c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

17 Januari 2023

20:50 WIB

Bahlil: Hilirisasi Bisa Tarik Investasi US$545,3 Miliar

Menteri Investasi/Kepala BKPM mengatakan potensi investasi dari hilirisasi sektor-sektor prioritas mencapai sekitar US$545,3 miliar.

Penulis: Yoseph Krishna

Bahlil: Hilirisasi Bisa Tarik Investasi US$545,3 Miliar
Bahlil: Hilirisasi Bisa Tarik Investasi US$545,3 Miliar
Ilustrasi. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan potensi investasi dari hilirisasi sektor-sektor prioritas mencapai sekitar US$545,3 miliar. Antara Foto/Hafidz Mubarak A

JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan pihaknya telah menyusun peta jalan guna mencapai target investasi sebesar Rp1.400 triliun pada 2023 ini.

Dalam konferensi pers secara daring, Bahlil menyebut kunci strategis dalam mendongkrak investasi itu ialah melalui hilirisasi. Dalam hal ini, Kementerian Investasi/BKPM tengah menyiapkan hilirisasi investasi strategis pada beberapa sektor prioritas.

Adapun sektor-sektor prioritas itu mencakup mineral dan batu bara, minyak dan gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, serta kehutanan. Sektor tersebut, lanjut Bahlil, masuk ke dalam Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis Indonesia 2023-2035.

"Total yang bisa kita capai adalah US$545,3 miliar. Ini angka yang tidak sedikit dan ini jadi salah satu syarat kita untuk bisa menjadi negara maju," sebut Bahlil dari Davos, Swiss, Selasa (17/1).

Perkiraan total investasi yang bisa dicapai itu terbagi atas sektor mineral dan batu bara sebesar US$427,1 miliar, minyak dan gas bumi US$67,6 miliar, hingga perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan sebesar US$50,6 miliar.

Baca Juga: Indef: Larangan Ekspor Demi Hilirisasi Komoditas Tak Tepat Sasaran

Optimisme itu tak lepas dari keberhasilan hilirisasi nikel. Bahlil menerangkan pada periode 2017-2018, ekspor nikel hanya senilai US$3,3 miliar. Kemudian pada 2021 mencapai US$20,9 miliar dan kembali meningkat pada 2022 yang diperkirakan mencapai US$29 miliar-US$30 miliar.

"Kami tidak ingin berakhir di nikel karena sumber daya alam kita ada banyak, sehingga kita breakdown dengan peluang-peluang investasi yang ada menjadi 21 komoditas ke depannya," tegas dia.

Upaya untuk menggenjot investasi itu pun tak luput dari target pertumbuhan ekonomi yang masih berada di atas 5% tahun ini dengan satu formulasi dengan defisit anggaran berada di bawah 3%.

"Defisit anggaran 2022 itu kisaran 4%-5%. Kali ini, di bawah 3% dan ada selisih sekitar Rp400 triliun-Rp500 triliun yang harus di-split dengan meningkatkan investasi," papar Bahlil Lahadalia.

Apalagi setelah Presidensi G20, positioning Indonesia di mata dunia sangatlah strategis dan cukup berkesan. Ia mengatakan kepercayaan investor semakin membaik untuk menanamkan modalnya di Nusantara.

"Sekarang ini kami betul-betul diminta untuk berdiskusi dengan calon-calon investor, termasuk juga beberapa menteri dari negara-negara G20," kata dia.

Stabilitas Politik
Meski kepercayaan investor terus membaik, Bahlil tak menampik adanya potensi hambatan dari dalam negeri. Apalagi mulai tahun ini, pesta politik akan dimulai, perang kepentingan akan terjadi untuk menarik perhatian masyarakat.

Ia menilai jika kondisi tahun politik itu tak bisa dikelola dengan baik, dampaknya akan terasa pada pertumbuhan ekonomi dan investasi. Pasalnya, stabilitas dalam negeri menjadi pertimbangan utama investor dalam menanamkan modal mereka.

"Masalah paling besar Indonesia adalah lapangan pekerjaan, ini bisa diciptakan lewat investasi karena tidak mungkin kita harapkan orang-orang masuk PNS, TNI/Polri, atau BUMN, itu hanya sedikit (menyerap)," imbuhnya.

Baca Juga: BKPM Gelar Diseminasi Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis

Ia menegaskan selain penetrasi yang dilakukan pemerintah saat ini lewat rayuan, promosi, dan maintenance bagi para investor, stabilitas politik juga harus terjaga dengan baik. Semua pihak dalam hal ini memegan peranan untuk menjaga stabilitas itu.

Bahlil berharap seluruh masyarakat bisa menjaga stabilitas dengan baik supaya momentum kepercayaan global kepada Indonesia tidak hanya berjalan begitu saja tanpa ada efek positif.

"Kalau kita berkelahi lagi, ‘cebong-kampret’ lagi, itu sama saja kembali ke masa Adam dan Hawa," kata Bahlil.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar