c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

07 Juni 2024

20:27 WIB

Annabae; Dari Hobi, Pasar Ekspor Pun Dijajaki

Lewat komunitas, Fitrah Faradisa mendapat banyak pengetahuan, jejaring dan akses untuk membangun usaha dan mengembangkan Annabae, produsen eco-printing yang sudah menjajaki pasar ekspor Jepang dan AS

Penulis: Erlinda Puspita

<p id="isPasted">Annabae; Dari Hobi, Pasar Ekspor Pun Dijajaki</p>
<p id="isPasted">Annabae; Dari Hobi, Pasar Ekspor Pun Dijajaki</p>

Ilustrasi tas Annabae. Dok IST

TUBAN, JAWA TIMUR - Di sela-sela kesibukan sehari-hari, waktu luang merupakan privilege yang dimiliki ibu rumah tangga, seperti Fitrah Faradisa (43 tahun). Waktu luang yang dimilikinya, digunakan untuk mendirikan usaha sendiri, eco-printing.

Sejak 2018 silam, dia memproduksi beragam model busana dan aksesoris menggunakan batik dengan motif dan pewarna alami dari zat warna daun. Dari situ, Fitrah mampu menghasilkan kerudung, baju, mukena hingga tas.

Usaha yang bergerak di bidang kerajinan atau handicraft ini diberi nama Annabae. Bukan sembarang nama, Annabae merupakan bahasa daerah Jawa di bagian Pantai Utara (Pantura), seperti Indramayu Jawa Barat yang merupakan kampung halaman ibu tiga anak ini yang diambil dari frasa "ana ana bae" yang memiliki arti "ada ada saja".

Nama tersebut dipilih Fitrah, karena berkaitan dengan identitas usahanya yang menyediakan berbagai macam keperluan fashion dan pelengkapnya yang ramah lingkungan, sekaligus mempertahankan bahasa daerah.

"Kami menyediakan fashion dan pelengkapnya mulai dari atas kepala hingga kaki, Insyaallah ada semua. Itu juga tersedia bagi laki-laki maupun perempuan," tutur Fitrah kepada Validnews, Kamis (23/5).

Meski menggunakan bahasa Jawa Tengah, sejatinya Annabae berdiri di Tuban, Jawa Timur. Fitrah bercerita, saat Annabae mulai berdiri pada 2018, eco-printing adalah hal baru di Tuban sehingga masih sangat sedikit produsen eco-printing yang memproduksi bersama tim.

Sebelum menggeluti eco-printing, Fitrah mengaku jika pada 2015 dirinya sudah menjalani usaha kerajinan serupa, hanya menggunakan bahan dasar kain pada umumnya, bukan eco-printing.

Seiring berjalannya waktu, produk eco-printing mulai banyak dikenal masyarakat di Indonesia. Menurut Fitrah, saat ini industri eco-printing pun semakin berkembang di beberapa wilayah di Indonesia.

Hal ini terlihat dari makin ramai dan mencoloknya produk-produk eco-printing di setiap pameran. Dia pun berusaha memfokuskan produknya sesuai target pasar agar tak kehilangan pembeli. Beberapa hal yang membedakan Annabae dengan eco-printing lainnya adalah style dan penataan motif daun yang digunakan.

"Sebenarnya perbedaan eco-printing itu nggak banyak dengan yang lainnya, karena pelaku eco-printing banyak yang belajar dari satu guru. Yang membedakan adalah di style penataan motif daunnya saja, dan Annabae mencoba menghadirkan fashion yang elegan, klasik, dan yang memakai harus merasa terlihat keren," ungkap Fitrah sumringah.

Pada awal, target pemasaran Annabae yaitu masyarakat lokal di Tuban yang mulai peduli dengan produk ramah lingkungan. Tetapi, setelah memasarkan produk selama enam tahun, produk Annabae justru berhasil tembus hingga keluar Tuban, seperti Bangka, Riau, Palembang, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Bahkan, produk Annabae pun berhasil tembus ke pasar ekspor, meskipun pembelinya merupakan warga negara Indonesia (WNI) yaitu dijual ke Australia dan Brunei.

Fitrah juga menuturkan jika pernah memproduksi pesanan tas eco-printing yang dikirim ke Jepang. Saat itu, katanya, Annabae berada di bawah binaan Kopernik Ibu Inspirasi, sebuah jaringan wirausaha mikro-sosial yang didominasi perempuan, tepatnya di tahun 2022 dan didanai oleh Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL).

