c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

13 Agustus 2025

18:04 WIB

Akui Distribusi SPHP Lambat, Dirut Bulog Sebut Aplikasi Jadi Masalah Utama

Dirut Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani mengakui distribusi beras SPHP saat ini terkendala aplikasi. Bulog berencana menggaet Pegadaian sebagai salah satu unit pengecer.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Akui Distribusi SPHP Lambat, Dirut Bulog Sebut Aplikasi Jadi Masalah Utama</p>
<p id="isPasted">Akui Distribusi SPHP Lambat, Dirut Bulog Sebut Aplikasi Jadi Masalah Utama</p>

Buruh pikul menatan beras SPHP di Gudang Bulog Utama, Cimahi, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024). Antara Foto/Raisan Al Farisi

JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani menjelaskan sejumlah alasan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) berlangsung lambat. Salah satu yang utama adalah kemampuan yang berbeda pada para pengecer dalam menggunakan aplikasi Klik SPHP untuk mendistribusikan beras. Alasan lain adalah, Bulog memerlukan lebih banyak jumlah pengecer karena ukuran kemasan beras SPHP yang saat ini semakin kecil.

Rizal menilai, saat ini masih banyak pengecer yang telah lanjut usia sehingga memerlukan sosialisasi yang lebih detail lagi untuk menggunakan aplikasi Klik SPHP.

“Karena semua ini kan menggunakan aplikasi, tidak semuanya langsung bisa cepat. Perlu sosialisasi ke teman-teman pengecer di pasar. Itu juga kan rata-rata usianya sudah sepuh, handphone-nya juga jadul, nggak ada android dan sebagainya,” terang Rizal saat ditemui usai Konferensi Pers di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Rabu (13/8).

Baca Juga: Zulhas Sebut Distribusi SPHP Lambat, Bulog Diminta Segera Guyur Pasar

Bahkan menurut Rizal, tak jarang petugas-petugas Bulog di masing-masing kantor cabang di tiap wilayah, harus mengajarkan satu per satu pengecer untuk menggunakan aplikasi Klik SPHP tersebut.

Lebih lanjut, kendala kedua adalah Rizal mengaku bahwa jumlah jaringan pengecer yang perlu ditambah. Hal ini mengingat beras SPHP yang didistribusikan harus dikemas dalam ukuran 5kg per pack. Ukuran tersebut jauh lebih kecil dibandingkan penyaluran SPHP sebelumnya yang mencapai 50kg per pack.

“Dulu 50kg itu banyak disalahgunakan atau dioplos. Nah sekarang packing-nya dikecilkan jadi hanya 5kg dan belinya hanya boleh dua pack per orang. Otomatis kan penjualannya makin sedikit, maka jaringannya harus diperbanyak,” tambah Rizal.

Adapun pengecer yang telah terdaftar sebagai distributor SPHP di pasar, menurut Rizal, masih memiliki kemampuan yang rendah untuk pendistribusian. Saat ini terdapat kuota untuk masing-masing-masing pengecer, yakni dibatasi maksimal boleh memesan beras SPHP hanya 2 ton. Namun faktanya di lapangan, banyak pengecer yang hanya mampu mendistribusikan di bawah kuota tersebut.

Selain menggandeng pengecer di pasaran, Bulog menurut Rizal juga turut menggandeng beberapa stakeholder lainnya seperti Koperasi Desa/ Kelurahan Merah Putih, institusi pemerintah, dan koperasi-koperasi yang berada di institusi pemerintah.

Walau begitu, daya serap pendistribusian beras SPHP masih tergolong rendah, sehingga pihaknya berencana menggandeng Pegadaian.

“Nanti saya lagi coba terobos sekarang dengan Pegadaian. Pegadaian kan punya outlet-outlet itu, jadi bisa untuk bantu jualan beras SPHP,” tandas Rizal.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan agar Perum Bulog bisa segera mendistribusikan beras SPHP yang saat ini masih jauh dari target. Dia menyebut, total beras SPHP yang sudah didistribusikan saat ini hanya sekitar 2.500 ton/hari. Sedangkan target distribusi beras SPHP mencapai 1,3 juta ton untuk periode Juli hingga Desember 2025.

Baca Juga: Bulog Catat Penyaluran Beras SPHP Capai 18.500 Ton

Zulhas meminta agar distribusi beras SPHP bisa digenjot melalui operasi pasar, daripada bazar pangan murah yang cenderung lambat. Setidaknya, Bulog bisa mendistribusikan beras SPHP sejumlah 10 ribu ton per hari, sehingga dalam sebulan bisa mencapai 300 ribu ton.

Sedangkan berdasarkan keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas), beberapa unit penyalur SPHP pertama adalah pengecer di pasar rakyat, Kopdes Merah putih, pemerintah daerah melalui outlet pangan binaan dan gerakan pangan murah (GPM), BUMN melalui outlet BUMN, Instansi pemerintah melalui koperasi atau outlet instansi pemerintah dan/atau GPM, Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog, dan swalayan atau toko modern.

Berdasarkan data terakhir Perum Bulog per 11 Agustus 2025, tercatat realisasi distribusi beras SPHP baru mencapai 13.747 ton atau berkisar 1,36% dari target 1,3 juta ton.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar