06 September 2025
11:55 WIB
Arif Budimanta dan Pemikiran Pancasilanomics
Menghasilkan buah pemikiran Pancasilanomics, ekonom sekaligus eks-Staf Khusus Presiden era Jokowi periode ke-II bidang ekonomi Arif Budimanta berpulang di usia 57 tahun pada Sabtu (6/9).
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Arif Budimanta, ekonom sekaligus staf khusus Presiden bidang ekonomi di periode II kepemimpinan Joko Widodo menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (6/9) pukul 00.06 WIB di Jakarta. Kabar duka datang melalui pesan yang disampaikan pihak keluarga dan beredar di kalangan ekonom tanah air.
“Dengan penuh duka cita, kami mengabarkan bahwa ayah kami, Bapak Arif Budimanta, telah berpulang ke Rahmatullah pada hari ini, 6 September 2025, pukul 00.06 WIB di Jakarta,” tulis pihak keluarga dalam pesan yang diterima, Jakarta, Sabtu (6/9).
Terpisah, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengenang Arif Budimanta sebagai sosok yang giat berperan sebagai think tank yang fokus pada isu ketimpangan, UMKM, investasi, dan keberlanjutan.
Aktif di ranah politik dengan berada di bawah naungan PDIP, melalui Megawati Institute, Arif dikenal aktif menyampaikan pemikiran¬pemikiran ekonomi serta menginisiasi diskusi penting.
“Di DPR pada periode 2009-2014 Arif dan rekan-rekannya aktif dalam gerakan sunyi, yakni menghidupkan ekonomi konstitusi. Indikator kesejahteraan rakyat harus menjadi tujuan utama, bukan sekadar pertumbuhan ekonomi berbasis kebijakan yang liberal,” ujar Didik dalam pernyataan yang diterima Validnews.
Dirinya menambahkan, prinsip tersebut juga aktif diinisiasi oleh almarhum, dengan tujuan memasukkan indikator kesejahteraan masyarakat ke dalam proses penyusunan APBN, dengan bekerja sama dengan lintas fraksi.
“Kiprahnya sangat aktif dalam diskursus publik dan memberikan kritik terhadap kebijakan publik dan ekonomi politik secara luas,” tambahnya.
Pemahaman Pancasilanomics
Di saat bersamaan, Arif juga dikenal atas hasil pemikirannya mengenai Pancasilanomics, yang tertuang melalui buku ‘Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak’ (2019), dengan menggagas integrasi lapisan sosial berdasarkan keadilan perolehan manfaat ekonomi.
“Buku ini membahas bagaimana nilai-nilai Pancasila bisa menjadi landasan sistem ekonomi Indonesia yang adil, inklusif, dan berdaulat,” tambah Didik.
Dalam buku tersebut, Arif menegaskan, 'Pancasilanomics' merupakan ekonomi berideologi Pancasila yang tidak antipasar, di mana pasar, dalam hal ini yang merupakan pusat transaksi atau perdagangan dari para pemilik modal tetap dianggap sebagai salah satu relasi kekuasaan dan modal.
Namun, ideologi Pancasila yang bercita-cita mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, diadaptasi dalam kegiatan pelaku pasar untuk melindungi seluruh pelaku, baik itu produsen, distributor hingga konsumen.
Adapun salah satu konsep sederhana dari Pancasilanomics adalah ekonomi gotong royong atau ekonomi yang terbangun atas usaha bersama.
Beberapa tujuan dari Pancasilanomics adalah pemanfaatan sumber daya alam dan energi sebagai basis kemakmuran dan kemajuan bangsa, serta menciptakan hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang layak.
Baca Juga: Perkuat Kemandirian Ekonomi, Muhammadiyah Luncurkan MentariMart
Di saat bersamaan, Arif juga diketahui masih menjabat sebagai Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah.
Menyampaikan duka atas kepergiannya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengenang almarhum Arif sebagai sosok yang baik, lurus, dan taat asas dalam setiap kiprah dan pengabdiannya.
“Almarhum adalah pribadi yang jernih, rendah hati, dan selalu mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Dengan dedikasi dan keikhlasannya, almarhum banyak memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah,” ujar Haedar dalam pernyataan resmi.