05 Januari 2024
14:39 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Sepanjang tahun 2023, fenomena tech winter pada perusahaan rintisan (startup) sudah seperti momok. Banyak startup melakukan pengurangan fitur, pemutusan hubungan kerja dengan karyawan bahkan penutupan total.
Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, kondisi ini diperkirakan masih berlanjut pada awal 2024.
"Tech winter akan tetap ada, apalagi investor yang mau invest di Indonesia masih wait n see terkait kondisi ekonomi/politik," kata dia kepada Validnews, Jumat (5/1).
Eddi menuturkan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi kondisi ekosistem startup tanah air. Salah satunya adalah tech winter yang dipicu oleh kondisi makro/geopolitik.
Dia menjelaskan, gejolak ekonomi makro serta perang di sejumlah negara mendorong banyak negara mengurangi ekspor pangannya dan menimbulkan gejolak lainnya.
Baca Juga: Fenomena Tech Winter, Apa Dampaknya Ke Insurtech?
Faktor berikutnya adalah kenaikan tingkat suku bunga. Ketika suku bunga melonjak naik, pendanaan pada startup jadi menipis, hingga akhirnya mau tidak mau perusahaan harus melakukan efisiensi.
"Bentuk efisiensi kan macam-macam ada yang mengurangi promo, penundaan ekspansi, kurangi fitur produk, dan juga lakukan PHK," jelas dia.
Penyebab lainnya adalah proses pematangan industri. Saat ini startup sudah berumur lebih dari 10 tahun. Karena itu, startup dituntut sudah mencetak laba, atau setidaknya memiliki jalur yang jelas untuk menghasilkan keuntungan atau path to profitability.
"Alias, bukan semata soal topline growth dan valuation," sebut Eddi.
Untuk itu, menurutnya, startup yang belum profitable akan sulit lakukan fund raising, akhirnya terpaksa harus melakukan berbagai efisiensi.
Sebagaimana diketahui, belakangan, beberapa startup telah melakukan efisiensi. Misalnya, Zenius yang menutup layanan sementara operasinya, Lazada yang mem-PHK karyawan di Asia Tenggara dan Octopus yang belum menggaji karyawan selama 5 bulan.
Menurut laporan Indonesia's Startup Handbook Funding Updates 2023, industri teknologi di Indonesia telah mengalami penurunan sejak tahun 2022. Banyak perusahaan telah mendorong kebutuhan untuk fokus kembali pada pengelolaan bisnis dan berorientasi pada profitabilitas.
Misalnya, GoTo, yang bertujuan untuk mencapai target laba pada Q4 2023, telah mem-PHK ribuan karyawan dua kali dalam setahun. Karena di Semester 1 2023, perusahaan mencatat rugi bersih sebesar Rp7,2 triliun (YoY).
Baca Juga: Menanti Pelangi Setelah Badai Pergi
Hal yang sama juga dilakukan oleh Zenius setelah memperoleh Primagama pada awal tahun 2022, perusahaan mengambil langkah tiga kali PHK untuk menjamin bisnisnya keberlanjutan.
Masih dari laporan Indonesia's Startup Handbook Funding Updates 2023, pada paruh pertama tahun 2023, lanskap investasi startup di Indonesia mengalami perlambatan yang signifikan, yaitu sebesar 74% menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Sepanjang semester pertama pada tahun 2023, terdapat 73 pengumuman pendanaan startup yang diungkapkan secara publik, dengan nilai gabungan sebesar US$707 juta.
Meski begitu, pada Kuartal III tahun 2023, pendanaan startup menunjukkan peningkatan bertahap, mencapai US$501,6 juta di 38 transaksi pendanaan.
Laporan tersebut menilai angka ini menunjukkan adanya kemajuan selama dua kuartal sebelumnya, terutama melampaui US$376,7 juta tercatat di Kuartal I dan US$330,2 juta tercatat di Kuartal II.
Peningkatan ke atas ini memberikan indikator yang baik bagi industri, khususnya mengingat hal ini penurunan tajam yang terjadi pada paruh pertama tahun yang sama.