rencana pewarisan yang jelas dan tersampaikan dengan baik untuk menghindari kebingungan atau sengketa (53%), serta membangun kekayaan yang cukup untuk diteruskan kepada generasi berikutnya (48%).

Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia Maika Randini mengatakan bahwa pihaknya melihat adanya perubahan cara pandang keluarga terhadap konsep warisan.

"(Warisan) tidak hanya seputar kekayaan, tetapi juga bagaimana memberikan rasa aman, pendidikan, dan kehidupan yang lebih bermakna bagi generasi berikutnya. Hasil survei ini menegaskan pentingnya perencanaan proaktif, bimbingan profesional, serta komunikasi terbuka dalam keluarga agar nilai dan aset dapat diwariskan secara berkelanjutan," kata Maika dalam keterangan resmi yang diterima Rabu (5/11).

Hal itu tecermin di mana sebagian besar responden ingin agar kekayaan yang mereka tinggalkan tetap produktif. Sebanyak 59% berharap warisan tersebut diinvestasikan dalam aset finansial, asuransi jiwa, atau bisnis keluarga agar terus menciptakan pertumbuhan jangka panjang.

Jumlah yang sama (59%) juga ingin warisan mereka digunakan untuk kebutuhan dasar, seperti perumahan dan kesehatan, serta 56% ingin warisan tersebut digunakan untuk mendukung pendidikan hingga jenjang universitas atau pelatihan kejuruan.

Maika menambahkan, hampir dua pertiga (60%) responden khawatir bahwa kekayaan mereka tidak akan bertahan melewati generasi anak-anak mereka. Hal ini berkaitan dengan lebih dari separuh (55%) merasa bahwa ahli waris mereka belum memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk mengelola harta peninggalan.

"Hanya 31% yang percaya anak-anak mereka akan menjaga, mengembangkan, dan melanjutkan nilai-nilai serta kehendak mereka dalam hal pengelolaan kekayaan," urainya.

Kekhawatiran ini paling kuat dirasakan oleh kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, di mana 28% menyebut diri mereka “sangat khawatir” terhadap keberlangsungan kekayaan keluarga.

Warisan Bukan Sekadar Harta
Bagi banyak keluarga di Asia, warisan tidak hanya diartikan sebagai harta benda. Sebanyak 41% responden ingin meninggalkan warisan dalam bentuk kekayaan, baik uang, properti, maupun bisnis keluarga.

Sementara itu, 15% ingin meneruskan tradisi keluarga, dan 13% berharap dapat memberikan pengaruh positif secara pribadi kepada keluarga dan sahabat mereka.

Namun, kekhawatiran terhadap hilangnya nilai-nilai keluarga cukup tinggi. Hanya 31% responden percaya anak-anak mereka akan menjaga tradisi keluarga.

Beberapa alasan utama yang disebutkan adalah perbedaan prioritas antar generasi (58%), keterlibatan yang terbatas (39%), salah tafsir terhadap nilai-nilai keluarga (30%), dan lemahnya ikatan antar generasi (29%).

“Kini semakin banyak keluarga yang memandang warisan sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar peninggalan finansial. Mereka ingin meninggalkan dampak yang berkelanjutan—melalui pendidikan, kesehatan, dan kesempatan hidup yang lebih baik bagi generasi berikutnya," tambah Maika.

Meski kesadaran terhadap pentingnya perencanaan warisan semakin meningkat, tingkat kesiapan masih tergolong rendah. Hanya 19% responden yang merasa benar-benar siap jika harus meninggalkan warisan hari ini, meningkat sedikit menjadi 29% di kalangan masyarakat berpenghasilan tinggi.

Hanya 10% yang telah menyiapkan dan mengomunikasikan rencana warisan secara lengkap, sementara hampir separuh (45%) baru memiliki sebagian rencana, dan 31% sama sekali belum menyiapkannya.

Kesadaran terhadap alat perencanaan seperti surat wasiat, perwalian, dan penasihat keuangan memang tinggi, namun penggunaannya masih rendah.

Sebanyak 70% mengetahui adanya dokumen perencanaan warisan, tetapi hanya 38% yang benar-benar menggunakannya. Begitu pula dengan penasihat keuangan—67% mengetahuinya, tetapi hanya 36% yang pernah berkonsultasi.

Sebagian besar diskusi tentang warisan di dalam keluarga juga belum terstruktur. Hampir separuh (44%) masih dilakukan secara informal, padahal hanya 27% responden yang menganggap cara ini paling efektif.

Maika menjelaskan, banyak keluarga yang sudah mulai membicarakan soal warisan, tapi belum benar-benar membuat rencana konkret.

"Diskusi yang lebih terstruktur dan melibatkan seluruh anggota keluarga penting untuk menghindari konflik dan memastikan warisan dapat diteruskan dengan jelas dan berkelanjutan," terang dia.

Literasi Finansial
Keluarga kini semakin melihat pendidikan finansial sebagai bentuk warisan tak ternilai. Sebagian besar responden mengatakan mereka telah atau berencana untuk berbagi pengalaman finansial pribadi (54%), melakukan diskusi terbuka tentang keuangan (53%), serta mengajarkan dasar-dasar pengelolaan keuangan (53%).

Kebutuhan akan bimbingan profesional juga meningkat. Sebanyak 37% responden telah menggunakan jasa penasihat keuangan, dan 42% berencana melakukannya.

Kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi memimpin (58%), diikuti Gen Z (47%) yang menunjukkan perubahan sikap terhadap pentingnya dukungan finansial yang terstruktur.

“Hari ini, banyak keluarga ingin mewariskan lebih dari sekadar harta. Mereka ingin memberikan pengetahuan dan nilai untuk mengelola kekayaan dengan bijak. Sun Life berkomitmen untuk mendampingi keluarga Indonesia membangun warisan yang tidak hanya bertahan, tetapi juga membawa makna bagi generasi-generasi berikutnya," tutupnya.

Sekadar informasi, survei ini melibatkan lebih dari 3.000 responden di Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam, untuk menggali lebih dalam pandangan, perilaku, dan aspirasi masyarakat Asia dalam merencanakan warisan, baik dalam bentuk kekayaan finansial maupun nilai-nilai dan tradisi keluarga.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar