c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

03 Juli 2023

17:55 WIB

Akuisisi Blok Masela Hanya Tunggu Tanda Tangan Pertamina dan Shell

Pembagian hak Shell atas Blok Masela diserahkan sepenuhnya kepada PT Pertamina dan Petronas.

Penulis: Yoseph Krishna

Akuisisi Blok Masela Hanya Tunggu Tanda Tangan Pertamina dan Shell
Akuisisi Blok Masela Hanya Tunggu Tanda Tangan Pertamina dan Shell
Ilustrasi produksi migas. Seapup 1 PHE ONWJ di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). Antara Foto/Aditya Pradana Putra

JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyebutkan perkembangan akuisisi 35% saham Shell atas Blok Masela sudah berjalan baik. Kedua pihak, sambungnya, sudah berkomunikasi secara lebih serius.

Tutuka menegaskan bahwa saat ini, PT Pertamina (Persero) dan Shell tinggal melakukan penandatanganan akuisisi atas proyek gas abadi di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu. Sayangnya, dia masih belum menyebutkan soal nilai yang disepakati antara Pertamina dan Shell.

"Kita tunggu tanda tangan mereka (Pertamina dan Shell). Soal harga, intinya business to business," kata Tutuka kepada awak media di Kantor Kementerian ESDM, Senin (3/7).

Pertamina sendiri akan membagi 35% Participating Interest (PI) Shell atas Blok Masela tersebut dengan Petronas dalam sebuah konsorsium. Tutuka mengatakan, pemerintah tak campur tangan dalam pembagian persentase saham untuk kedua perusahaan.

"Jadi gini, kalau Petronas itu tergantung business to business dengan Pertamina. Dari dulu mereka sudah bareng sehingga 35% itu akan dipegang campuran antara Pertamina dan Petronas," jabarnya.

Baca Juga: Menteri ESDM Sebut Shell Mundur Dari Masela Tanpa Tanggung Jawab

Sebagai informasi, Shell merupakan pemilik saham atau Participating Interest (PI) sebesar 35% di Blok Masela. Sedangkan 65% sisanya digenggam oleh perusahaan asal Jepang, Inpex Corporation.

Blok Masela sendiri semula direncanakan beroperasi pada 2027 mendatang, namun kini diperkirakan mundur menjadi 2029. Pandemi covid-19 menjadi salah satu penyebab proyek itu kian tertunda.

Mengutip laman resmi Kementerian ESDM, pengembangan hulu migas di Blok Masela diharapkan dapat berkontribusi terhadap tambahan produksi gas bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (MTPA) per tahun atau sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun dan 150 MMSCFD Gas Pipa.

Blok Masela yang terletak di sekitar Laut Aru dan telah dieksplorasi sejak 1998 itu sebelumnya dikelola oleh Inpex sebagai operator dengan kepemilikan saham 65% dan Shell Upstream Overseas Services sebesar 35%.

Baca Juga: Erick Thohir Dukung Pertamina Akuisisi Blok Masela

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan PT Pertamina (Persero) akan membayar separuh nilai yang telah disepakati sebagai tanda jadi. Sayangnya, dia belum angkat bicara soal nilai pengambilalihan 35% hak Shell di Blok Masela tersebut.

Menteri Arifin menyebutkan jika proses ambil alih hak PI Shell atas Blok Masela kembali 'molor', proyek raksasa itu juga terpaksa mundur dan produksi gas menjadi tertunda.

Artinya, pemerintah akan mengambil posisi tegas apabila akhir Juni 2023 Pertamina dan Shell masih belum menunjukkan kejelasan soal transaksi 35% PI di Blok Masela.

"Konsekuensinya jelas kita punya project jadi mundur. Sekarang ini porsinya selain Shell itu maju Pertamina dan Petronas, dengan Pertamina yang berada di depan," tandas Menteri Arifin, Jumat (16/6).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar