29 Agustus 2025
10:41 WIB
AS Selidiki Tarif Impor Furnitur, Kemendag Buka Suara
Kementerian Perdagangan mengaku turut mencermati langkah AS yang tengah menyelidiki tarif impor furnitur, mengingat furnitur masuk dalam komoditas unggulan ekspor ke AS.
Penulis: Erlinda Puspita
Dirjen Perundingan Perdagangan Indonesia PPI Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono di Jakarta, Kamis (28/8). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Dirjen Perundingan Perdagangan Indonesia PPI Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono menyampaikan pemerintah juga akan memperhatikan komoditas furnitur dalam kebijakan tarif Trump, mengingat furnitur masuk sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia.
Pernyataan ini menanggapi langkah pemerintah Amerika Serikat (AS) yang juga tengah melakukan penyelidikan besar-besaran terhadap furnitur yang masuk ke negara mereka.
Meski begitu, ia menyebut, dampak penyelidikan tarif impor furnitur tersebut bukan hanya berpotensi bagi Indonesia, melainkan banyak negara lain yang juga berperan besar sebagai eksportir furnitur ke Negeri Paman Sam tersebut.
“Ya nanti jadi cermatan kita juga. Nanti kalau misalnya benar, pasti akan ada dampaknya juga ke kita, meskipun kita bukan eksportir furnitur yang terbesar (ke AS). Kanada China, Vietnam dan negara lain,” ungkap Djatmiko usai Media Briefing di Kemendag, Jakarta, dikutip Jumat (29/8).
Baca Juga: Trump Umumkan “Penyelidikan Tarif Besar-Besaran” Pada Furnitur Impor
Djatmiko menambahkan, furnitur merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia ke AS. Oleh karena itu, meskipun AS tengah menyelidiki tarif impor tersebut, pemerintah Indonesia tetap akan mengupayakan agar furnitur asal Indonesia dikenai tarif bea masuk rendah.
“Furnitur kan termasuk produk andalan kita, masuk di 10 sampai 20 besar. Jadi ya tentu pasti kita mintakan,” jelas dia.
Sebelumnya, pada Jumat (22/8) pemerintah AS mengumumkan akan memulai penyelidikan besar-besaran terkait tarif furnitur yang masuk ke AS. Penyelidikan akan berlangsung dalam 50 hari ke depan. Tujuan penyelidikan ini agar bisnis furnitur kembali hidup di berbagai negara bagian seperti Carolina Utara, Carolina Selatan, Michigan.
Penyelidikan ini dilakukan oleh Departemen Perdagangan sebagai bagian dari penyelidikan kayu dan produk kayu olahan berdasarkan Pasal 232 Undang-Undang Perluasan Perdagangan, yang memungkinkan pengenaan tarif atas barang-barang yang dianggap penting bagi keamanan nasional.
Berdasarkan undang-undang tersebut, Menteri Perdagangan diharapkan menyampaikan hasil penyelidikan apa pun dalam waktu 270 hari sejak dimulainya penyelidikan, yang dimulai pada 10 Maret, meskipun keputusan Trump dapat diambil setelahnya.
Impor furnitur AS diketahui pada tahun 2024 lalu mencapai sekitar US$26,4 miliar (sekitar Rp428 triliun) dengan bersumber paling besar dari Vietnam, China, Kanada, Meksiko, dan Italia.
Lebih lanjut, Djatmiko belum bisa memperkirakan kapan negosiasi Tarif Trump selesai, meski ditargetkan mulai berlaku di 1 September mendatang. Hal yang sama dengan komoditas unggulan Indonesia, ia belum bisa membocorkan komoditas apa saja yang memperoleh tarif 0% dari AS.
“Saya nggak bisa ngomong kapannya, nggak bisa berandai-andai. Tapi kita harapkan pokoknya nanti sampai semua bisa disepakati dan diterima. (Komoditas apa saja kena tarif rendah?) Yan anti tunggu saja. Pokoknya ini kita memperjuangkan,” imbuhnya.
Baca Juga: OJK: Tarif 19% AS Untung, Ekspor Tekstil-Furnitur RI Jadi Kompetitif
Dari catatan Validnews, kinerja ekspor furnitur Indonesia menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso di lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 2,62%. Pada 2023, Indonesia menduduki peringkat ke-19 dunia sebagai negara pemasok furnitur dan kerajinan tingkat global dan berhasil mencatatkan nilai perdagangan untuk kategori furnitur dan kerajinan mencapai US$2,46 miliar.
Sepanjang Januari-November 2024, nilai ekspor furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai US$2,22 miliar atau setara dengan Rp36 triliun. Ekspor tersebut didominasi ke pasar Amerika Serikat (AS), Jepang, Belanda, Jerman, dan Belgia.