02 Juli 2025
19:06 WIB
Bahlil Usul Harga Minyak RI 2026 Kisaran US$60-80 Per Barel
Usulan Harga Minyak RI periode 2026 sekitar US$60-80 per barel lebih rendah dari proyeksi tahun ini yang termaktub dalam APBN 2025. Realisasi ICP sepanjang Januari-Mei 2025 di angka US$70,5 per barel.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Pekerja melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di Lapangan Duri, yang merupakan salah sat u lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau, Jumat (19/8/2022). Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan patokan rerata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada 2026 berada di rentang US$60-80 per barel.
Adapun, usulan harga itu tercatat lebih rendah daripada patokan ICP yang termaktub dalam APBN TA 2025 sebesar US$82 per barel. Tetapi sampai akhir tahun ini, rerata ICP diprognosakan sekitar US$65-80 per barel.
"Kami mengusulkan dalam rapat yang terhormat ini untuk ICP kita pada RAPBN tahun 2026 di kisaran sekitar US$60 sampai US$80 per barel," kata Bahlil dalam Rapat Kerja bersama Komisi XII DPR, Jakarta, Rabu (2/7).
Baca Juga: Awal Juli 2025, Harga BBM Nonsubsidi Pertamina, Shell, Vivo, BP Kompak Naik
Bahlil menjelaskan, salah satu yang memengaruhi usulan tersebut adalah realisasi ICP sepanjang Januari-Mei 2025 di angka US$70,5 per barel.
Dari realisasi tersebut, rerata ICP pada Mei 2025 ada di angka US$62,75 per barel, sedangkan pada Juni naik ke level US$69,33 per barel.
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu juga mengungkapkan, perhitungan ICP di lima bulan pertama tahun ini, maupun khusus Mei-Juni 2025 telah mencantumkan dampak dari pecahnya perang di Timur Tengah beberapa waktu terakhir.
"Kita tahu bahwa 30% lebih supply minyak dunia ini dari Timur Tengah dan ketika terjadi gejolak politik, itu berdampak sampai dengan harga minyak dunia pernah tembus di atas US$80 per barel," paparnya.
Di samping realisasi ICP Januari-Mei 2025, usulan rata-rata harga minyak mentah RI tahun depan juga tak lepas dari pengaruh analisa yang dilakukan lembaga-lembaga internasional soal proyeksi harga minyak dunia periode 2026.
Kementerian Energi AS dan Otorita terkait di Timur Tengah juga memperkirakan, harga minyak dunia sepanjang 2026 nanti berada lebih rendah di rentang US$55-58 per barel.
"Bahkan ada yang sampai US$67 per barel. Nah, ini terjadi karena perang, supply dan demand pasti akan mempengaruhi harga minyak dunia," sebut Bahlil.
Baca Juga: Menkeu Beberkan Asumsi Makro Semester II/2025, Ini Target PDB-Rupiah
Dia menambahkan, permintaan minyak mentah global tengah melandai kala beberapa negara produsen mengalami oversupply minyak.
Pelandaian permintaan tersebut juga, tutur Bahlil, tak lepas dari pertumbuhan ekonomi global yang mengalami penurunan. Sehingga, permintaan terhadap minyak mentah juga menjadi tidak begitu maksimal.
"Di saat bersamaan, produksi minyak di negara-negara penghasil tidak pernah diturunkan, naik terus. Jadi, ini ada ketidakseimbangan antara supply dan demand," jelasnya.
Sebelumnya, Kemenkeu optimistis harga emas hitam alias minyak tingkat dunia di tengah eskalasi konflik Timur Tengah tidak akan dibanderol menyentuh US$100 per barel pada sisa 2025 ini.
Kemenkeu memproyeksikan harga minyak akan berada di kisaran US$66 per barel hingga US$94 per barel pada semester II/2025.
"Kami memperkirakan (harga minyak) cukup lebar antara US$66 hingga US$94 per barel di semester kedua," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Raker dengan Banggar DPR RI, Selasa (1/7).