"Waktu itu, Annabae berkesempatan bersama tim craft membuat produk tas eco-print dan dikirim ke Jepang," ujar Fitrah.

Kesempatan tersebut menjadi momen yang paling berkesan buatnya. Ini karena dia harus menggarap pesanan sebanyak 225 buah simple sling bag dengan tepat waktu. Produksi tersebut berhasil rampung karena dilakukan oleh 6 hingga 7 orang. Oh, iya, dia juga pernah terpaksa menggarap 100 buah tas laptop yang dikerjakan hanya 2 orang.

Tak hanya ke Jepang, Fitrah bercerita jika bulan depan produknya akan dibawa ke Amerika Serikat. Lagi-lagi, hal ini bisa terlaksana dengan bantuan Exxon Mobile Jakarta.

Konsistensi Produksi
Menurutnya, dalam menggarap bisnis ini, konsistensi adalah kunci. Slogan tersebut yang menjadi motivasi Fitrah untuk bertahan di tengah pandemi covid-19 lalu. Seperti pengusaha lainnya, pandemi pun sempat menjadi tantangan bagi Fitrah untuk tetap bertahan atau gulung tikar. Saat pandemi, dia hanya memproduksi, untuk memenuhi kebutuhan stok saja.

Untungnya lagi, dengan menjalani pekerjaan sesuai hobinya, memproduksi eco-printing pun menjadi pelariannya menghilangkan rasa penat, kala aktivitas di luar rumah serba dibatasi saat pandemi. Usai pandemi berlalu, Annabae pun mulai giat memproduksi kembali, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan stok, melainkan juga untuk menambah keberagaman produk.

Fitrah mengungkapkan, selama ini dirinya mendapatkan inspirasi dari hasil karya-karya gurunya. Kemudian lewat internet, seperti Pinterest, dan teman-teman komunitas. Terkadang Fitrah pun membuat desain dari daun-daun yang tersedia di rumahnya, untuk kemudian dibuat sketsa sebelum dilakukan penataan daun dan bunga ke kain.

Namun, Fitrah tak mau ngoyo menjalankan bisnisnya. Ini karena dia berprinsip, profesi utama dirinya adalah sebagai ibu rumah tangga sehingga keberlanjutan Annabae baginya sangat disyukuri.

"Saya menganut ilmu slow but sure," ujar Fitrah.

Karena itu, Fitrah mengaku jika pesanan yang datang melebihi kapasitasnya, tak langsung mengiyakan begitu saja, agar tidak membuat pelanggan kecewa. Bahkan, dia rela melepas pesanan jika merasa tak mampu dikerjakan, setelah berdiskusi dengan tim produksinya. Baginya jika hal tersebut harus terjadi, dia menganggap hal tersebut belum rezeki.

Baginya, hal inilah yang justru membuat Annabae tetap berjalan. Dia tidak menargetkan omzet penjualan, hanya saja. tetap fokus dan konsisten pada produksi dan pengembangan produk. Setiap bulan, kata Fitrah, dia mengusahakan untuk selalu menghadirkan koleksi-koleksi baru.

Singkatnya, usahanya ini dijalani sesuai hobi. Jadi, dia tetap memproduksi selama masih memperoleh keuntungan.

Kendati tetap memprioritaskan keluarga, dia memastikan Annabae tetap tumbuh. Hal ini ini dibuktikan dengan makin bertambahnya toko offline milik Annabae yang mulai hadir pada 2021-2022, setelah hanya memiliki toko offline di rumah Fitrah dalam beberapa waktu. Begitu juga aset Annabae yang diakuinya terus bertumbuh.

Beberapa toko offline yang saat ini sudah dimiliki Annabae dan bisa dikunjungi antara lain, galeri di rumah Fitrah tepatnya di Tuban, galeri di Hotel Fave Tuban, galeri kreatif UMKM Pamasa Surabaya (di Suites Hotel Plaza Boulevard Surabaya), di galeri batik Dinas Koperasi (Dinkop) Surabaya, dan di galeri Dekranasda Ekonomi Kreatif Space (DEKS) Space Ciputra World Surabaya.

Bagi Fitrah, hal yang terpenting adalah terus memproduksi eco printing dengan tema baru, dan produk-produk yang menjadi best seller, seperti outer wanita, kemeja pria, bucket hat, dan tas. Dia yakin, pembeli bisa datang kapan saja, sehingga ia harus memastikan ketersediaan stok produknya.

Hal lain yang juga membuat Fitrah berkomitmen menjalankan bisnisnya adalah, Annabae tak hanya memberikan berkah bagi ia dan keluarganya saja, tapi juga bagi warga di sekitarnya. Annabae hingga kini telah memberikan peluang kerja bagi timnya yang berasal dari tetangga sekitar dan ia sebut sebagai Wonderful Ecoprint (WE).

Fitrah menuturkan, saat ini Annabae telah memiliki tim lokal di Tuban untuk produksi dan workshop sebanyak sekitar 6 orang. Sedangkan tim di luar Tuban untuk produksi ada 2 orang. Dulu, sebelum memiliki tim, Fitrah mengaku hanya dibantu oleh suami, anak, dan asisten rumah tangganya dalam memproduksi.

"Setahun ini saya sudah punya tim yang membantu dan belajar bersama ketika produksi maupun mengisi workshop di rumah ataupun di luar," ucapnya.

Peran Krusial Komunitas
Jika mencermati perkembangan Annabae, bergabung dengan komunitas dan mengikuti pelatihan serta pembinaan, sebenarnya menjadi bekal bagi lahirnya Annabae itu sendiri. Fitrah berujar, pada masa awal berdirinya Annabae, bergabung dan belajar dengan Ikatan Desainer Ecoprint (IDEI) pada 2021.

Komunitas ini diinisiasi oleh Inen Kurnia, selaku founder IDEI. Hingga saat ini pun Fitrah mengaku, masih sering mengikuti pelatihan baik offline maupun online. Pelatihan tersebut tidak hanya di Tuban, bahkan hingga Jawa Timur, untuk mempelajari berbagai teknik dan modifikasi mordan kain.

"Selain belajar, kami diberi kesempatan untuk memeragakan desain busana yang kami buat atau fashion show, baik secara virtual maupun live. Dan ini membuat Annabae lebih percaya diri untuk melangkah ke depan," cerita Fitrah.

Pada tahun yang sama, Fitrah mengikuti pembinaan dari inisiator yang mengumpulkan berbagai UMKM di Tuban untuk dilatih agar lebih berkembang. Pembinaan tersebut gratis, antara lain seperti pembinaan dari Karya Cah Tuban (KCT) di akhir tahun 2021 dan Memori Coaching Clinic (MCC) pada tahun 2023.

Di MCC ini, kata Fitrah, terus memperoleh ilmu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan usaha Annabae. Lalu di tahun berikutnya pada 2022, Fitrah mengikuti pembinaan oleh EMCL melalui Kopernik Ibu Inspirasi.

"Dari KCT ini, produk Annabae pun bisa ada di Fave Hotel dan Ciputra World," imbuh Fitrah.

Bahkan, tak jarang Fitrah merasa terbantu dengan teman-teman dari komunitas luar Tuban yang siap membantunya saat permintaan eco printing membludak. Mereka pun siap menjadi vendor alam pengerjaan produk-produk Annabae.

Tak hanya pelatihan dari pihak swasta, Fitrah pun turut ikut serta pada pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Misalnya pada 2022 lalu, dia aktif mengikuti berbagai perlombaan, pameran di berbagai event, dan turut hadir dalam berbagai sosialisasi. Dia juga mengaku telah banyak dibantu oleh lembaga pemerintah dalam pengurusan legalisasi Annabae.

Untuk bisa memperoleh informasi pelatihan dan sosialisasi tersebut, Fitrah membocorkan, dirinya tidak malu untuk bergabung dengan grup dan komunitas yang ada. Jika ada workshop dengan tema baru pun, Fitrah mengaku tidak malas untuk mengikutinya.

Kendala yang Dihadapi
Meski begitu, dari sekian banyak kemudahan dan peluang yang ada, Fitrah mengaku tetap menemui banyak kendala dan permasalahan. Selain kesulitan menghdapai pandemi covid-19, kendala lainnya adalah durasi pengerjaan yang terkadang lebih lama, karena penyediaan bahan baku terkendala.

Asal tahu saja, bahan baku Annabae berasal dari kain 100% serat alami. Sayangnya, kain tersebut didapat bukan dari Tuban, namun diperoleh dari Jawa Tengah tepatnya di Solo dan Pekalongan, serta Jawa Barat yaitu Depok.

Sementara itu, untuk daun-daun yang digunakan untuk motif, beberapa di antaranya juga tidak tersedia di Tuban, tapi diambil dari luar Tuan seperti Bandung, Mojokerto, dan beberapa wilayah Jawa Timur lainnya.

Sekadar informasi, kain alami yang digunakan Annabae dan asli dari Tuban hanyalah tenun Gedog khas Tuban. Sementara itu untuk pewarna kain atau biasa disebut zat warna alami diperolehnya dari daun-daun, kulit kayu dan buah, juga biji-bijian yang didapat dari supplier kain yang sama. 

Jauhnya sumber bahan baku ini membuat Fitrah harus menjelaskan pada pelanggan, jika dirinya perlu tambahan waktu lebih lama. Apalagi jika ada keterlambatan kain yang datang, maka produksi bisa terlambat sekitar 3 hari. Hal inilah yang akan ia sampaikan ke pelanggan yang ingin memesan produk dalam waktu cepat.

Secara normal, kata Fitrah, timnya mampu memproduksi kain paling cepat 5 hingga 7 hari, jika kain dibuat dari proses paling awal atau mordan kain. Sementara untuk mengubah kain menjadi barang jadi, diperkirakan akan memakan waktu 3 sampai 5 hari, tergantung artisan atau pengrajin yang bekerja sama dengan Annabae.

Kendala kedua ada pada pemasaran. Fitrah menyadari jika pemasaran produk miliknya belum bisa maksimal, terutama pada penjualan online.

Dia mengaku masih memerlukan waktu untuk menguasai sistem pemasaran di media sosial dan platform online lainnya. Di sisi lain, Fitrah mengaku belum berani menambah tim pemasaran lantaran produksi yang dilakukannya masih belum sesuai jadwal.

Masalah ketiga, pasar yang belum bersahabat dengan harga produk eco print Annabae yang dibanderol dari harga Rp70 ribu hingga Rp1,3 juta per buah. Menurut Fitrah, meski dia sudah mengikuti berbagai pameran di Tuban, nyatanya pelanggan asal Tuban masih sangat sedikit. Karena itulah, Fitrah berharap agar pemerintah dan dinas setempat bisa lebih memperhatikan industri eco printing yang dianggap lebih ramah lingkungan.

"Ini kami pelaku eco-printing di Tuban agar bisa dibantu untuk pengembangannya, dan menjadi salah satu aset pemerintah Kabupaten Tuban. Ini juga demi meningkatnya perekonomian UMKM Tuban," harap Fitrah.

Selanjutnya, masalah keempat yang dihadapi Fitrah adalah masyarakat lokal Tuban perlu mendapat edukasi lebih lanjut, melalui workshop dengan produk ramah lingkungan dan aman untuk bumi. Sayangnya, untuk bisa memberikan edukasi tersebut, Fitrah mengaku harus merogoh kocek yang lumayan. Karena itu, Annabae hanya memberikan edukasi dan pelatihan bagi pihak yang benar-benar serius ingin belajar.

"Dalam misi edukasi, Annabae memberikan kelas-kelas sesuai jenjang peserta. Hanya yang benar-benar ingin dapat ilmunya lalu menerapkan dan menjadikannya sebagai salah satu cara menambah pemasukan," sambung Fitrah.

Sekadar catatan, Annabae sudah mulai membuka workshop sejak 2019 lalu. Hingga sekarang, Annabae juga sudah mempunyai program tahunan sociopreneur, yaitu workshop yang menyasar kepada anak-anak SD, SMP, hingga SMA di Tuban.

Workshop tersebut menurut Fitriah ada yang diberikan secara cuma-cuma atau gratis, ada yang hanya mengganti biaya bahan baku, diskon hingga 50%, hingga membayar sesuai price list workshop dari Annabae.

Apapun masalah dan kendalanya, menjalani bisnis butuh komitmen dan konsistensi. Karena itu, Fitrah pun menyarankan agar kaum ibu atau siapapun yang ingin memulai usahanya, bisa diawali dengan menjual sesuatu yang disukai. Lalu, tanpa terlalu banyak berencana, segera lakukan eksekusi.

"Segeralah bertindak dan kerjakan, jangan terlalu lama berencana. Semua risiko atau masalah dalam usaha pasti ada. Tapi harus yakin, setiap masalah pasti ada solusi. Jangan lupa juga untuk terus bergantung kepada Allah," tandas Fitrah.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar