c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

30 Juni 2025

09:28 WIB

Bahlil Dorong Peningkatan Kepemilikan Negara Atas Proyek Ekosistem Baterai EV

Bahlil mendorong peningkatan kepemilikan saham negara terhadap proyek ekosistem baterai kendaraan listrik. Konsorsium CATL tak keberatan untuk meningkatkan porsi saham pemerintah atas Proyek Dragon.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Bahlil Dorong Peningkatan Kepemilikan Negara Atas Proyek Ekosistem Baterai EV</p>
<p>Bahlil Dorong Peningkatan Kepemilikan Negara Atas Proyek Ekosistem Baterai EV</p>

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat memberikan sambutan pada acara Groundbreaking Proyek Dragon di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6). Dok ESDM

KARAWANG - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mendorong peningkatan kepemilikan saham negara terhadap proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Peningkatan saham milik negara ini utamanya pada sektor pemurnian nikel, mengingat negara lewat perusahaan pelat merah masih mengantongi saham minor di proses tersebut.

Sementara di hulu tambang, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) sudah mengantongi saham 51% atas PT Sumberdaya Arindo (SDA) yang mengeruk nikel di Halmahera Timur, Maluku Utara.

Bahlil menyebut konsorsium CATL lewat Ningbo Contemporary Burnp Lygend Co. Ltd tak menutup peluang untuk meningkatkan porsi saham pemerintah pada proyek ekosistem baterai mobil listrik terintegrasi.

"Saya sudah bicara dengan mereka untuk potensi dinaikkan kepemilikan saham negara lagi dan mereka pada prinsipnya tidak ada masalah," ucap Bahlil dalam Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6).

Baca Juga: Bahlil Ungkap Proyek Hilirisasi Baterai Sempat Terganjal Negosiasi Alot

Eks-Ketua Umum HIPMI itu mengungkapkan, saat ini porsi saham Antam pada fase pemurnian atau smelter berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) dan pabrik high pressure acid leach (HPAL) hanya di kisaran 30-35%.

"Ini kita kolaborasikan, 51% saham BUMN yang sekarang Danantara di Antam, di hulu tambangnya, kemudian di HPAL, smelter itu kurang lebih sekitar 30%-35%, prekursor, katoda, sampai battery cell itu minimal 30%," imbuhnya.

Tiga Tahun Mengambang
Terwujudnya groundbreaking proyek yang dinamakan Proyek Dragon itu harus melalui jalan terjal dan berliku selama bertahun-tahun. Pasalnya, ada proses negosiasi yang alot sejak Proyek Dragon dicetuskan empat tahun silam.

Menteri Bahlil menceritakan ada momen perbedaan visi antara PT Aneka Tambang Tbk dengan CATL selaku pimpinan konsorsium terkait rencana Proyek Dragon.

"Saya sama Pak Erik (Menteri BUMN), Pak Tiko (Wamen BUMN), ini negosiasinya alot. Sejak di awal dengan Pak Menteri Perindustrian kami juga berkoordinasi pasang surut. Akhirnya, kita jadi wasit yang baik dan masa mengambang itu tiga tahun lebih, tidak ada keputusan," tutur dia.

Baca Juga: Hidupkan Mimpi, Mencoba Mengawal Hilirisasi Nikel RI

Tapi semenjak pergantian kursi Kepala Negara yang diikuti pembentukan Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi oleh Presiden Prabowo Subianto, segala proses bisa berjalan cepat hingga groundbreaking pabrik baterai EV di Karawang, Jawa Barat bisa terlaksana.

"Atas perintah itu Bapak Presiden, kami dari Satgas langsung mengeksekusi, tidak ada lagi persoalan dan hari ini bisa kita sama-sama saksikan groundbreakingnya," sambung Menteri Bahlil.

Kolaborasi Dengan Negeri Panda
Panjangnya proses dan alotnya negosiasi patut dimaklumi, mengingat proyek raksasa ini merupakan kolaborasi antardua negara yang memiliki kepentingan, yakni Indonesia dan China.

Bahlil mengatakan, Indonesia memiliki hampir semua bahan baku baterai kendaraan listrik, mulai dari nikel, mangan, hingga kobalt. Artinya, hanya lithium yang tidak ada di Indonesia.

Tetapi sayangnya, kapasitas teknologi di dalam negeri masih jauh dari kata mumpuni untuk mengelola bahan baku tersebut menjadi baterai kendaraa listrik.

"Teknologi belum terlalu kita miliki secara komprehensif, karena itu kita lakukan kerja sama dengan teman-teman dari China, khususnya CATL. CATL ini adalah pemain baterai mobil terbesar di dunia," jabar Bahlil.

Baca Juga: Hilirisasi Nikel: Menambang Potensi, Perkuat Industri

Sekadar informasi, Proyek Dragon memakan investasi sekitar US$6 miliar. Keseluruhan proyek itu mampu menyerap tenaga kerja tidak langsung sebanyak 35.000 orang dan 8.000 tenaga kerja langsung.

Bahlil juga meyakini, Proyek Dragon bisa menciptakan multiplier effect terhadap perputaran ekonomi sekitar US$40 miliar per tahun, termasuk bagi perekonomian daerah.

"Untuk di lokasi ini, kita resmikan 15 Gigawatt (GW), ini kalau kita konversi ke baterai mobil itu kurang lebih sekitar 250.000-300.000 mobil. Secara keseluruhan, proyek ini hampir kurang lebih sekitar US$6 miliar, ini bukan angka yang kecil," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar