c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

03 April 2025

15:36 WIB

Analis: Kebijakan Tarif Impor Trump Buat Pasar Saham AS dan Aset Kripto Melemah

Penerapan reciprocal tariffs terhadap mitra dagang mengakibatkan melemahnya sejumlah instrumen investasi global, yakni pasar saham AS dan aset kripto.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Analis: Kebijakan Tarif Impor Trump Buat Pasar Saham AS dan Aset Kripto Melemah</p>
<p id="isPasted">Analis: Kebijakan Tarif Impor Trump Buat Pasar Saham AS dan Aset Kripto Melemah</p>

Pelaku bisnis Kripto, Nanda Rizal memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/3/2022). Antara Foto/Ari Bowo Sucipto

JAKARTA - Analis Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal penerapan reciprocal tariffs terhadap mitra dagang mengakibatkan melemahnya sejumlah instrumen investasi global, yakni pasar saham AS dan aset kripto.

"Setelah detail tarif diumumkan, Bitcoin turun ke level US$83.000, walaupun sempat mengalami kenaikan ke level US$87.000 saat pengumuman awal," kata Fahmi dalam pernyataan tertulis, Kamis (3/4).

Pantauan Validnews pada Kamis (3/4) pukul 12.40 WIB, bitcoin bergerak melemah 0,90% ke nilai US$83,371 dalam 24 jam terakhir. Sementara, kapitalisasi pasar kripto global menurun 0,92% menjadi US$2,68 triliun selama sehari terakhir. Adapun, total volume pasar kripto selama 24 jam terakhir naik 63,36% menjadi kisaran US$130,25 miliar.

Pasar saham AS juga mengalami tekanan dengan Nasdaq 100 turun 2,3% dan S&P 500 anjlok 1,7% pada sesi perdagangan setelah jam kerja, pasca detail kebijakan tarif tersebut diumumkan.

Kemudian saham teknologi pun mengalami pukulan besar, dengan Tesla (TSLA) dan Palantir (PLTR) turun sekitar 8%, Apple (AAPL) turun 7%, serta Amazon (AMZN) dan Nvidia (NVDA) masing-masing turun 6%. Selain itu, saham perusahaan seperti Nike (NKE) dan Walmart (WMT) juga tertekan dengan penurunan masing-masing 7%.

Baca Juga: Pasca Libur Panjang, IHSG Diproyeksikan Anjlok 3% Akibat Tarif Impor Trump

Sebagaimana diketahui, kebijakan tarif terbaru AS ini mencakup pengenaan tarif sebesar 25% pada semua mobil impor yang efektif mulai 3 April hari ini, serta tarif umum sebesar 10% untuk semua barang impor yang mulai berlaku pada 5 April.

Selain itu, beberapa negara akan dikenakan tarif khusus yang mulai berlaku pada 9 April, dengan China dikenakan tarif sebesar 34%, Vietnam 46%, Taiwan 32%, Korea Selatan 25%, Uni Eropa 20%, dan Swiss 31%.

Trump menegaskan kebijakan ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS yang dianggapnya telah dirugikan oleh perdagangan yang tidak adil selama lebih dari 50 tahun.  

Fahmi menilai kebijakan tersebut, apabila benar akan diimplementasikan sepenuhnya, dapat berpotensi kembali memicu kenaikan inflasi dan akan semakin menunda dimulainya kembali tren penurunan suku bunga.

“Selain itu, kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian yang ada dapat membuat investor menjadi lebih berhati-hati terhadap instrumen investasi berisiko tinggi seperti aset kripto dan saham yang dapat memberikan tekanan harga lanjutan,” jelas Fahmi.

Akan tetapi terlepas dari itu, dia melihat dampak sebenarnya dari kebijakan yang akan diambil tersebut belum dapat sepenuhnya dilihat saat ini, karena hal itu akan ditentukan oleh perilaku konsumen dan bagaimana sektor bisnis menyikapi peraturan baru tersebut.   

“Dampak yang akan terjadi lebih mengarah pada meningkatnya pengangguran dan terjadinya resesi ekonomi, kebijakan pelonggaran seperti menurunkan suku bunga mungkin akan dipertimbangkan oleh The Fed. Selain itu, kebijakan yang ada juga dapat berubah sewaktu-waktu khususnya jika mempertimbangkan rekam jejak Trump sejak dilantik pada Januari lalu, yang banyak disinyalir menggunakan tarif impor sebagai alat negosiasi politik,” imbuhnya.

Baca Juga: Lebih Buruk Dari Perkiraan, Tarif Resiprokal Trump Bikin Bursa Rontok

Peluang Buy on Weakness
Fahmi mengatakan, dengan mempertimbangkan aspek-aspek non teknis tersebut, koreksi dan tekanan yang terjadi di pasar saat ini bisa dilihat sebagai peluang buy on weakness bagi investor yang memiliki toleransi tinggi terhadap risiko.

"Terlebih tren akumulasi institusi terhadap aset kripto seperti Bitcoin masih terlihat cukup solid dengan perusahaan seperti GameStop yang saat ini memiliki dana segar senilai hampir US$1,5 miliar yang sebagian kemungkinan akan digunakan untuk mengakuisisi Bitcoin,” katanya.

Sementara untuk investor pemula, strategi seperti dollar cost averaging (DCA) di mana investor mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu seperti misalnya sebulan sekali menjadi opsi yang cukup menarik.  

“Hal itu dikarenakan sudah relatif cukup terkoreksinya harga aset-aset kripto khususnya altcoin di pasar saat ini serta Saham AS, dan apabila tekanan di pasar berlanjut, investor akan mendapatkan harga rata-rata pembelian yang lebih rendah," terangnya.

Sedangkan jika kemudian hari kondisi pasar sewaktu-waktu berubah, posisi portofolio investor sudah siap untuk merealisasikan keuntungan dari hasil akumulasi yang dilakukan.

Namun, ia menegaskan agar investor tetap harus cermat dalam memilih aset untuk diakumulasi. Bagi investor yang tidak terlalu agresif, aset-aset dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas terbesar menjadi opsi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar