29 Oktober 2025
16:28 WIB
Bahlil Janjikan Seluruh Sulawesi Utara Terang Benderang Tahun Depan
Menteri ESDM targetkan seluruh desa dari Sabang sampai Merauke bisa tersetrum paling lambat 2030. Saat ini, masih ada sekitar 11-12 desa di Sulawesi Utara yang belum terlistriki.
Penulis: Yoseph Krishna
MINAHASA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjanjikan seluruh desa/dusun di Provinsi Sulawesi Utara sudah tersambung listrik paling lambat pada akhir 2026 mendatang. Saat ini, masih ada sekitar 11-12 desa di Sulawesi Utara yang belum merasakan 'setrum', termasuk wilayah yang berbatasan langsung dengan Filipina.
"Ada perbatasan desa atau kecamatan itu dengan Filipina. Di sana, ada puskesmas, cold storage, nelayan, tapi cold storage tidak bisa dinyalakan karena tidak ada listrik," imbuhnya di sela acara penyalaan perdana Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Rabu (29/10).
Baca Juga: Belum Tuntas! BPBL Baru 63%, 10 Ribu Lokasi Terpencil Belum Berlistrik
Atas kondisi tersebut, Bahlil meminta jajarannya bekerja keras agar seluruh Sulawesi Utara bisa teraliri listrik tahun depan. Salah satunya, lewat program Listrik Desa yang tengah dilancarkan oleh pemerintah.
"Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, Pak Dirjen, tahun depan saya datang ke sini untuk meresmikan itu desa yang tidak ada listrik, harus semua dinyalakan. Ada kurang lebih sekitar 11-12 desa di Sulawesi Utara yang belum ada listriknya," tegasnya.
Tak hanya Sulawesi Utara, Bahlil juga menyinggung daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) lainnya juga yang masih banyak belum merasakan listrik, terkhusus daerah yang berbatasan dengan negara tetangga.
Pada kesempatan tersebut, dirinya banyak menyinggung kawasan Indonesia Timur yang masih belum teraliri listrik, seperti di Maluku, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua.
"Maluku itu banyak daerah yang harus kita bereskan, di NTT itu berbatasan dengan Timor Timur kita harus selesaikan. Jadi, ini tidak hanya berbicara tentang listrik, tapi juga tentang kedaulatan negara. Di Papua, itu berbatasan dengan Papua Nugini," katanya.
Bahlil pun menerangkan, secara nasional, pemerintah punya target seluruh desa dari Sabang sampai Merauke bisa tersambung listrik paling lambat 2030.
"Pak Dirjen (Ketenagalistrikan), sekali lagi saya perintahkan agar 2029-2030, semua desa, semua kelurahan sudah harus ada listrik. Tidak boleh lagi kita biarkan anak-anak kita tidak merasakan fasilitas yang layak untuk mereka sekolah," tandasnya.
Baca Juga: ESDM Bidik 1,2 Juta Rumah Tangga Di Desa Tersambung Listrik Sampai 2029
Sekadar informasi, pemerintah mencatat rasio elektrifikasi nasional hingga semester pertama 2025 baru di angka 99,83%. Sementara rasio elektrifikasi milik PT PLN periode yang sama sebesar 98,53%.
PLTMH Di NTT Dan Papua
Bersamaan dengan penyalaan perdana BPBL, Kementerian ESDM juga meresmikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wairara berkapasitas 1x128 kilowatt (kW) di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, serta PLTMH Anggi Tahap I 1x150 kW dan groundbreaking PLTMH Anggi Tahap II 2x250 kW di Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Kehadiran PLTMH itu menjadi contoh nyata pemanfaatan energi air skala kecil yang ramah lingkungan dan sesuai dengan karakteristik daerah. Pemerintah berharap, PLTMH Wairara maupun Anggi dapat mendorong kegiatan ekonomi produktif di masyarakat, seperti pengolahan hasil pertanian, UMKM, dan kegiatan sosial.
Saat ini, PLTMH Wairara telah melayani 105 sambungan pelanggan, termasuk fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas sosial, dan gedung-gedung pemerintahan.
Baca Juga: Listrik Merata 2030, Program Lisdes-BPBL Sasar Ribuan Desa Belum Berlistrik
Sebelum kehadiran PLTMH Wairara, masyarakat di kawasan setempat hanya mengandalkan genset berbahan bakar solar dengan biaya yang cukup tinggi, yakni sekitar 0,35-04 liter per kilowatt hour (kWh).
Sementara dengan beroperasinya PLTMH Wairara, biaya listrik dapat ditekan menjadi hanya sekitar US$3-6 sen per kWh. Hal ini menunjukkan adanya penghematan biaya energi masyarakat hingga lebih dari 85%, sekaligus pengurangan konsumsi solar sekitar 62.000 liter per tahun atau senilai Rp1,24 miliar per tahun.
Terkhusus groundbreaking PLTMH Anggi Tahap II, Bahlil meminta agar seluruh potensi arus sungai yang ada dapat dioptimalkan. Jika memang ada potensi 1 Megawatt, maka proyek tersebut harus ditingkatkan lagi.
"Saya minta kalau memang itu sungainya (potensi) 1 MW, segera programnya dinaikkan dari 500 kW menjadi 1 MW. Kita bangun jangan tanggung-tanggung, harus sekaligus," ucapnya.