c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 Januari 2023

20:20 WIB

Anodream; Harum Bisnis Wewangian Pengantar Tidur

Lilin aromaterapi disebut dapat mengatasi insomnia hingga stres. Dengan alasan inilah Anodream lahir.

Penulis: Khairul Kahfi

Anodream; Harum Bisnis Wewangian Pengantar Tidur
Anodream; Harum Bisnis Wewangian Pengantar Tidur
Produk aroma terapi Anodream. Sumber: anodreamid/dok

JAKARTA – Pandemi covid-19 telah mengubah cara hidup banyak orang di dunia secara drastis. Ketakutan dan kekhawatiran terhadap krisis turut memperburuk masalah tidur masyarakat di dunia.

Bahkan, menurut studi tidur global yang dilakukan Philips 2021, sebanyak 62% responden di Asia Pasifik menyebut situasi pandemi menyulitkan mereka mendapatkan tidur berkualitas. Meski tidur lebih banyak dengan rata-rata 7,2 jam/malam, tetapi 41%-nya menyatakan tidak puas dengan tidurnya. 

Hal ini berdampak negatif terhadap stress, kesehatan mental/emosional, kemampuan tidur nyenyak serta rutinitas tidur dan bekerja.

Presiden Direktur Philips Indonesia Pim Preesman menjelaskan, banyak orang tidak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas pada malam hari karena berbagai tantangan akibat pandemi. Ada stres masalah keuangan, tekanan keluarga, koneksi internet yang tidak stabil, bekerja dari rumah, hingga membantu anak sekolah online yang menjadi faktor penyebab.

Sementara itu, praktisi kesehatan tidur Indonesia Andreas Prasadja mengungkapkan, pandemi telah mengubah komposisi masalah tidur pada pasiennya. Sebelum pandemi, sekitar 50% pasiennya mengalami insomnia, 50% sisanya sleep apnea. Namun pandemi membuat 70% pasiennya mengidap insomnia dan 30% sleep apnea.

“Kurang tidur dapat mengakibatkan produksi hormon stres yang meningkat, sehingga melemahkan sistem imun tubuh. Selain itu, bisa juga menyebabkan pembengkakan pada tubuh. Karenanya, mendapatkan tidur berkualitas menjadi lebih penting lagi di tengah pandemi,” terang Andreas yang juga merupakan RPSGT dari Snoring and Sleep Disorder Clinic di RS Mitra Kemayoran Jakarta pada 2021 lalu.

Ngomong-ngomong soal insomnia kala pandemi, owner Anodream, Jennifer Batsyua (19) juga merasakan hal yang sama. Secara drastis, pagebluk korona mengubah pribadinya yang ekstrover menjadi introver. 

Setiap malam gadis asal Sidoarjo, Jawa Timur, ini mengaku merasa kesulitan untuk tidur karena pikiran yang sangat kacau dan kalut. 

Kondisi itu juga yang membuat dirinya mencari alternatif untuk bisa kembali tidur dengan normal. Dia mengurungkan niat untuk mengonsumsi obat tidur karena risiko penyakit bawaan, hingga akhirnya memutuskan untuk mencoba lilin aromaterapi yang dikenal berkhasiat untuk membantu orang rileks dan mudah tidur.

“Aku coba beli lilin aromaterapi dengan harga terjangkau, tapi pas sampai aku enggak suka sama aromanya karena bikin pusing dan langsung bikin cenat-cenut, saking kuatnya. Dari situ juga kepikiran, kalau beli lilin aromaterapi dari brand-brand besarkan harganya mahal,“ ceritanya kepada Validnews, Jakarta, Selasa (3/1).

Pada titik ini, dirinya berinisiatif untuk membuat lilin aromaterapi secara mandiri berbekal tutorial di internet. Hitung-hitung jadi kegiatan tambahan di tengah pembatasan mobilitas orang. Lalu karena untuk konsumsi pribadi, dirinya mengutamakan bahan-bahan alami dan mengeliminasi bahan-bahan kimia dalam pembuatan lilin aromaterapi pasaran, seperti parafin. Dia ingin lilin ini lebih ‘sehat’.

Parafin sendiri, menurut dia, merupakan bahan kimia yang dapat merusak pernafasan, hasil akhir pembakarannya juga berbentuk asap hitam dan lebih cepat habis. 

"Sedangkan, kalau bahan organik asapnya enggak hitam, hasil pembakarannya bagus dan tahan lama,” katanya.

Mimpi Jadi Pebisnis Muda
Jennifer mengingat proses trial-error produk lilin aromaterapinya. Butuh waktu hingga sebulan lamanya hal itu dilakukan, itu pun dikerjakan sendiri di kamarnya. Bahkan pada kesempatan lain, dirinya juga bereksperimen membuat campuran lilin aromaterapi di kompor dapur masak rumahnya dengan alat seadanya. 

“Terus dimarahin mama soalnya kotor semua, karena aku pakai alat yang ada di rumah,” sambungnya sambil terkekeh.

Dirinya pun mengaku sempat kesulitan dalam percobaan membuat lilin pertamanya. Dia harus belajar otodidak modal dari berselancar di dunia maya dan tidak didampingi mentor. Secara umum, menurutnya, semua hasil proses ini bisa berbentuk sebuah lilin aromaterapi, namun belum layak untuk bisa dijual karena kualitasnya bakal mengecewakan pembeli.

Paling kritis, ada di sisi aroma sebagai jualan utama produk lilin aromaterapi, yang Jennifer nilai di masa-masa awal percobaan belum terlalu mengesankan. Pada tahapan ini, dirinya menyebut mendapat banyak pengalaman baru dan sangat bernilai dalam produksi lilin aromaterapi.

“Aku baru tahu kalau lilin aromaterapi kalau komposisi pewanginya kekurangan atau kebanyakan bisa berpengaruh ke hasil akhir, suhu penuangan, dan suhu ruang simpan lilin juga berpengaruh,” jabarnya. 

Sebulan berselang, Jennifer yang pada saat itu masih menginjak kelas 2 SMA jurusan IPS ini mencoba untuk menyeriusi bisnis lilin aromaterapi ini. Dia menamai lilin ini dengan brand Anodream pada Juli 2020. Dia pun merintis Anodream berbekal modal tabungan ratusan ribu yang dipunya hasil buka jasa desain grafis. 

Lulusan SMA Kristen Petra 5 Surabaya ini menerangkan, Anodream sendiri diambil dari akronim ‘another dream’ yang berarti mimpi lain. Pasalnya, hingga kini dirinya sedang menjalani usaha lain berupa jasa desain grafis. 

Anodream sendiri ditujukan, agar Jennifer kelak memiliki usaha yang bisa bergerak mandiri, tanpa harus turun tangan langsung.

Modal itu digunakan paling banyak untuk membeli bahan lilin organik berupa soy wax, ekstrak aroma, dan wadah gelas penyimpanan. Pertama buka pun dirinya hanya menyetok 24 buah lilin aromaterapi dengan empat varian bau-bauan berbasis natural-floral, yakni lavender, vanilla, jasmine, dan sandalwood. 

Perlahan tapi pasti, dirinya juga berupaya menghidupkan mimpi lamanya yang bercita-cita menjadi pebisnis di usia muda. Dirinya selalu tertarik untuk dapat membuat sebuah merek yang dikerjakan sendiri, mulai dari produksi, desain, foto produk dan seterusnya.

“Dulu itu, kepikirannya Anodream bukan (produksi) lilin aromaterapi, tapi semacam produk hadiah atau hampers begitu,” sebutnya.

“Kalau di desain grafis kan aku harus ngedesain, jadi harus kerja (langsung). Nah kalau bisnis kan bisa aku tinggal suatu saat,” imbuhnya.

Peluang Medsos
Jennifer juga berterus terang, peluang bisnis Anodream juga sedikit-banyak muncul pasca konten video buatannya viral di TikTok awal-awal pandemi. Pengalaman pernah menjadi pedagang di online shop sewaktu masih SMP yang kandas pula memperkuat kemauannya untuk mulai berbisnis lagi.

“Sempat kepikiran ‘wah bisa juga nih kalo jualan’, promosinya lebih gampang,” sebutnya antusias.

Lebih dalam, dirinya juga meyakinkan, bisnis bisa dilakukan oleh setiap orang tanpa harus memiliki background pebisnis andal. Sambil berjalan dan berusaha, feel untuk berbisnis bisa dioptimalkan sebesar mungkin. Selanjutnya, dirinya terus mengoptimalkan konten produk Anodream di semua media sosial. Dia optimistis, bisnisnya akan berkibar. 

Dirinya pun mengandalkan kepiawaiannya untuk bercerita dan membuat video untuk mengenalkan produk kepada calon pembeli. 

“Walaupun ada yang mikir kasihan lalu beli, tapi dari sana orang-orang akhirnya mencoba produk lilinku, suka aromanya, ada respons positif, hingga rekomendasiin ke temennya,” ucapnya.

Pada saat yang sama, Jennifer juga terbuka ketika mendapat kritik-masukan yang bertujuan untuk mengembangkan produknya. Entah aroma yang kurang kuat, penyesuaian tekstur produk, pengemasan, pengiriman dan seterusnya.

 Selain itu, dirinya juga berbagi tips untuk memberikan nama produk yang cukup sederhana dan klasik. Hambatan utama produknya juga ada di aroma itu sendiri. 

Ada banyak juga calon pembeli yang takut untuk beli. Strategi ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran umum dan menyesuaikan ekspektasi pembeli di awal.

“Nama-nama varian Anodream juga enggak aneh-aneh. Karena aku tahu kalau (jualan) online orang-orang enggak bisa nyobain (aroma) jadi namanya klasik aja, kayak lavender, sandalwood, vanila,” terangnya.

Dia juga menggunakan keterbatasan orang-orang yang kebingungan memilih varian produknya via konsultasi chat di e-commerce.  

Dia membuka kanal diskusi. Dengan begitu, Anodream bisa merekomendasikan aroma produknya yang paling sesuai dengan suasana hati pembeli, seperti diketahui lilin aromaterapi punya koneksi kepada kesehatan mental orang.

“Biasanya lewat chat, ada yang cerita pasangannya lagi stres karena tugas kuliah dan minta rekomendasi aroma apa dan lain-lain. Kalau ada yang lagi sedih dikasih aroma manis, begitu,” terangnya.

Dari strategi ini juga, Anodream berhasil mendapatkan reputasi baik nan positif di marketplace sekaligus medsos atas setiap produk yang dijual. Inilah yang menjadi daya tarik pelanggan untuk membeli produk Anodream. Pendekatan yang dilakukan Jennifer pun dilakukan secara personal.

Hasilnya, tren penjualan lilin aromaterapi buatan Anodream terus menanjak naik dari waktu ke waktu. Seperti pada 2020 yang berhasil menjual hingga puluhan batang lilin per bulan, kemudian pada 2021 penjualan mulai menyentuh hingga 100-an batang batang lilin per bulan. Dan, pada 2022 yang penjualannya mulai konsisten menyentuh 100-200-an batang lilin per bulan.

“Karena di 2020 enggak punya banyak modal, jadi aku enggak bisa endorse ke orang atau promosi iklan. Tapi seiring waktu, aku punya modal buat ekspansi, endorse, dan iklan, jadi (penjualan) semakin naik juga,” ungkapnya.

Hingga kini Anodream juga telah memiliki koleksi aroma lilin terapi sebanyak 18 varian. 

Selain bau bunga tanaman, dirinya juga telah menambahkan produk lilin aromaterapi dengan aroma unik seperti caramel popcorn, boba, hingga roti-rotian yang ditambahkan selama 2021-2022.

Tren Penjualan
Jennifer memaparkan, demografi pembeli Anodream. Dari data marketplace mayoritas merupakan perempuan muda berusia 16-30 tahun, persentasenya sekitar 60% perempuan dan 40% laki-laki. Meski begitu, demografi pembeli bisa lebih luas lagi manakala dirinya bersama tim berjualan secara langsung atau offline.

“Kalau kita ikut ke bazar, banyak ibu-ibu umur 40 tahunan juga beli produk Anodream,” serunya.

Anodream juga bertekad untuk terus menjaga slogan menyediakan produk lilin aromaterapi organik dengan harga murah dengan kualitas premium. Produk lilin aromaterapi Anodream dijual mulai dari Rp15 ribu hingga Rp145 ribuan. Kesemua lilin ini diproduksi oleh tiga orang anggota tim di pabrik skala industri rumahan di Sidoarjo.

“Selain lilin aromaterapi, kita juga jual reed diffuser oil pakai bahan organik. Biasanya reed diffuser pakai campuran alkohol dan air, kalau kita bahan utamanya almond oil,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, Anodream juga rutin mengirimkan barang konsumen ke seluruh penjuru Indonesia setiap bulannya. 

Adapun, sebutnya, pembelian tersering hadir dari pelanggan yang berasal dari kota besar, seperti DKI Jakarta dan Surabaya. Sesekali juga Anodream mengapalkan produk ke sejumlah negara mengoptimalkan fitur ekspor di marketplace

“Pembelinya berasal dari Singapura, Vietnam, Filipina, dan Malaysia,” sebutnya.

Kini, dia mengungkapkan tren bisnis yang kian baik. Omzet bisnis Anodream yang sekarang sudah menyentuh di kisaran Rp10-20 jutaan/bulan. 

Jumlah ini Jennifer akui pun meningkat lebih tinggi beberapa kali lipat dari yang terjadi pada situasi 2020 yang masih berkisar Rp6 jutaan/bulan.

Pada momen Natal 2022 pun penjualan Anodream mengalami kenaikan penjualan dibandingkan momen yang sama pada tahun sebelumnya. Pembelian itu ditujukan sebagai hadiah atau hampers kepada pelanggan. 

“Penjualan Natal 2022 lebih banyak dibandingkan Natal tahun sebelumnnya,” katanya.

Impian Selanjutnya
Jennifer juga menyebut, belum memiliki rencana spesifik untuk Anodream dalam waktu dekat. Karena fokusnya akan ditujukan untuk terus mengoptimalkan produk dan mengefisienkan proses bisnis yang selama ini berjalan.  

Di luar lilin aromaterapi dan reed diffuser, dirinya juga tengah menyiapkan produk baru yang akan hadir di lini produk Anodream, meski masih mendapatkan tantangan dalam proses trial-error yang cukup panjang. Ditanya mengenai peluncuran produk di pertengahan 2023, dirinya belum bisa memastikan itu dapat terjadi.

“Semoga bisa pertengahan 2023, soalnya masih gagal terus,” katanya sambil meminta dukungan doa.

Dirinya bersama tim juga berniat untuk dapat menyediakan toko fisik Anodream yang berlokasi di Surabaya dan Bali. Keberadaan toko fisik ditujukan, agar bisa mengakomodasi pembeli yang berniat untuk mencoba dan mencocokan varian produk wangi-wangian buatannya.

Untuk ekspor, Anodream juga tengah serius dalam proses dan strategi bisnis yang paling tepat. Jennifer pun berkeras untuk menjadikan Singapura sebagai negara tujuan utama ekspor paling potensial, mengingat historis pembelian yang tinggi dan jarak yang relatif dekat dari Indonesia.

Selain itu, secara subjektif, sedari dulu Jennifer sudah begitu menyukai negara Merlion bernaung ini. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar