28 Juni 2022
10:40 WIB
JAKARTA – Transaksi digital terus digenjot Bank DKI, termasuk di sejumlah pasar tradisonal di Jakarta. Digitalisasi tersebut dilakukan melalui akseptansi pembayaran digital melalui SIAP QRIS (Sehat Inovatif dan Aman Pakai-Quick Response Code Indonesian Standard).
Seperti yang diterapkan Bank DKI bersama Bank Indonesia wilayah DKI Jakarta yang melakukan digitalisasi transaksi di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, Senin (27/6). Sebelumnya Bank DKI telah melakukan digitalisasi transaksi di pasar Kedoya, Santa dan Koja.
Hadir dalam acara tersebut, Walikota Jakarta Timur M. Anwar, Kepala Divisi Perizinan Sistem Pembayaran Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Yufrizal, Direktur Ritel & Syariah Bank DKI Babay Parid Wazdi serta Kepala Divisi Regional 2 Perumda Pasar Jaya Nurman Adi Permana.
Babay Parid menyampaikan, Bank DKI secara konsisten terus melakukan optimalisasi layanan perbankan digital di pasar, melalui berbagai produk & layanannya.
Bagi pasar yang dominasi transaksinya jual beli, kata Babay, Bank DKI kini telah menghadirkan simple apps JakOne Pay sebagai aplikasi generasi muda milenial dan Gen Z yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai transaksi sehari-hari.
“Aplikasi ini mendukung transaksi untuk melakukan scan to pay QRIS, serta aktivitas uang elektronik server based lainnya,” serunya.
Dia menuturkan, para pengunjung pasar yang ingin mempergunakan JakOne Pay cukup men-download aplikasinya pada Google Play Store bagi smartphone berbasis android dan App Store bagi smartphone berbasis IOS. “Untuk informasi lebih lanjut, dapat langsung mengunjungi laman resmi JakOne Pay di www.jakonepay.com,” serunya.
Babay memastikan, Bank DKI kini semakin adaptif memenuhi kebutuhan nasabah yang menuntut kemudahan layanan melalui transformasi layanan digital. Melalui aplikasi JakOne Mobile, Bank DKI menghadirkan solusi perbankan digital bagi nasabah pengguna untuk menciptakan pengalaman bertransaksi yang lebih personal, mobile dan handal.
“Mulai dari bayar bermacam tagihan dan belanja online, transaksi Scan by QRIS, top up uang elektronik, bersedekah/ berdonasi untuk sesama hingga mengamankan dana darurat melalui pembukaan deposito dimana saja dan kapan saja,” imbuhnya.
Sampai dengan periode Mei 2022, transaksi QRIS melalui JakOne Mobile Bank DKI tumbuh 561% (yoy) menjadi Rp15 miliar dibanding periode Mei 2021 sebesar Rp2 miliar.
Selain transaksi QRIS, sampai dengan Mei 2022, jumlah pengguna JakOne Mobile juga sudah mencapai 1,7 juta pengguna, dengan jumlah nominal transaksi mencapai Rp 1,3 triliun, serta volume transaksi mencapai 1,6 juta transaksi.
Babay Parid menambahkan, “tercatat pada 3 bulan terakhir ini, transaksi melalui mesin EDC & JakOne Abank di pasar Perumnas Klender sudah dilakukan lebih dari 1.500 kali. “Nah, dari situ kan menjadi sinyal bahwa mereka sudah mulai berdigital,” serunya.
Selain itu, lanjutnya, dengan menjadi agen JakOne Abank, para pelaku UMKM dapat melayani berbagai transaksi perbankan serta mendapatkan komisi dari setiap transaksi.
Sebagai Bank yang memberikan perhatian penuh dalam pengembangan UMKM, Bank DKI juga turut berpartisipasi pada program Kredit Usaha Rakyat. Pada tahun 2022, Bank DKI menargetkan dapat menyalurkan KUR sebesar Rp1 triliun kepada pelaku UMKM di wilayah operasional Bank DKI baik debitur eksisting, anggota JakPreneur, dan Pedagang Perumda Pasar Jaya.
UMKM Naik Kelas
Untuk diketahui, digitalisasi dinilai menjadi solusi bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk berkembang dan naik kelas, untuk memperluas skala usahanya setelah melewati fase sulit selama pandemi.
“UMKM perlu terus didorong untuk menggunakan platform digital guna memperluas jangkauan usahanya. Digitalisasi dapat membantu menghemat anggaran untuk pemasaran, menjangkau pasar yang lebih luas dan membuka peluang untuk mengembangkan produknya,” kata peneliti rekanan lembaga penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Krisna.
Dia menyebutkan pandemi covid-19 mempercepat transformasi digital di Indonesia, termasuk bagi UMKM. Kebijakan pembatasan sosial serta perubahan pola konsumsi masyarakat, memaksa UMKM untuk mengubah operasional usaha dengan menggunakan platform digital untuk pemasaran.
Penelitian CIPS menunjukkan, jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahunnya selalu tumbuh. Berdasarkan data APJII yang dirilis pada Juni 2022, tingkat penetrasi internet sudah mencapai 77,02 persen dan hampir 211 juta pengguna.
Penetrasi yang tinggi tersebut, perlu dimanfaatkan dengan baik dikarenakan pandemi memberikan akselerasi terhadap proses digitalisasi di semua sektor.
Namun Krisna menyayangkan pengetahuan teknologi yang masih rendah, keterbatasan infrastruktur, dan tenaga kerja yang kurang terampil dalam menggunakan teknologi masih menjadi kendala digitalisasi UMKM.
“Keragaman jenis UMKM juga membutuhkan intervensi yang tidak seragam supaya hasil yang diharapkan bisa tercapai,” tuturnya.
Penelitian CIPS merekomendasikan perlunya basis data yang andal dan diperbarui secara berkala untuk memetakan banyak bentuk UMKM untuk memberikan intervensi yang tepat.